WALAUPUN dihebohkan punya "simpanan", bekas Perdana Menteri Lange -- kini jaksa agung -- masih akan mencalonkan diri dalam pemilu untuk keanggotaan dalam parlemen tahun depan. Mulanya sebuah wawancara sebuah koran mingguan dengan istri Lange, Naomi. Wanita itu mengatakan, mereka telah berpisah lantaran "ada main" antara suaminya dan Margaret Pope, penulis pidato-pidatonya. Tapi Naomi tak berbicara banyak. "Perkawinan adalah masalah pribadi dan tak pantas dibicarakan secara terbuka," katanya. Kemudian, dalam sebuah pernyataan pendek, Lange mengakui bahwa ia telah berpisah dengan istrinya, yang dinikahinya di London pada 1968 itu. Ibu Lange, Phoebe, juga tak kurang sewotnya dengan tingkah anaknya itu. "Kekuasaan telah mengubahnya secara drastis. Ia merasa bagaikan raja Selandia Baru." Tapi Rod Alley, dosen ilmu politik pada Universitas Victoria, punya dalih lain. "Mungkin ia jenuh dalam pekerjaannya, dan memerlukan suatu 'selingan' dalam kedudukannya sebagai perdana menteri," kata Alley. Sementara itu, banyak pula yang mengatakan, Margaret Pope banyak mempengaruhi keputusan-keputusan politik semasa Lange berkuasa lima tahun, sampai Agustus lalu. Sikap Lange yang antinuklir disebut-sebut sebagai akibat pengaruh Margaret Pope. Itu tentu saja dibantah oleh Nona Pope, 37 tahun. Pekerjaan dia hanyalah sebagai penyusun pidato, katanya. Dan dia selalu mengerjakan yang diinstruksikan oleh perdana menteri, dan bukan sebaliknya. Dalam bantahan itu juga Nona Pope -- yang janda itu -- mengatakan hal-hal yang memberikan indikasi adanya hubungan dia dengan Lange. "Pekerjaan sebagai perdana menteri merupakan pekerjaan yang penuh dengan kesepian," tutur Pope. Adakah hal-hal seperti ini berpengaruh dalam kehidupan politik di Selandia Baru, akan terjawab sesudah pemilihan anggota parlemen, tahun depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini