Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mexico City - Setelah hampir 15 jam melakukan persalinan, Karla Lopez Rangel, menerima peringatan dari bidan di Meksiko untuk segera melahirkan bayinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika tidak, bidan memutuskan akan membawa wanita 24 tahun itu ke rumah sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski kelelahan karena kontraksi, Lopez berupaya agar rumah sakit menjadi tujuan terakhirnya.
Pagi itu pada 25 Mei 2020, virus Corona atau Covid-19 menyebar di penjuru Kota Meksiko.
Sejumlah fasilitas kesehatan Ibu Kota Mexico City itu penuh dengan pasien. Lebih dari 30 petugas kesehatan di kota ini meninggal karena tertular virus.
Beberapa pekan menjelang kelahiran, Lopez dan suami, Miguel Flores Torres, mengaku merasa semakin khawatir.
Iztapalapa, tempat mereka tinggal, merupakan lingkungan kelas pekerja yang menjadi pusat pandemi virus Corona atau Covid-19 di Meksiko.
Pada awal Mei, Iztapalapa memiliki kasus positif virus Corona terbanyak di Meksiko.
Ketika ekonomi terpuruk karena kebijakan lockdown, Flores kehilangan pekerjaannya.
Salah satu rumah sakit dengan biaya yang mampu dijangkau pasangan itu mulai menerima pasien Covid-19.
Lopez dan Florez pun merasa khawatir akan terinfeksi Covid-19 jika proses persalinan dilakukan di sana.
Ketika hari kelahiran telah dekat, pasangan ini bergegas mencari alternatif tempat persalinan dan menghindari rumah sakit.
“Saya pikir itu terlalu berisiko. Saya takut, tidak tahu apa yang bisa terjadi jika saya masuk rumah sakit,” kata Lopez seperti diberitakan Reuters, Jumat, 19 Juni 2020.
Pasangan itu kemudian pindah ke apartemen di lingkungan dengan jumlah kasus Covid-19 yang lebih sedikit.
Mereka juga menggunakan jasa bidan yang datang ke rumah, dan membeli kolam untuk persalinan.
Proses persalinan di rumah tidak biasa dilakukan di Meksiko. Sebab, data pemerintah menunjukkan lebih dari 90 persen kelahiran terjadi di rumah sakit.
FRISKI RIANA | REUTERS