Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Charles Menanti Takhta

Berkat rajin merawat kedua orang tuanya, popularitas Pangeran Charles sebagai pengganti Ratu Elizabeth II melejit. Bersaing ketat dengan putra sulungnya, Pangeran William.

18 Juni 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Charles Philip Arthur George menjadi orang paling sibuk selama rangkaian perayaan berlian bertakhtanya Ratu Elizabeth II dua pekan lalu. Bersamaan dengan perayaan itu, putra mahkota Kerajaan Inggris ini harus merawat ayahnya, Pangeran Phillip, 91 tahun, yang terbaring tak berdaya karena infeksi kandung kemih. Bangsawan bergelar Pangeran dari Wales ini harus mendampingi sang Ratu pada misa agung penutup perayaan megah itu di Katedral St Paul, London, Selasa dua pekan lalu. ­Sehari sebelumnya, pria 63 tahun ini juga harus mewakili sang ayah memberikan pidato saat menutup konser musik di Istana Buckingham. "Yang Mulia, terima kasih telah membuat kami bangga menjadi orang Inggris. Bukan begitu, Ibu?" ujar Charles tersenyum seraya menggoda sang ibu.

Namun kerepotan ayah dua pangeran itu berbuah manis. Ia kembali mendapat kepercayaan rakyat Inggris sebagai ahli waris takhta. Dalam jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei YouGov untuk koran The Sunday Times, 44 persen responden menghendaki Charles menggantikan ibunya. Ia bersaing ketat dengan putra sulungnya sendiri, Pangeran William. Pria bergelar Pangeran dari Cambridge itu meraup dukungan 38 persen.

Ini untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir Charles mengungguli William dalam jajak pendapat bertajuk "Siapa Raja Inggris Berikutnya" itu. Menurut YouGov, publik Inggris terkesan oleh kecekatan Charles dalam merawat ayahnya, sekaligus melayani ibunya. "Sebelumnya, selama dua tahun belakangan, Charles diminta menyerahkan mahkota raja kepada William, tapi kini semuanya berbeda," ujar kolumnis khusus keluarga kerajaan di harian Telegraph, Allison Pearson. Menurut dia, soal popularitas, Charles adalah jagonya. Sayangnya, selama ini publik dan media lebih menyoroti sisi negatif Charles, seperti keretakan rumah tangganya dengan mendiang Lady Diana dan perselingkuhannya.

Dalam sejarah suksesi di Kerajaan Inggris, Charles memang paling sial. Suami Camilla Parker Bowles itu menyandang predikat sebagai putra mahkota terlama dalam sejarah Kerajaan, lebih dari 59 tahun. Hingga kini, ia masih berada di urutan pertama ahli waris takhta, diikuti kedua putranya, Pangeran William dan Pangeran Harry.

Ahli waris takhta Kerajaan Inggris sejatinya bukan melulu soal garis keturunan, tapi juga diatur dalam undang-undang, yakni Bill of Rights (1689) dan Act of Settlement (1701). Dua undang-undang itu mencantumkan berbagai kondisi yang harus dipenuhi penguasa. Misalnya, seorang penganut Katolik Roma tak akan masuk urutan ahli waris takhta, juga penguasa yang menikahi seorang Katolik Roma. Setiap anggota keluarga kerajaan yang menikahi seorang Katolik harus menyerahkan hak atas takhtanya. Sebagai aturan tambahan, penguasa takhta mendapat sakramen komuni di Gereja Inggris dan harus berjanji menjaga kelangsungan Gereja Inggris dan Skotlandia. "Mengenai tata urutan siapa yang paling berhak, ratu punya otoritas memilih," kata Pearson.

Menanggapi semua hasil jajak pendapat itu, bekas perdana menteri Sir John Major, yang secara resmi mewakili Pangeran William, berkomentar di The Sunday Telegraph, "Tidak pernah terlintas di pikiran Pangeran William bahwa dia akan menjadi raja berikutnya sebelum ayahnya menjadi raja lebih dulu." Namun Charles masih harus menunggu untuk duduk di singgasana karena Ratu Elizabeth II masih tampak segar bugar pada usianya yang sudah mencapai 86 tahun.

Sandy Indra Pratama (Telegraph, Guardian, www.royalty.nu)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus