KETIKA Ferdinand Edralin Marcos bertemu Imelda -- ia 37 tahun, anggota Kongres yang tampan, dan Imelda 23 tahun, bekas ratu kecantikan yang datang dari keluarga ternama tadi tanpa harta -- memang bak dongeng seorang putri terbuang dan seorang pangeran. Sang putri belum lama patah hati karena ditinggalkan Benigno (Ninoy) Aquino, yang lebih terpikat kepada Corazon (Cory) Cojuangco -- Presiden Filipina sekarang. Kata Imelda waktu itu, 1954, Ninoy tertarik kepada Cory karena ia anak orang kaya. Mungkin karena latar belakang ini bila kemudian mereka -- Marcos dan Imelda di satu pihak serta Ninoy dan Cory di pihak lain -- jadi musuh bebuyutan. Tak lama Marcos tahu bahwa istrinya bukan sekadar cantik, tapi juga pengumpul harta yang tak pandang bulu, dan dalam politik seorang Machiavelis tulen yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Perkawinan ini, sejarah mencatat, merupakan jalan lahirnya sepasang diktator. Orang tahu, Imelda kemudian tak cuma seorang istri, tapi juga memiliki kekuasaan yang tak lebih kecil daripada Marcos sendiri. Yang tak banyak diketahui, bagaimana ia akhirnya memegang kekuasaan mutlak. Juga dari mana datangnya kekayaan yang herlimpah ruah itu. Bagaimana pula ia sampai bisa menarik hati pimpinan Gedung Putih, Pentagon, dan CIA. Kenyataannya, Istana Malacanang kemudian memang dikenal sebagai gudang segala yang mahal dan fantastis. Konon, ada sepatu Imelda yang khusus untuk berdisko, yang bisa gebyar-gebyar karena dipasangi lampu yang menyala karena batere. Di samping 3.000 pasang sepatu yang lain, ribuan celana dalam dan kutang hitam, dan beberapa di antaranya tahan peluru. Kamar mandi khusus Imelda pun dibikin tahan peluru. Di luar Malacanang, sebuah rumah gaya Manhattan diisi dengan buku-buku yang jarang ada yang berharga ribuan dolar. Di situ ada sebuah kolam yang dasarnya dihias dengan cermin, yang konon dulu milik Raja Louis XV. Berapa harga semua itu bisa dibayangkan, bila hanya dari hiasan pohon palem dari plastik beserta permatapermata murah yang menjadi dekorasi rumah itu ketika dilelang laku US$ 1 juta. Sementara itu, Marcos, yang mencoba memadamkan berbagai protes, membangun 100.000 km jalan, lebih dari 3.000 sekolah, dan memasang listrik untuk ratusan desa. Semuanya, dalam sebuah artikel di surat kabar Sunday Morning Post, denganbiaya yang tak jelas -- keluar dari anggaran negara ataukah kantung pribadi. Sejak duduk di sekolah, Ferdie, demikianlah Marcos muda dipanggil, memang serba lebih. Konon, anak kelahiran Kota Sarrat di kawasan Ilocos, di Pulau Luzon, dari perkawinan Mariano Marcos dengan Yosefa itu punya kecerdasan luar biasa. Ia bisa mendengarkan sebuah sonata Mozart sekali, lalu memainkannya di piano. Ia bisa menghitung akar sebuah bilangan sampai lima angka di belakang koma. Di Fakultas Hukum Universitas Filipina ia dikagumi profesornya karena bisa menyitir konstitusi dari belakang. Ia pun bisa berpidato berjam-jam tanpa membuat pendengarnya merasa bosan. Ia menguasai bahasa Inggris, Spanyol, dan bahasa daerahnya, Ilocano. Ada satu kemampuannya yang mencemaskan ibunya. Imajinasinya kelewatan. Ia biasa menceritakan satu kisah fiktif di waktu makan malam, hingga ia sendiri akhirnya kacau apakah cerita itu benar terjadi atau tidak. Biasanya, di tengah cerita, ia memasukkan dirinya sendiri sebagai salah seorang tokohnya . Perjalanan Marcos dari masa mahasiswa, masa pendudukan Jepang, sampai kemerdekaan Filipina banyak ceritanya. Ia pernah dipenjarakan, karena menembak musuh politik ayahnya. Ia ditahan pada hari ketika ia diumumkan sebagai lulusan terbaik dari fakultas hukum. Masyarakat menganggapnya sebagai pahlawan. Pidato pembelaannya setebal 30 halaman yang ia bacakan sendiri memukau tak cuma hadirin, tapi juga jaksa penuntut dan hakim. Pada masa pendudukan Jepang, dalam biografi resminya, ia mengaku bertempur di garis depan, dan beberapa kali mendapat bintang dari AS. Versi lain yang dikisahkan dalam The Marcos Dynasty karya Sterling Seagrave (1988), konon ia cuma sempat menembakkan Thompsonnya dua kali. Pertama ketika tugas jaga, dan dengan membabi buta menembaki semak-semak yang dikiranya asukan Jepang menyusup. Kedua, ketika ia mencoba senapan barunya. Dari masa inilah kemudian ia mengaku memperoleh modal kekayaan. Ia menemukan harta karun pasukan Jepang berupa lempengan emas. Yang jelas, ia memang pernah sukses mewakili negaranya dekat setelah Perang Dunia II usai, menuntut ganti rugi dari tentara AS sebesar US$ 160 juta. Karena itu, ia lalu mencoba menuntut ganti rugi atas ternak ayahnya yang katanya menjadi korban tentara Amerika. Ia menuntut ganti rugi hampir US$ 600 juta. Gagal. Pihak AS mengatakan cerita itu bohong. Kala itu, 1949, Marcos tampaknya memang sudah cukup berduit. Ia mendirikan kantor pengacara, lalu berkampanye untuk menjadi anggota Kongres. "Kalau Anda ingin seperti saya, memperoleh jaminan karena ikut perang, pilihlah saya." beitu ia berpidato ke sana-kemari. Waktu itu soal jaminan veteran memang lagi hangat. Ia memang terpilih. Ketika itulah ia menyombong bahwa ia ingin menjadi anggota Senat, jalan menuju kursi kepresidenan. Boleh jadi, itulah akibat imajinasinya yang di luar batas. Namun,imajinasi atau bukan, berkat rekomendasi Presiden Macapagal, pada 1959 ia memang masuk Senat, dan tiga tahun kemudian terpilih sebagai ketuanya. Tiga tahun berikutnya "imajinasi"-nya jadi kenyataan: ia memenangkan pemilihan presiden. Bahkan empat tahun kemudian terpilih lagi. Dan tiga tahun setelah itu ia mengukuhkan dirinya sebagai diktator lewat undang-undang darurat (lihat Lahirnya Seorang Diktator). Kini orang bercerita bahwa harta Marcos-Imelda sebagian besar diperoleh dari perusahaan-perusahaan bayangan dan terselubung yang mereka dirikan. Ke dalam perusahaan-perusahaan itulah sejumlah bantuan luar negeri untuk Filipina nyangkut. Misalnya, bantuan untuk pembangunan Filipina dari bank-bank di AS, yang diurus oleh perusahaan terselubung itu, tak pernah sampai di Manila, melainkan -- tahu-tahu sudah berada, di bank di Swiss. Beban pinjaman yang dikorup itu konon sampai mencapai sekitar US$ 10 milyar -- menjadi tanggungan pemerintah dan rakyat Filipina. Uang tersebut -- seperti kemudian diketahui lewat Pemerintah AS, yang menuntut Marcos dan Imelda di pengadilan di New York -- antara lain dibelikan perumahan di New York City, rumah mewah di Beverly Hills, dan lukisan para master dunia seperti Picasso dan Van Gogh: Ketika Marcos terusir, dan ia diberi tempat di Honolulu oleh Presiden Reagan, Bea Cukai AS mencatat harta yang dibawanya adalah uang kontan US$ 7 juta, tambah beberapa kotak berlian dan permata. Dan baru tahun lalu, ketika Marcos mengunjungi Kerajaan Tonga di Lautan Pasifik, bagasinya berisi uang kontan jutaan dolar plus beberapa kotak sapu tangan penuh berisi permata. Di pengadilan di New York, Imelda-Marcos karena alasan kesehatan belum sekali pun datang di pengadilan -- menolak semua dakwaan terhadap dia dan suaminya, juga terhadap pialang yang kini bangkrut, Adnan Khashoggi. Pialang Arab Saudi itu dituduh membantu menyembunyikan harta panas Marcos, antara lain berupa lukisan. Tapi kehadiran Imelda di pengadilan New York, Oktober tahun lalu, hampir saja membuatnya tak bisa kembali ke Honolulu. Hanya karena budi baik seorang raja tembakau bernama Doris, yang membayar tanggungan buat Imelda US$ 5 juta, kupu-kupu besi itu bisa kembali ke Honolulu. Belum lama ini Pemerintah Filipina mengumumkan bahwa sebuah bank di Swiss mengaku menyimpan rekening bank Marcos senilai US$ 1,5 milyar. Eloknya, bekas diktator yang sudah jatuh itu toh masih punya pengikut setia. Terbetik berita, tahun lalu, ketika Marcos berulang tahun, 11 September, para pengikutnya memberikan hadiah sebuah Mercedes biru antipeluru seharga US$ 150.000. Kini, Imelda menyatakan akan menyumbangkan semua hartanya kepada Pemerintah Filipina. Asal, jenazah suaminya diizinkan dibawa pulang. Mudah-mudahan itu pernyataan tulus -- dari seorang yang pernah mengaku bahwa mengumpulkan harta dengan cara apa pun adalah bukan dosa, melainkan suatu kebahagiaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini