PHNOMPENH bagai berpesta pora. Bendera dan umbul-umbul menghias
ibukota Republik Rakyat Kampuchea itu. Penduduk berbaris
sepanjang jalan. Tidak jelas apakah mereka bersyukur, atau
kecewa, atas penarikan mundur pasukan Vietnam yang diupacarai di
bawah Monumen Kemenangan Phnompenh, Senin pagi lalu.
Di depan sebuah konperensi pers, Dubes Vietnam untuk Kampuchea,
Ngo Dinh, menerangkan lebih dari 10.000 serdadu akan ditarik.
Inilah untuk pertama kalinya seorang pejabat Hanoi menyebut
angka berkenaan dengan penarikan mundur yang banyak menimbulkan
pertanyaan itu.
Gagasan penarikan mundur tentara Vietnam dari Kampuchea tercetus
pada KTT Indocina di Vientiane, Laos, Februari lampau. Hanoi
mengatakan langkah ini mencerminkan stabilitas Pemerintah
Phnompenh yang kian mantap. "Prestise internasional Republik
Rakyat Kampuchea tumbuh secara meyakinkan, dan keadaan di negeri
ini tidak mungkin lagi diubah," tulis kantor berita resmi
Vietnam, VNA, minggu silam.
Nada kalimat itu seperti menyindir Pangeran Norodom Sihanouk --
yang mengunjungi basis gerakan perlawanan Khmer diperbatasan
dengan Muangthai bersamaan dengan penarikan mundur sebagian
pasukan Vietnam. Banyak pengamat menilai langkah Vietnam ini
justru untuk mengalihkan perhatian media massa dari kunjungan
pangeran tersebut.
Sihanouk tiba di Bangkok, Sabtu lalu. Ia disambut Asa Sarasin,
sekretaris tetap Kementerian Luar Negeri Muangthai. Di bawah
pengawasan ketat sang pangeran, yang disertai istri dan sejumlah
kecil anggota rombongan, meninggalkan bandar udara Don Muang
dengan limousine militer Thai. Sebelum berangkat ke perbatasan,
ia ditemui, antara lain, oleh dubes RRC, Korea Utara, Malaysia,
Bangladesh, dan Mauritania -- semuanya menyatakan dukungan
kepada Sihanouk.
Pasukan yang ditarik mundur oleh Vietnam dalam kesempatan
pertama ini dikenal sebagai Kesatuan Cuu Long. Cuu Long adalah
nama Vietnam untuk Sungai Mekong. Mereka, bersama 170.000
lainnya, sudah empat tahun berpisah dengan sanak keluarga.
Dipimpin oleh Kolonel Vo Van Dan Kesatuan Cuu Long tiba di
Phnompenh pukul tujuh pagi waktu setempat. Mereka ditunggu di
bawah Monumen Kemenangan oleh Menteri Pertahanan Kampuchea Bou
Thong. Setelah melapor, bersalaman, dan berurai air mata, Van
Dan memimpin pasukannya meninggalkan Phnompenh.
Lebih dari 240 kendaraan perang digunakan mengangkut serdadu
yang pulang kampung ini. Di depan sekali tampak tank T-54 buatan
Soviet dengan nomor 973. Dari Phnompenh, serdadu berikut
peralatannya naik ferry melayari Sungai Tonle Sap menuju Kota Ho
Chi Minh.
Sekitar 150 wartawan asing meliput peristiwa ini. Mereka
diangkut bis, jip, bahkan helikopter. Tetapi hanya kantor berita
resmi Vietnam dan Kampuchea yang mungkin menyiarkan berita itu
pertama kali ke luar. Para wartawan asing dibatasi oleh
miskinnya sarana telekomunikasi.
Ada isyarat Hanoi ingin mendekati ASEAN dengan langkah penarikan
mundur ini. Seperti diumumkan dalam komunike, yang dikeluarkan
bersamaan waktunya dengan berita penarikan mundur ini, para
menlu Vietnam, Laos, dan Kampuchea menyatakan ingin "melanjutkan
usaha membuka dialog dengan para anggota ASEAN".
Tetapi Pangeran Norodom Sihanouk dan para pemimpin perlawanan
Khmer tampak tidak ambil peduli. Mereka bahkan mengumumkan
rencana perang hutan melawan Vietnam di Kampuchea. Perang itu
akan digalakkan sepanjang musim hujan yang mulai bulan ini.
"Para pejuang kami memang tidak membayangkan menaklukkan Vietnam
seutuhnya," kata Sihanouk. "Tetapi kami bisa membuat Hanoi
membayar mahal untuk perang hutan yang akan datang."
Menteri Pertahanan Khmer Merah, Son Sann, memberikan komentar
yang tidak kalah tajamnya. Melalui siaran radionya yang
dimonitor di Bangkok, tokoh itu menyebut penarikan mundur
pasukan Vietnam ini "sekadar sandiwara untuk mengibuli pendapat
dunia."
Dari Beijing, kantor berita Cina, NCNA, menyambut peristiwa itu
dengan tawar. Langkah ini "tidak akan mengurangi dosa Vietnam
terhadap rakyat Kampuchea," kata NCNA. "Juga tidak mengurangi
ancaman terhadap keamanan Muangthai."
Akan para pemimpin ASEAN tampak bagai menahan diri. Namun sebuah
sumber yang dekat dengan pemerintah Singapura sempat memberi
komentar. "Setiap penarikan mundur tentara Vietnam patut
disambut gembira," katanya. "Tetapi move sekarang ini lebih
bersifat operasi kosmetik untuk memancing bantuan dan perhatian
bagi pasukannya yang masih tinggal."
Kehadiran 180.000 serdadu Vietnam di Kampuchea memang pantas
membuat risau para tetangga. Muangthai, misalnya, hanya memiliki
160.000 tentara dalam kesatuan Angkatan Darat. Kalau penarikan
sekarang ini berjalan lancar, Vietnam baru mengurangi 15.000
tentara sampai akhir Mei.
Banyak pihak, terutama Cina, mencurigai penarikan mundur ini
hanya pergantian pasukan dalam bentuk lain. Sebab banyak hal
yang kurang jelas dari mereka. Misalnya, Vietnam tidak
menyebutkan di mana pasukan yang ditarik mundur ini tadinya
ditempatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini