Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ada Udang di Balik Bantuan

Pengiriman bantuan masker dan alat medis ke berbagai negara oleh Cina dan Rusia diduga memiliki tujuan politik. Bisa menggeser peta pengaruh dunia.

11 April 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas medis mengatur kotak bantuan Pemerintah Cina kepada Pemerinta Italia dalam usaha memerangi penyebaran Covid 19, di Hangzhou, Zhejiang, Cina 10 Maret 2020./Reuters/China Daily CDIC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Amerika Serikat kerepotan mengurusi wabah di dalam negeri sehingga menarik bantuan luar negerinya.

  • Rusia dan Cina bersemangat mengirimkan bantuan medis ke berbagai negara.

  • Bantuan Rusia dan Cina diduga bermuatan politik untuk memperluas pengaruh mereka di dunia.

INSIDEN itu terjadi pada pertengahan Maret lalu. Seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat sibuk mencari alat pelindung diri yang mulai langka untuk para dokter dan perawat di sana. Saat itu, jumlah orang di Amerika yang terjangkit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sudah menembus 50 ribu dan terus bertambah sekitar seribu kasus setiap hari dengan angka kematian melampaui seribu orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sang pejabat mencoba meminta bantuan kepada Thailand. Jumlah kasus corona di Negeri Gajah Putih memang masih rendah, tapi terus menunjukkan tren yang meningkat. Saat menelepon pejabat Thailand, dia diberi kabar yang membuatnya bingung: sebuah kapal mengangkut alat pelindung diri dari Amerika justru sedang menuju Bangkok. Bahkan itu merupakan pengiriman kedua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Politico, para pembantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump sadar ada yang tak beres di sini. Wakil Presiden Amerika Mike Pence segera menangguhkan pengiriman tersebut sambil meminta stafnya meninjau kembali prosedur pengiriman bantuan.

Insiden ini memicu ketegangan antara pejabat Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (USAID), pengirim bantuan itu, dan anggota gugus tugas penanganan wabah pimpinan Pence. Washington kemudian menerapkan moratorium pengiriman semua bantuan USAID ke negara-negara yang meminta bantuan alat pelindung diri. Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) bahkan meminta USAID menarik cadangan alat yang tersimpan di Dubai, Uni Emirat Arab, dan Miami, Amerika, untuk digunakan di sejumlah rumah sakit Amerika.

Meski sebagian permintaan bantuan telah diproses dan barangnya sudah dikirimkan, kebijakan baru ini praktis membekukan bantuan yang telah disetujui untuk sekurang-kurangnya 13 negara, termasuk Vietnam, Bangladesh, Honduras, dan Filipina. Bahaya dari kebijakan ini, kata seorang pejabat Amerika kepada Politico, adalah rusaknya hubungan baik Amerika dengan para sekutunya yang mungkin akan membantu negara Abang Sam ketika pasokan dalam negerinya kritis.

Sementara Amerika menghentikan banyak bantuan, Cina dan Rusia justru agresif mengirimkan bantuannya ke sejumlah negara, termasuk Amerika. Padahal, hingga Kamis, 9 April lalu, Rusia menghadapi 18.051 kasus positif. Sedangkan Cina, negara tempat pertama Covid-19 merebak, masih punya 1.160 kasus positif, meski jauh menurun dari masa puncaknya pada 18 Februari dengan 57.805 kasus positif.

Paket bantuan Rusia untuk Serbia guna memerangi wabah Corona, di lapangan udara Moskow, Rusia, 3 April 2020./Reuters/Handout

Rusia mengirim Antonov-124, pesawat kargo terbesar di dunia, untuk mengangkut bantuan medis ke Amerika. Kementerian Pertahanan Rusia tak merinci apa saja muatan dalam pesawat yang mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy, New York, pada Kamis, 2 April lalu, itu.

Presiden Trump memuji uluran Rusia tersebut. “Ini sikap yang sangat baik dari Presiden Putin. Saya mungkin bilang ‘tidak, terima kasih’ atau mengat­­akan ‘terima kasih’. Ini sebuah pesawat besar dengan pasokan medis kualitas sangat tinggi. Dan saya katakan, ‘saya terima’,” ujar Trump.

Sesungguhnya bantuan itu tak sepenuhnya gratis. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan separuh kargo itu dibayar dengan Dana Investasi Langsung Rusia, dana investasi asing milik pemerintah Rusia, dan separuhnya lagi dibayar oleh Amerika. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika menyatakan pemerintah Amerika menghargai Rusia yang menjual peralatan itu di bawah harga pasar.

Cina juga bersemangat membantu negara-negara di Eropa. Dalam beberapa pekan terakhir, negara itu menyumbangkan alat tes ke Kamboja; mengirim satu pesawat kargo berisi ventilator, masker, dan peralatan medis lain ke Italia dan Prancis; serta mengirim bantuan medis ke Iran dan Irak. Selain itu, Cina berjanji membantu Filipina, Spanyol, dan negara lain. Presiden Cina Xi Jinping mengatakan kepada Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez bahwa “matahari akan terbit setelah badai berlalu” dan menyatakan kedua negara akan meningkatkan kerja sama setelah wabah.

Para ahli mengingatkan, meskipun bantuan kemanusiaan itu memang nyata, Cina dan Rusia punya tujuan politik yang perlu diawasi. “Tak ada yang salah dengan bantuan Cina ke Eropa dan negara lain, khususnya dalam kondisi sekarang. Tapi juga jelas bahwa (Beijing) melihat bantuannya sebagai alat propaganda,” kata Noah Barkin, peneliti tamu di German Marshall Fund, kepada The Guardian.

“Ketika Trump memukul Eropa dengan larangan perjalanan, Cina adalah sahabat yang murah hati dan tidak egoistis.”

Ketika menelepon Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, Presiden Xi menyampaikan harapannya untuk membangun “jalur sutra kesehatan” sebagai bagian dari One Belt One Road, prakarsa global Cina yang dikritik banyak negara sebagai upaya Cina meningkatkan pengaruhnya. Menurut Barkin, dengan menawarkan bantuan ke negara seperti Italia, Beijing seperti mendukung perjuangan negara-negara Eropa menghadapi pandemi sekaligus mengontraskan posisinya dengan Amerika. “Ketika Trump memukul Eropa dengan larangan perjalanan, Cina adalah sahabat yang murah hati dan tidak egoistis.”

Josep Borrell, kepala diplomat Uni Eropa, juga memperingatkan bahwa ada “unsur geopolitik, termasuk usaha untuk meluaskan pengaruh melalui ‘politik murah hati’”. “Cina secara agresif memberikan pesan bahwa, tidak seperti Amerika, dia adalah mitra yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya,” tulis Borrell di blog.

Namun politik Cina itu tersandung kualitas alat medisnya sendiri. Sejumlah negara di Eropa menolak alat-alat kesehatan bikinan Cina. Spanyol, Turki, dan Belanda menyatakan kualitas ratusan alat tes dan masker medis bantuan tersebut di bawah standar atau cacat. Turki menemukan alat tes yang dipesan dari perusahaan Cina tidak cukup akurat, meskipun mengakui 350 ribu di antaranya berfungsi dengan baik.

Akhir Maret lalu, Kementerian Kesehatan Belanda menarik 600 ribu masker, yang dikirim dari Cina sepekan sebelumnya dan siap didistribusikan kepada tim medis. Pejabat Belanda menyatakan masker itu tidak cocok dan penyaringnya tak bekerja seperti seharusnya meskipun dilabeli sertifikat mutu. “Semua pengiriman segera dihentikan. Barang-barang itu belum didistribusikan,” ujar pejabat kesehatan Belanda dalam pernyataannya. “Sekarang pemerintah memutuskan untuk tidak menggunakan satu pun masker dari kiriman tersebut.”

Pemerintah Spanyol juga menghadapi masalah terkait dengan ratusan ribu alat tes yang dipesan dari sebuah perusahaan Cina. Menteri Kesehatan Spanyol Salvador Illa menyatakan 640 ribu alat tes dari pengiriman pertama tidak cukup akurat dalam menentukan status pasien. Spanyol telah mengembalikan 58 ribu alat tes yang belum digunakan. Para ahli di Spanyol menyatakan telah menguji 9.000 alat dengan hasil mengecewakan: hanya 30 persen alat yang mungkin bisa mendeteksi virus.

Kedutaan Besar Cina di Spanyol menyatakan perusahaan penjual alat itu, Shenzhen Bioeasy Biotechnology, tidak memiliki izin resmi dari otoritas medis Cina untuk menjual produk. Kedutaan menyebutkan kiriman terpisah sumbangan pemerintah Cina dan Alibaba tidak termasuk produk Shenzhen Bioeasy. Sebaliknya, Kementerian Kesehatan Spanyol menyatakan produk Bioeasy telah disetujui oleh badan pengendali mutu Uni Eropa, tapi “spesifikasi alat itu, berdasarkan paket yang diterima, tidak sesuai dengan sertifikasi kualitas Uni Eropa”.

Shenzhen Bioeasy menawarkan penggantian alat-alat yang gagal tersebut. Dalam pernyataannya yang dikutip Reuters, perusahaan menyatakan hasil tes yang keliru mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam pengambilan sampel atau penggunaan alatnya tidak benar. Perusahaan mengaku tidak cukup berkomunikasi dengan kliennya tentang bagaimana menggunakan produk tersebut dan akan mengirimkan kembali alat itu dengan “memastikan sensitivitas dan spesifikasi yang dibutuhkan untuk membantu Spanyol melawan Covid-19”.

Bantuan Rusia juga bermasalah. Seorang pejabat pemerintah Italia menyatakan kepada surat kabar La Stampa bahwa 80 persen alat medis Rusia yang diterima Italia tak berguna. Kiriman Rusia itu termasuk alat disinfektan bakteri dan laboratorium lapangan untuk sterilisasi kimia-biologis, bukan ventilator dan alat pelindung diri yang justru dibutuhkan negara tersebut.

Menurut La Stampa, bantuan Kremlin itu tidak biasa. Kiriman itu berasal dari Kementerian Pertahanan Rusia, bukan Kementerian Kesehatan. Kebanyakan dari mereka yang mendapat kiriman adalah perwira senior di bidang biologi, kimia, dan nuklir dari bagian medis angkatan bersenjata Rusia, bukan tenaga medis pada umumnya yang memperoleh kiriman untuk bantuan kemanusiaan.

Para perwira tadi ditempatkan di Bergamo, kota yang paling parah terkena wabah corona. Kota itu terletak hanya dua jam perjalanan dari Vicenza, pangkalan udara militer utama Amerika Serikat. “Mereka (para perwira Rusia) kini berjalan-jalan di ‘sepanjang jalan NATO’,” begitu menurut stasiun televisi Rusia.

Italia adalah salah satu penyumbang utama pasukan di area operasi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan punya 166 tentara yang ditempatkan di Latvia untuk memperkuat pertahanan NATO dalam mengimbangi Rusia. Pada saat perwira Rusia tiba di Italia, pesawat-pesawat NATO menyadap kehadiran sebuah pesawat militer Rusia di dekat kawasan udara NATO. Menurut CNN, Italia, salah satu pendiri NATO, kini justru menghadapi krisis pasca-Perang Dunia II dengan menerima bantuan dari lawan utama NATO.

Seorang pejabat tinggi intelijen Amerika menyatakan kepada Newsweek bahwa Cina dan Rusia sedang memanfaatkan pandemi corona untuk memposisikan diri sebagai pemimpin dunia ketika Amerika sibuk berfokus pada masalah domestiknya. Kerepotan menangani wabah di dalam negeri telah menghalangi Amerika untuk menanggapi seruan internasional agar segera memberikan bantuan. “Cina dan Rusia bermaksud mengisi kekosongan tersebut, bahkan dengan mengorbankan kesiapan mereka sendiri,” katanya.

“Kedua lawan sedang memainkan permainan jangka panjang,” ujar pejabat yang meminta tak disebut namanya itu. “Mereka akan berusaha merongrong usaha Amerika untuk mempertahankan kemitraan dan aliansi strategis dengan menyediakan peralatan medis yang dibutuhkan, alat pelindung diri, dan alat uji ke negara-negara yang sistem kesehatannya belum berkembang atau tertinggal sambil menuding bahwa Amerika tak mampu merespons karena tidak mampu dan tidak kompeten menanggulangi pandemi.”

Pejabat yang mengetahui laporan Badan Intelijen Pusat (CIA), yang membahas potensi pergeseran kekuatan global, itu juga memperingatkan gejolak yang dapat terjadi di seluruh dunia. Hal itu digabung dengan prediksi bahwa pandemi dapat berlanjut hingga lewat tahun ini—memberikan kesempatan bagi Cina dan Rusia mengangkat posisi mereka di panggung dunia.

IWAN KURNIAWAN (POLITICO, CNN, BBC, REUTERS, GUARDIAN, LA STAMPA, NEWSWEEK)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus