KAPAL penjelajah Argentina Jenderal Belgrano tenggelam dua tahun silam. Tapi kisahnya sampai kini masih bergema panjang dalam parlemen Inggris. Gara gara Belgrano, pemimpin Partai Buruh Neil Kinnock mendapat kesempatan untuk menyerang Perdana Menteri Margaret Thatcher. Dia menuduh wanita besi itu telah berbohong kepada parlemen, khususnya dalan perkara Clive Ponting. Siapa Ponting? Laki laki bermuka tirus ini adalah pejabat tinggi pada departemen pertahanan Inggris. Sebagai pegawai pemerintah ia telah melakukan dosa besar, yakni membocorkan rahasia negara kepada Tam Dalyell, anggota parlemen dari Partai Buruh. Menurut Dalyell, ada beberapa hal yang tetap tinggal "gelap" karena itu ia menuntut supaya pemerintah mengungkapkan lebih banyak informasi sekitar tenggelamnya Belgrano. Mengapa anggota Majelis Rendah Inggris itu merisaukan sebuah kapal penjelajah yang sudah tenggelam dan milik Argentina pula, musuh mereka dalam perang Falklands? Soalnya karena membocorkan rahasia kepada Dalyel, Ponting diseret ke pangadilan. Perkaranya disidangkan di Old Bailey yang terkenal itu. Ia dituduh melakukan tindak pidana melanggar UU Rahasia Negara 1911 Bagian II Yang menggugat Ponting adalal pemerintahan Thatcher. Tapi hanya dalam tempo tiga jam. delapan juri (empat pria dan empat wanita) menyatakan tertuduh tidak bersalah. Ponting lalu dibebaskan. Maka, sejak awal Februari debat di Majelis Rendah semakin sengit. Media massa ramai ramai mengulas kasus Ponting. Pemerintahan Thatcher terpojok. Ponting bersama delapan juri itu serta merta tampil sebagai pahlawan. Dan Partai Buruh sebagai pihak oposisi punya peluang emas untuk menjatuhkan Thatcher. Akan halnya Ponting, dia punya alasan kuat mengapa dosa besar yang oleh juri tidak dianggap dosa itu dia lakukan. Pada pendapatnya, loyalitasnya yang utama dan pertama sebagai pegawai negeri ditujukan kepada parlemen, bukan kepada pemerintah. Dan sejauh yang menyangkut pembocoran rahasia, hal itu, kata Ponting, wajib dilakukan, karena ia yakin dan sadar bahwa para menteri telah berbohong kepada Majelis Rendah. Maksudnya? Dalam laporan kepada lembaga wakil rakyat itu, pemerintah mengungkapkan bahwa Belgrano ditenggelamkan, karena mendekati satuan tugas kerajaan Inggris. Dalyell menyangsikan kebenaran laporan ini. Untuk menjernihkan masalah, Menhan Michael Heseltine menugasi Clive Ponting menyelidiki peristiwa Belgrano. Hasil penelitian cukup mengejutkan. Kapal penjelajah Argentina itu ternyata sudah menjauh dari satuan tugas Inggris ketika serangan dilancarkan. Tidak cuma itu. Belgrano bahkan sudah berada di luar zona terlarang yang ditetapkan Inggris. Mengingat akibatnya bisa rawan, Ponting diminta membuat dua versi laporan: satu yang lengkap, satunya lagi untuk parlemen yang serba disamarkan. Karena jiwanya terpanggil untuk mengungkapkan kebenaran dan tiada yang lain kecuali kebenaran maka akhirnya Ponting membocorkan dokumen rahasia kepada Dalyell. Kini kemenangan Ponting menimbulkan kontroversi. Pembebasannya bisa di tafsirkan sebagai penolakan terhadap UU Rahasia Negara 1911 Bagian II. Akibatnya, timbul pertanyaan: apakah UU ini perlu ditinjau lagi. Di pihak lain, loyalitas seorang pegawai negeri berkiblat kepada pemerintah yang berkuasa atau wakil-wakil rakyat? Pertanyaan ini sangat mendasar. Terlepas dari potensi mayoritas Konservatif di Majelis Rendah, iklim demokrasi di Inggris agaknya cukup menunjang berbagai aspirasi, apakah itu untuk perombakan satu UU atau untuk meluruskan jalan kebenaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini