Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Carter Menarik Sang Jenderal

Mayjen Singlamb, kepala staf tentara AS di Korea Selatan dicopot, dianggap menentang keputusan Carter menarik tentara AS. Kor-Sel dipersenjatai modern untuk mencegah perang akibat invasi Kor-Ut.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAYOR Jenderal Singlaub secara mendadak dipanggil ke Washington dari tugasnya di Korea Selatan. Ia tiba di ibu kota Jum'at sore 20 Mei. Pagi hari esoknya, ia sudah diterima oleh Presiden Carter. Tidak ada keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Gedung Putih sehabis pertemuan penting dan mendadak itu. Juga tidak ada keterangan dari Harold Brown, Menteri Pertahanan yang menyertai Singlaub. Yang kemudian diketahui adalah keputusan Carter untuk mencopot Singlaub dari kedudukannya sebagai kepala staf tentara Amerika di Korea Selatan akibat dari sikap menentang jenderal itu terhadap kebijaksanaan militer Carter di Korea Selatan. Sudah sejak masa kampanyenya, Carter berjanji akan menarik pasukan-pasukan Amerika dari semenanjung Korea. Setelah menjadi Presiden, janji itu berangsur-angsur akan dijadikan kenyataan. Dua pekan silam, Kepala Staf Cabungan Angkatan Perang Amerika, Jenderal George Brown, dan pembantu Menteri Luar Negeri Philip Habib, berada di Seoul untuk merundingkan soal penarikan itu dengan pemerintah Korea Selatan. Presiden Truman Membaca rencana tibanya dua pejabat tinggi Amerika tersebut, serta keputusan Carter untuk dalam iima tahun menarik habis sekitar 40 ribu pasukan Amerika di Korea Selatan, Mayjen Singlaub mengeluarkan pernyataan di depan para wartawan di Seoul. "Kalau kita menarik pasukan darat kita seperti yang direncanakan itu, kita akhirnya akan mengakibatkan pecahnya sebuah peperangan", begitu jenderal itu dikutip. Segera saja berita itu menyambar-nyambar di Gedung Putih. Carter sudah tentu marah. Sikap menentang seorang jenderal semacam ini memang bukan barang baru dalam sejarah Amerika Serikat. 26 tahun silam, Jenderal Mac Arthur juga berselisih dengan Presiden Truman dalam hal rencana Mac Arthur untuk membom Cina. Kedua pembangkangan itu terjadi di Korea. Carter nampaknya tidak berniat menyalahi tradisi yang telah ditanamkan oleh pendahulunya. Seperti juga Truman yang memecat Mac Arthur, Carter juga segera melakukan tindakan yang sama. Tapi sebagai basa-basi, secara resmi diumumkan bahwa "Mayjen Singlaub akan mendapatkan kedudukan lain setelah ditarik dari Korea Selatan". Di Korea Selatan, penarikan Singlaub itu ditanggapi dengan penuh prihatin. Koran-koran di Seoul pekan silam menyuarakan kecemasan dan rasa tidak aman sebagai akibat tindakan keras Carter tersebut. Rasa cemas menjadi semakin hebat, karena pada hari-hari yang tidak berantara lama, Presiden Park Chung Hee sudah secara resmi menerima rencana dan putusan Carter untuk "secara berangsur-angsur selama empat atau lima tahun menarik semua pasukan Amerika Serikat dari semenanjung Korea". Reaksi Keliwatan Di Washington, yang menjadi topik pembicaraan para senator memang bukan rencana penarikan itu. "Kita semua sudah tahu soal itu ketika Carter masih berkampanye", kata senator Bob Michel dari negara bagian Illinois. Tapi pemecatan Singlaub itu tetap saja menjadi soal yang menimbulkan ribut di kongres. Bob Michel, wakil pemimpin kelompok Republik dalam Kongres, menyebut tindakan Carter itu sebagai "reaksi yang keliwatan terhadap ucapan Jenderal Singlaub". Menurut para senator yang menghadiri sebuah sidang dengar pendapat dengan Jenderal Singlaub, keputusan Carter itu "sama sekali tidak dilakukan berdasar nasehat seorang ahli militer Gedung Putih". Dengan kata lain, Carter dituduh bertindak impulsif. Belum diketahui hasil yang dicapai dan langkah yang akan diambil oleh kongres terhadap tindakan Carter maupun kebijaksanaan baru di semenanjung Korea. Tapi Lee Chol-sung, pemimpin partai oposisi di Seoul, pekan silam menyatakan kekhawatiran yang amat sangat terhadap rencana penarikan pasukan Amerika tersebut. Katanya: "Rencana itu akan merusak pertimbangan militer di sini". Untuk mencegah kemungkinan perang utara-selatan di Korea, Lee mendesak agar negara yang terbagi itu secara bersama-sama diterima sebagai anggota PBB. Lee juga mendesak agar sebelum pergi, Amerika terlebih dahulu memperkuat persenjataan Korea. Soal Korea menjadi amat menarik perhatian di Washington terutama setelah pihak Kongreng bukan cuma membicarakan kasus pemecatan Singlaub, tapi juga penarikan pasukan itu sendiri. Penasehat militer Kongres yakin bahwa pasukan Korea Utara tidak lagi seampuh keadaannya di tahun 1950, sementara pasukan Korea Selatan telah berkembang dengan pesat sekali. Meski demikian timbul gagasan di Kongres untuk mempersenjatai Korea Selatan secara amat moderen sebelum seluruh pasukan Amerika angkat kaki dari jazirah tersebut. Disebut-sebut bahwa angkatan udara taktis Korea Selatan akan dilengkapi dengan pesawat penempur taktis F- 16 dan meninggalkan pesawat F-45 - yang kini dipakai Amerika di Korea - untuk pasukan udara negeri itu. Juga divisi mekanik nampaknya akan diciptakan dengan perlengkapan tank M48 serta tank 324 dan pengangkut personil tipe M 113. Dua batalion tambahan peluru kendali dari darat ke udara serta satu kompi pasukan anti tank untuk tiap divisi juga bakal diberikan, di samping sejumlah meriam kaliber 155 juga akan disertakan pada perlengkapan yang bakal dipunyai oleh pasukan Korea Selatan dalam waktu dekat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus