Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Remaja di Kota Durgapur, Benggala Barat, India dilaporkan kecanduan kondom beraroma, dan para pengecer mengatakan bahwa alat kontrasepsi itu selalu habis dalam satu atau dua hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut keterangan seorang penjaga toko yang dilaporkan oleh news18, beberapa remaja secara teratur membeli kondom untuk teler. Itu terungkap setelah dia bertanya kepada pelanggan tetap tokonya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebelumnya tiga sampai empat bungkus kondom terjual per toko per hari. Dan sekarang paket kondom menghilang dari toko," kata penjaga toko di sebuah toko medis di Durgapur.
Saat kondom beraroma direndam dalam air panas, poliuretan dari kondom dilepaskan, menghasilkan koktail yang bisa mengeluarkan rasa tinggi yang bertahan selama 10 hingga 12, Vice melaporkan.
Vice mencatat bahwa kondom biasanya dibiarkan terendam dalam air selama enam hingga delapan jam sebelum seseorang meminum air tersebut.
Poliuretan adalah zat plastik yang digunakan dalam bahan sehari-hari seperti insulasi bangunan, suku cadang mobil, dan perekat, menurut situs web poliuretan.
Cara kecanduan baru ini telah memicu banyak kekhawatiran di kalangan pemerintah daerah dan pakar kesehatan, karena hal itu mungkin memiliki konsekuensi serius bagi kaum muda setempat.
“Kondom mengandung senyawa aromatik. terurai menjadi alkohol. Ini membuat ketagihan. Senyawa aromatik ini juga ditemukan pada lem dendrit. Begitu banyak orang menggunakan dendrit untuk kecanduan juga," kata Dheeman Mandal, yang bekerja di Rumah Sakit Divisi Durgapur.
Para ahli mengatakan kepada Vice bahwa mengonsumsi air kondom beraroma yang memabukkan bukan tanpa konsekuensi.
“Minum air ini dapat menyebabkan keracunan dan kecanduan. Jika dikonsumsi berulang kali, akan berdampak negatif pada paru-paru dan ginjal, serta membahayakan sistem saraf tubuh,” kata Joydeep Ghosh, ahli penyakit dalam di Rumah Sakit Fortis, Kolkata, kepada Vice.
Sanjith Saseedharan, pemimpin perawatan kritis di Rumah Sakit SL Raheja di Mumbai, India, menambahkan dalam percakapan dengan Vice bahwa "penggunaan jangka panjang ini dapat menyebabkan kelainan mental, termasuk perilaku kekerasan, ketidaksadaran, dan [dalam kasus tertentu] bahkan kematian.”
Baca juga: Minum Metanol, 42 Warga India Tewas
SUMBER: NEWS18 | VICE