DUA bangunan suci Islam, Masjid Al Aqsa dan Masjid Umar, belakangan ini kian terancam usaha penghancuran. Wali Kota Yerusalem Teddy Kollek tidak punya pilihan lain kecuali meningkatkan pengamanan. Dua orang tak dikenal, Januari lalu, pernah menerobos tempat suci itu, dan meletakkan dua karung bahan peledak di dinding Masjid Umar. Untung, cepat diketahui dan segera dibereskan. Kalau tidak, batu tempat Nabi Muhammad saw. "lepas landas" ke langit ketujuh itu hanya tinggal reruntuhan belaka. Perusakan kedua bangunan suci itu sudah diembus-embuskan sejak 1967, mana kala Israel menduduki Yerusalem Timur. Gagasannya datang dari sekelompok kecil ekstremis Yahudi. Menurut mereka, penghancuran mesti dilakukan agar di tempat yang sama bisa dibangun Kuil Nabi Sulaiman. Di tempat itu, Nabi Sulaiman memang pernah membangun kuil, tapi, sekitar tahun 70 Masehi, diporakperandakan oleh tentara Romawi. Adapun batu yang terletak dalam Masjid Umar, menurut kepercayaan agama Yahudi, merupakan "altar" tempat Nabi Ibrahim menurbankan putranya. Batu ini pula yang "menyaksikan" Nabi Muhammad mikraj naik ke langit. Sejak itu perjalanan sejarah menunjukkan bahwa tempat suci bagi orang Yahudi itu kemudian menjelma jadi tempat suci orang Islam. Di situ kemudian didirikan Masjid Al-Aqsa dan Masjid Umar yang bertahan sampai sekarang. Tapi ekstremis Yahudi tidak bisa menerima kenyataan ini. Mereka ingin melakukan yang mustahil, yakni memutar jarum sejarah. Baru-baru ini sebuah rencana pengeboman atas kedua bangunan suci tersebut terbongkar. Sebanyak 20 orang pelakunya akan diseret ke pengadilan. Tapi sikap anti-Islam bukannya mereda, malah semakin meracuni dunia politik Israel. Empat tahun lalu, Geula Cohen, tokoh Partai Tehiya, menggalakkan pemberlakuan hukum Yerusalem yang bertujuan mencaplok kawasan Arab dan menempatkannya dalam wilayah Israel. Aksi itu disokong paling sedikit 15 anggota Parlemen. Cohen juga mengajukan rancangan undang-undang (RUU) yang mewajibkan pembukaan tempat suci Islam itu untuk penganut agama Yahudi. Gagasan gila ini tidak sampai terlaksana, dan Cohen bisa ditenangkan Perdana Menteri Shimon Peres. Ternyata, kelompok radikal tidak begitu saja menyerah. Tim pengacara yang bekerja untuk Gerakan Bawah Tanah Yahudi mencarikan dasar-dasar hukum yang memungkinkan Masjid Al-Aqsa dan Masjid Umar diawasi warga Yahudi. "Kami tidak akan berhenti sebelum Kuil Nabi Sulaiman dikembalikan pada bangsa Yahudi," kata Gershon Salomon, pemimpin organisasi Umat Setia Kuil Sulaiman. Dia sesumbar, gerakannya didukung belasan ribu aktivis dan simpatisan. Berkat bantuan sobat-sobat Kristen, umat itu semakin diapi-apikan. Tidak heran jika Kollek waspada. Wali kota ini sadar bahwa warga Islam yang minoritas akan melancarkan perang jihad bila saja kedua bangunan suci itu diserang. Kalau itu terjadi, Israel tidak lagi dipercaya dunia internasional, dan Yerusalem bisa-bisa dinyatakan sebagai wilayah internasional di bawah perlindungan PBB. Pemerintah Israel rupanya tidak mau hal seburuk itu terjadi. Sebab, Yerusalem adalah kota suci tiga agama--Yahudi, Kristen, Islam--yang harus tetap dipertahankan. Lagi pula, kota itu sudah mendapat status sebagai ibu kota Israel. Kepada 4.000 penganut fundamentalis yang datang dari Eropa dan Amerika, Kollek minta agar turut mempertahankan ketertiban kota. "Marilah mengamankan kota ini dari bentrokan Islam melawan Kristen," katanya terus terang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini