Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bukan Sembarang Idola Australia

Eskalasi kekerasan politik terhadap warga Australia dalam dua tahun terakhir menguatkan dukungan kepada Howard. Namun rata-rata hasil jajak berpihak pada Latham.

4 Oktober 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di mana-mana, bintang hiburan sedang digilai orang. Di Australia, bahkan karisma Perdana Menteri John Howard dan pamor pemimpin oposisi Mark Latham tenggelam dalam bayang-bayang Australian Idol, yang memasuki musim kompetisi kedua. Padahal bintang kedua seteru itu—yang bakal saling sikut dalam pemilihan umum Sabtu pekan ini—kian bersinar.

Bandingkan. Saat Howard dan Latham terlibat dalam debat televisi di Channel Nine dua pekan silam, jumlah pemirsa di seantero Negeri Kanguru 1,51 juta orang—cukup jauh di bawah pemirsa acara pencarian bakat Australian Idol di Ten Network, yang mencapai 2.1 juta. Bahkan, ketika debat itu disiarkan ulang oleh stasiun ABC beberapa jam kemudian, jumlah penonton hanya bertambah 300 ribu.

Hasil jajak yang ditayangkan selama debat berlangsung menunjukkan Latham—yang pernah gencar diberitakan mematahkan tangan seorang sopir taksi akibat bertengkar soal argo—lebih disukai masyarakat Australia (67 persen) ketimbang Howard (33 persen). Howard sendiri menolak mengomentari angka-angka ini setelah debat selesai. Sedangkan Latham, yang memilih pulang dengan berjalan kaki di kawasan Lowe, Sydney, langsung dielu-elukan dengan antusias oleh masyarakat. "Skornya 5-0 untuk Latham," gurau Steve Spiros, seorang pengusaha lokal, yang disambut tawa pemimpin Partai Buruh itu.

Kendati kalah citra di televisi, posisi Howard belum sepenuhnya luruh. Saat koran The Australian membuat jajak pendapat siapa perdana menteri yang lebih diinginkan, 52 persen memilih Howard dan 48 persen condong ke Latham. Sikap Howard yang lebih tegas dalam menangani isu terorisme rupanya masih dibutuhkan masyarakat, meskipun disertai perasaan "butuh tak butuh" yang kental.

Ketua Partai Liberal yang sudah tiga kali menduduki kursi perdana menteri itu memang pandai memanfaatkan rasa ketidakamanan rakyatnya. Misalnya saat bom Bali meledak pada 2002, yang banyak menelan korban warga negara Australia. Ketika itu, Howard berani menjanjikan bahwa hanya pemerintahannya yang bisa menjaga keamanan dalam negeri. Momentum itu datang lagi dua hari setelah Howard mengumumkan jadwal pemilu 9 Oktober, dengan terjadinya ledakan di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Pekan lalu, ia mengumumkan penyediaan dana 39 juta dolar Australia (Rp 256,5 miliar) untuk memperkukuh pertahanan perbatasan dengan terus-menerus "membersihkan" perairan dan udara Australia dari elemen yang berbahaya. Sikap kerasnya memang terbukti mendulang dukungan dari banyak lapisan masyarakat, yang merasa kian gerah dengan eskalasi kekerasan di kawasan ini.

Namun dukungan itu tidak didapatkan dengan cuma-cuma. Menurut jajak pendapat The Associated Press Rabu pekan lalu, 66 persen responden percaya bahwa aksi militer yang didukung Australia di Irak telah membuat dunia jauh lebih tidak aman—hanya 7 persen yang setuju aksi tersebut telah membuat dunia lebih aman. Sisanya menjawab tidak tahu. Dalam menjawab pertanyaan apakah ini salah satu isu penting dalam menentukan kecenderungan untuk memilih Howard, 69 persen responden menjawab ya.

Indikasi ini bisa menjadi pedang bermata dua. Artinya, bisa jadi kebanyakan rakyat tidak setuju dengan aksi militer yang didukung pemerintah Howard, tapi apa boleh buat—karena sudah kepalang membuat dunia lebih berbahaya—mereka mungkin terdorong memilih pemerintah yang dengan tegas memperkuat keamanan. Bukti lainnya, ketika Maret lalu Latham mengampanyekan janji penarikan pasukan Australia dari Irak menjelang Natal tahun ini (Troops home by Christmas), sebagai upaya pelemahan pamor Howard, justru hasil polling menunjukkan melemahnya dukungan kepada Latham.

Walhasil, Sabtu pekan ini akan menjadi hari penentuan yang sesungguhnya, siapakah yang menjadi "Australian Idol" sejati: Howard, yang akan memperpanjang masa jabatan keempat, atau Latham, perdana menteri muda yang energetik. Australia akan memilih.

Akmal Nasery Basral (Jakarta),Dewi Anggraeni (Melbourne)


Sepasang Kandidat Negeri Kanguru

JOHN HOWARD
Lahir: 26 Juli 1939

Pendidikan:

  • Fakultas Hukum
  • Universitas Sydney

Pemerintahan:
Perdana Menteri Australia ke-25

  • Termin pertama: 1996-1998
  • Termin kedua: 1998-2001
  • Termin ketiga: 2001-2004

Partai:
Ketua Partai Liberal Australia

  • Termin pertama: 1985-1989
  • Termin kedua: 1995-sekarang

Isu yang Dijual dalam Kampanye:

Luar Negeri
Sekutu AS dan Inggris dalam invasi ke Irak pada 2003.

Imigran & Lingkungan
Cenderung anti-imigran. Saat kampanye tahun 2001, Howard melempar isu para imigran gelap "melempar anak-anak mereka dari perahu" di lepas pantai Christmas Island untuk memaksa pemerintah Australia menerima kedatangan mereka. Isu ini ternyata tak terbukti.

Terhadap isu perkawinan sesama jenis, Howard dengan tegas menentangnya. Dia berusaha membatalkan sebuah peraturan di Australian Capital Territory yang memperbolehkan pasangan sesama jenis mengadopsi anak.

Keluarga
Tempat bagi seorang ibu sebaiknya di rumah. Itu sebabnya Howard memberikan tunjangan sebesar 300 dolar Australia (sekitar Rp 1,9 juta) per tahun bagi keluarga yang punya anak tapi sang ibu tidak bekerja di luar rumah.

Pendidikan
Mengimbangi rencana Latham untuk mengalihkan subsidi dari sekolah swasta kaya kepada sekolah negeri, Howard mengalokasikan dana $A 700 juta (sekitar Rp 4,5 triliun) untuk sekolah negeri yang akan dibayarkan langsung kepada POMG/komite sekolah, bukan kepada negara bagian tempat sekolah itu berada. Padahal, di Australia, sekolah negeri biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah negara bagian, yang saat ini semuanya dikuasai Partai Buruh.

Panggilan Howard untuk Latham:
Mr. Flip-Flop (sebuah tokoh di buku anak-anak, karena Latham amat getol mengampanyekan pentingnya anak-anak dibacakan cerita saat baru lahir)

MARK LATHAM
Lahir: 28 Februari 1961

Pendidikan: Fakultas Ekonomi Universitas Sydney

Pemerintahan:
Pemimpin Parlemen Federal dan Pemimpin Oposisi (berdasarkan konvensi, pemimpin oposisi adalah ketua DPR)

Partai:
Ketua Partai Buruh Australia

Isu yang Dijual dalam Kampanye:

Luar Negeri (Irak)
Akan menarik mundur pasukan Australia dari Irak, yang berjumlah sekitar 850 orang, lewat kebijakan Troops home by Christmas. Rencana ini dituding Howard membahayakan hubungan baik Amerika-Australia.

Imigran & Lingkungan
Latham meniup kembali skandal "melempar anak dari perahu" yang pernah dikampanyekan Howard pada tahun 2001, sebagai bukti betapa tak berperikemanusiaannya Howard dan Partai Liberal.

Untuk memperkuat isu lingkungan, Latham merekrut Peter Garrett, Presiden Yayasan Konservasi Australia, sebagai kandidat menteri di Sydney. Dia akan diminta mengisi posisi lowong yang ditinggalkan politisi kawakan Laurence John "Laurie" Brereton. Peter Garrett bukan aktivis lingkungan biasa. Pada era 1980-1990-an, ia adalah vokalis kelompok rock beken Midnight Oil yang digandrungi masyarakat Australia. Garrett sering dianggap sebagai musisi sayap kiri karena syair-syairnya keras menampar berbagai kebijakan Amerika Serikat dalam dasawarsa itu.

Keluarga
Latham akan menghapus tunjangan $A 300 per tahun yang dilakukan Howard dan akan menggantinya dengan keringanan pajak yang juga berlaku bagi ibu-ibu tak bersuami (single parent) yang bekerja di luar rumah.

Pendidikan
Program Read Aloud Australia. Latham yakin pendidikan dimulai bukan pada hari pertama masuk sekolah, tapi pada hari pertama kehidupan. Ia mengalokasikan bujet $A 80 juta dalam bentuk pemberian tiga buku untuk setiap bayi yang baru lahir. Buku-buku itu untuk dibacakan para orang tua kepada bayi mereka.

Subsidi untuk sekolah swasta yang kaya akan dialihkan ke sekolah negeri dan sekolah swasta yang tidak terlalu kaya.

Panggilan Latham untuk Howard: Arselicker

Akmal Nasery Basral (ABC, The Sydney Morning Herald, Wikipedia), Dewi Anggraeni (Melbourne)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus