INI bukan terjadi di Bank Duta. Tapi di Bank Sumitomo Tokyo. Ketua Dewan Direksi Bank Sumitomo, Ichiro Isoda~ ~Ahad kemarin mengumumkan akan mengundurkan diri karena merasa bertanggung jawab atas kasus korupsi yang dilakukan bekas manajer salah satu cabang bank tersebut. Padahal, Isoda, 77 tahun, yang pada 1982 dinobatkan sebagai Bankir Dunia oleh sebuah majalah keuangan, adalah ujung tombak bank terbesar kedua di Jepang itu. Ia bekerja di Sumitomo sejak 1972 dan diangkat sebagai presiden direkturnya pada 1983. Pengumuman pengunduran diri Isoda yang tiba-tiba itu menyusul penangkapan atas Akinori Yamashita, bekas manajer Bank Sumitomo cabang Aobadai, di Yokohama, dua hari sebelumnya. Yamashita, 45 tahun, bersama seorang rekannya, didakwa telah membujuk para langganan bank untuk memberikan pinjaman sebesar 23 milyar yen pada Koshin, sebuah perusahaan yang dimiliki sekelompok spekulan saham. Se~bagai imbalannya, kepada Yamashita dijanjikan keuntungan sangat tinggi. Skandal itu terbongkar ketika penyelidik pemerintah mendapatkan bahwa bukti-bukti transaksi Koshin ternyata melanggar hukum. Dalam pengumuman tentang pengunduran dirinya, Isoda mengatakan "Sungguh sangat disesalkan kejahatan seperti itu dilakukan oleh seorang bekas manajer cabang yang seharusnya bertanggung jawab kepada rakyat banyak. Karenanya, wajar kalau direkturnya harus turut bertanggung jawab." Kepergian Isoda banyak disesalkan oleh kalangan perbankan. Selama masa kepemimpinannya, Isoda telah membuat Bank Sumitomo menjadi suatu institusi keuangan yang agresif dan inovatif. Ia berhasil menyelamatkan berbagai pranata keuangan dari kejatuhan atau gulung tikar. Misalnya saja pada 1986 ia mengulurkan tangan untuk melakukan merger dengan Heiwa Sogo Bank dengan menyuntikkan dana 200 milyar yen, padahal bank-bank lain tak berani menempuh risiko itu. Sebelum itu Bank Sumitomo berhasil merehabilitasi pabrik mobil Mazda, pabrik bir Asahi, dan pabrik kertas Daishowa yang sedang diancam krisis keuangan berat. Berkat jasa Isodalah Mazda terselamatkan, bahkan berhasil menjalin kerja sama lebih erat dengan Ford, perusahaan mobil Amerika. Sumitomo juga mensponsori merger antara dua konglomerat, Ataka dan Itoh. Konon, pada waktu itu Isoda mengatakan kepada para eksekutif Sumitomo, yang ragu kalau kedua perusahaan raksasa itu jatuh, dunia perbankan juga akan terkena musibah. Di situlah sementara pihak mengkritik Isoda karena terlalu menekankan pada agresivitas perbankannya, menelantarkan pengawasan. "Ia seharusnya mengingatkan anak buahnya untuk bekerja di garis di~siplin dunia perbankan, yaitu kesahajaan," kata sebuah sumber pada harian Japan Times. Ada yang mengatakan, kepergian direktur sukses itu sebagai peringatan terhadap dunia perbankan di Jepang dewasa ini. Katanya, lembaga-lembaga keuangan terlampau dihinggapi obsesi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Salah satu caranya, meminjamkan uang pada spekulator tanah dan saham. Sebenarnya, menurut beberapa sumber perbankan di Jepang, dalam keadaan ekonomi seperti sekarang ini Sumitomo mestinya bermain secara defensif. Tapi Isoda, yang pada masa mudanya senang bermain rugby (sejenis permainan bola yang menekankan pada permainan ofensif), mana mungkin menyenangi sikap ini. Isoda juga harus segera memutuskan apakah ia akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua Federasi Organisasi-Organisasi Ekonomi. Pengurus klub prestisius itu biasanya para bankir yang sukses. Apa pun kata orang, Ichiro Isoda telah melakukan hal yang sesuai dengan kode etik tak tertulis di lembaga pemerintahan dan swasta Negeri Matahari Terbit itu: bertanggung jawab atas segala tindak tanduk semua bawahannya. ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini