Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Calon tanpa cap marcos

Ramon mitra dari partai liberal demokratik dipastikan kandidat presiden filipina mendatang. ia mengungguli fidel ramos, bekas menteri pertahanan. selain itu pencalonannya dianggap tepat.

7 Desember 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bekas Ketua Kongres itu mengalahkan Fidel Ramos. Tampaknya, calon presiden dari kubu Cory ini tepat. TEPUK tangan menggema di Gedung Celebrities Sport Plaza di Quezon City, Manila, tatkala nama Ramon Mitra diumumkan sebagai pemenang. Maka, Sabtu malam pekan lalu itu sudah pastilah kandidat presiden dari Partai Liberal Demokratik, partai penguasa Filipina kini. Lelaki bercambang lebat yang baru saja mengundurkan diri dari jabatan Ketua Kongres ini mengungguli saingan beratnya, Fidel Ramos, bekas menteri pertahanan. Untuk calon wakil presiden, Partai Liberal Demokratik tampaknya belum punya calon. Ramos, yang ditanya kesediaannya untuk jabatan kedua itu, menjawab tegas. "Tidak. Saya dan Mitra sudah sepakat tak akan mencalonkan diri sebagai wakil presiden," katanya pada Liston P. Siregar dari TEMPO. "Tapi saya tetap di Partai Liberal Demokratik dan akan memperjuangkan demokrasi di Filipina," katanya sambil memilin cerutu di tangannya. Lalu, seberapa besar kesempatan partai ini, yang kini berkuasa di bawah kepemimpinan Presiden Cory Aquino, menang dalam pemilihan presiden Mei tahun depan? Kelemahan mencolok pemerintahan Cory, yang tentunya melekat pada Partai Liberal Demokratik, adalah ekonomi Filipina yang anjlok. Utang luar negerinya kini lebih dari US$ 26 milyar. Banyak keluhan terdengar bahwa standar hidup makin merosot. Pegawai negeri mesti mencari kerja sambilan bila ingin men- cukupi keluarganya. Suara "hidup terasa lebih makmur pada masa Marcos" terdengar baik di kota maupun di desa. Mungkin itu sekadar nostalgia. Namun, serangkaian percobaan kudeta, teror, dan penculikan para pengusaha asing oleh gerakan radikal kiri, serta sejumlah bencana alam, memang merusakkan ekonomi Filipina. Para investor asing kehilangan rasa amannya sehingga modal asing pun lari dari Filipina. Lalu, bencana alam, misalnya gempa di Luzon Utara, menelan biaya sekitar US$ 800 juta. Belum lagi banjir yang merusakkan sawah dan ladang. Penghasilan negara pun berkurang dengan tak diperpanjangnya kontrak sewa pangkalan angkatan udara Clark dan pangkalan angkatan laut Subic. Lebih dari US$ 2 milyar mestinya diterima Filipina dari penyewanya, yakni Amerika. Belum lagi nilai ekonomi pasukan Amerika yang bermarkas di pangkalan itu. Di Clark terutama, adanya pangkalan dan pasukan memberi peluang berbagai usaha rakyat Filipina: pasar, toko kelontong, rumah makan, sampai kompleks pelacuran. Kelemahan itu mungkin bisa ditambah dengan jasa pemerintahan Cory menghidupkan demokrasi. Penangkapan sewenang-wenang seperti pada zaman Marcos praktis tak lagi terjadi. Banyaknya kandidat presiden untuk pemilihan Mei nanti juga membuktikan bahwa demokrasi berjalan. Kardinal Jaime Sin, pemimpin mayoritas umat Katolik Filipina, yang diwawancarai oleh Leila S. Chudori dari TEMPO, memuji pemerintahan Presiden Cory yang telah mengembalikan kehidupan dan struktur demokrasi. Lembaga yudikatif, legislatif, dan eksekutif, yang dahulu dihancurkan oleh Marcos, kini kembali berfungsi. "Jangan menyangka hal itu merupakan pekerjaan mudah," kata Kardinal. Pun sukses Cory meredam gerakan kiri di bawah bendera Partai Komunis Filipina dengan sayap militernya yang bernama New People's Army (NPA) pantas dipuji. Pemberontak komunis yang pernah ditakuti karena aksi teror kotanya yang dilakukan satuan penembak tepat NPA yang dijuluki kesatuan "Burung Gereja" itu kini terdesak ke pedalaman. Pertengahan tahun lalu, hanya terdengar 80 kasus pembunuhan yang dilakukan satuan ini. Pada zaman Marcos, rata-rata tiga sampai empat orang dibunuh "Burung Gereja" tiap harinya. Kebijaksanaan pendekatan persuasif Cory Aquino, yang mulamula ditentang militer, ternyata ada hasilnya. Keputusan Mahkamah Agung pada tahun lalu, yang memungkinkan seseorang yang terlibat aksi subversi dapat ditahan tanpa pemeriksaan lebih dulu, telah mengurangi jumlah anggota Partai Komunis. Maka, tampaknya bisa diharapkan simpati rakyat pada Partai Liberal Demokratik dan kandidat presidennya. Apalagi sang kandidat, Ramon Mitra, tak punya cap sebagai pengikut Marcos. Justru, ia pernah dipenjarakan oleh diktator itu bersama Benigno Aquino, mendiang suami Cory. Pasal tersebut terakhir itulah yang bisa menangkal menangnya calon dari Partai Nacionalista, oposisi terkuat. Tokoh-tokoh Partai Nacionalista, semua saja, pernah berkawan dengan Marcos. Misalnya, Danding Cojuanco, si pemilik saham terbesar pabrik bir San Miguel, yang pada mulanya ikut Marcos lari ke Hawaii. Lalu, Salvador Laurel, kini wakil presiden yang dulu senator pro Marcos. Juga Juan Ponce Enrile, meski ikut menjatuhkan Marcos, dia pun pernah jadi menterinya Marcos. Seandainya pun Imelda Marcos bergabung dengan Partai Nacionalista, melihat ademnya suasana setelah beberapa minggu ia berada di Filipina kembali, tampaknya pengaruhnya tak akan besar. Jangan lupa faktor Kardinal Sin, yang mengorganisasikan Dewan Pastoral Umat untuk Program Pertanggungjawaban Pemilu dalam tiap paroki. Tujuan organisasi ini, antara lain, "Membimbing para anggota paroki untuk memilih kandidatnya, yang menurut kami sebaiknya orang yang jujur, berintegritas tinggi, dan mampu memperbaiki ekonomi Filipina," kata Kardinal Sin. Dewan inilah, yang tersebar di semua provinsi ini, yang akan menjadi rem skandal pembelian suara, yang banyak dilakukan kandidat yang kaya-kaya. Maka, uang Imelda, ditambah kekayaan Danding Cojuanco yang bisa untuk membeli suara, bisa mentok pada kampanye Dewan tersebut. Mitra sendiri berjanji untuk mendukung, "kebutuhan demokrasi." Adapun calon dari partai lain, tampaknya, belum jadi saingan Ramon Mitra. Didi Pambadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus