MARCOS boleh mati, tapi kontroversi yang melekat padanya sejak muda ternyata terus hidup. Presiden Corazon (Cory) Aquino dan para pembantu dekatnya terpaksa sibuk merapalkan apakah jenazah Marcos akan diizinkan dikubur di Filipina atau tidak. Cory memutuskan "tidak", tapi tekanan untuk mengubah keputusan itu cukup gencar. Bahkan pengacara keluarga Marcos menyalurkan pengaduan ke Mahkamah Agung, menyatakan bahwa keputusan Cory itu melanggar hukum. Akibatnya, Mahkamah pun bersidang untuk menentukan siapa yang benar, Cory atau pendukung Marcos. Bukan kecil kemungkinan kubu Cory dikalahkan. Mahkamah yang beranggotakan 15 hakim agung ini pernah hampir menerima petisi pengacara Marcos, September tahun lalu. Yakni ketika dengan suara 8 banding 7 mereka menolak petisi agar Marcos diperbolehkan kembali ke Filipina. Kini, dengan wafatnya sang mantan diktator, petisi serupa tentu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diterima. Itu berarti Pemerintah Filipina telah mempersiapkan kuda-kuda menghadapi kemungkinan dikebumikannya Ferdinand Marcos di Provinsi Ilocos Norte. Di provinsi kelahirannya 72 tahun silam ini juga masih bersemayam jenazah sang ibunda, Dona Josefa, yang meninggal 16 bulan lalu, menunggu jenazah anaknya untuk dikuburkan bersama. Bagi Cory, mengizinkan Marcos kembali ke tanah airnya sama halnya mengundang kekacauan. Diduga masih cukup banyak pendukung Marcos yang disebut kaum loyalist. Terutama di Ilocos Norte, yang berpenduduk 8 juta dan dikenal bertemperamen keras. Tapi bukan cuma itu. Selain mereka, masih banyak yang berminat menggulingkan Cory. Misalkan saja kelompok komunis dan kelompok militer. Secara resmi, militer memang menyatakan mendukung Cory. Tapi, kuat dugaan, terdapat kelompok militer yang justru bersikap anti. "Paling tidak terdapat tiga kelompok militer yang bersaing menentang Presiden Aquino," kata Senator Ernesto Maceda. Mereka, menurut ketua komisi pertahanan dan keamanan senat ini, adalah para perwira idealis pro-gerakan pembaruan (Reform the Armed Forces Movement atau RAM) kelompok anti-RAM, dan kaum loyalis. Kelompok RAM -- di bawah pimpinan Kolonel Gregorio Honasan hampir saja berhasil melakukan kudeta dua tahun lalu -- tampaknya yang paling berbahaya. Kegiatan agitasi yang dilakukan kelompok loyalis cuma jadi bahan lecehan belaka. Juga, kelompok komunis dan kelompok separatis Islam di bagian selatan tak terlalu berbahaya. Namun, bila terjadi kekacauan menyeluruh yang dipicu oleh penguburan Marcos di Filipina, bukan tak mungkin pemerintahan Cory terancam. Sebab, Wakil Presiden Salvador Laurel dan Senator Enrile juga memiliki ambisi besar untuk menduduki jabatan presiden. Keduanya dikenal tak terlalu memilih teman dalam mengejar ambisi. Keduanya secara terang-terangan menentang larangan penguburan Marcos di Filipina. Namun, Cory tak bisa dipandang enteng. Di belakang dia ada Paman Sam. Tokoh yang suka warna kuning ini menjadi lambang demokrasi yang populer di kalangan pengambil keputusan di Washington. Tak heran jika Badan Penerbangan Federal AS segera mendukung keputusan Presiden Aquino, dengan melarang maskapai penerbangan AS menerbangkan jenazah Marcos. Dukungan lain, yang secara jangka panjang lebih penting, adalah di bidang ekonomi. AS menjadi motor penggerak negara donor, yang Juli lalu menyetujui meminjamkan US$ 3,5 milyar bagi keperluan Filipina tahun depan, dan berhasil menekan bank komersial agar menjadwalkan kembali utang Filipina. Utang komersial ini diperkirakan akan dikorting 50%. Selain itu, pihak bank juga menyatakan kesediaannya menambah pinjaman senilai US$ 1 milyar, Agustus lalu. Semua ini jelas akan membantu ekonomi Filipina yang sedang naik daun. Dan ekonomi yang baik ini tampaknya merupakan pengaman Cory yang lebih jitu daripada kesiagaan militer yang sekarang terus dilakukan. Perut kenyang biasanya membuat orang malas berperang, apalagi demi seorang bekas diktator yang membuat banyak rakyat kelaparan. Bambang Harymurti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini