Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CHEN Jing menatap cermin dan menangis dengan bahagia. Dia nyaris tak percaya pada bayangan di cermin, seorang perempuan langsing dan cantik. Nona Jing, 30 tahun, baru saja kehilangan 18 kilogram berat badan. Rahangnya ramping, hi-dung dan matanya dipermak menjadi lebih ”harmonis”. Payudaranya kencang berisi. Pendek kata, penampilan baru ini menghantarkan gelar Lovely Cinderella ke pangkuan si nona pada pertengahan Maret lalu.
Si Cantik Cinderella adalah tayangan reality show di sebuah stasiun televisi di Provinsi Hunan, Cina Utara. Dalam acara ini, para wanita dipermak total dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seluruh pembedahan di meja operasi—menyayat kulit hingga menyedot le-mak—ditayangkan langsung di layar kaca. Pemirsa pun dapat menyaksikan akan perubahan wujud si peserta setelah operasi.
Meski mengerikan, acara ini berhasil merebut hati jutaan perempuan muda negeri itu. Lovely Cinderella melukiskan fenomena baru perempuan Cina. Saat ditanya ingin jadi seperti siapa, para peserta mencuatkan nama-nama perempuan cantik Asia: bekas Miss Hong Kong, Li Jiaxin, aktris Maggie Cheung, atau bintang ope-ra sabun Korea Selatan, Kim Hee-sun.
Kemolekan ala Hollywood—mata besar dan kulit putih—rupanya belum memikat wanita muda Cina. ”Mereka lebih bangga dengan kecantikan khas orang Cina,” kata Zhang Xiaomei, pengelola sebuah majalah mode dan kecantikan di Beijing.
Pusat-pusat kecantikan pun menyambut fenomena baru ini dengan gegap-gempita. Klinik Bedah Kosmetik Yahan di bagian selatan kota Changsa menawarkan implan melalui program operasi Magic Peach dan Dream Xcell. Untuk pemikat, ditampilkanlah poster-poster dengan model wanita berkulit kuning dan bermata sipit khas Cina.
Operasi paling laris di klinik itu adalah mengecilkan kantong mata, memahat hidung dan membentuk tulang rahang supaya wajah lebih ramping dan halus. Menurut Zhang Xiaomei, ada sekitar satu juta operasi plastik berlangsung Cina pada 2005. Jumlah itu makin menanjak pada di tahun-tahun berikutnya.
Sebelumnya, operasi plastik maupun permak bodi dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Hao Lulu, aktris dan penulis masalah fashion di Beijing, pernah menghebohkan Cina. Bayangkan, ia 16 kali masuk kamar operasi untuk mengoreksi bentuk mata, bibir, hidung, pipi, leher, payudara, lengan atas, pantat, paha, dan betis. Media-media lokal menjulukinya sebagai wanita dengan kecantikan palsu.
Kisah Hao Lulu kini tinggal cerita masa lalu. Sekarang, Cina dianggap sebagai salah satu inovator dalam bidang bedah plastik. Tahun lalu, sebuah rumah sakit tentara membedah wajah seorang petani yang hancur diserang beruang. Hidung, bibir atas, pipi dan alis baru dicangkokkan ke wajah korban hingga ”normal” kembali. Rumah sakit itu memiliki fasilitas bedah wajah terlengkap kedua di dunia sesudah Prancis.
Kecantikan memang menjadi bisnis yang digandrungi di Negeri Tirai Bambu. Tahun lalu, Asosiasi Kosmetik, Parfum dan Toiletry Amerika Serikat menobatkan Cina sebagai ”pasar masa depan terbesar”. Perusahaan kosmetik seperti Avon Product Inc., Mary Kay Inc., L’Oreal SA, dan Procter and Gamble Co. berlomba-lomba merebut konsumen di negara berpenduduk 1,3 miliar ini.
Entah apa yang akan dikatakan Pemimpin Besar Komunis Cina, Mao Zedong, jika ia masih hidup dan melihat revolusi kecantikan tengah melanda negerinya. Pada masa kekuasaannya, sekadar bersolek saja dianggap kontrarevolusi. ”Seluruh hidup warga didedikasikan untuk revolusi dan Partai Komunis,” ujar pengamat fashion Zhang Xiaomei.
Chen Jing yang lahir di kampung ha-laman Mao di Xiangtan, Hunan, mengaku beruntung tak mengalami masa-masa itu. ”Kini setiap orang merdeka untuk mengubah hidup dan menjadi lebih percaya diri,” katanya sambil menebar senyum. Sang Cinderella sangat menikmati penampilan barunya. Ia sudah melupakan satu hal yang masih diingat dengan baik oleh sebagian pemirsa televisi di Hunan: wajahnya yang menahan sakit seusai operasi.
Andari Karina Anom (AP, The Economist)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo