KATA orang Jepang, itulah karikatur hidup. PM Jepang Kiichi Miyazawa, Rabu malam pekan lalu, menyangga kepala Presiden AS George Bush, yang pingsan terkena flu perut. Itulah niat baik Jepang membantu AS, yang sedang dilanda krisis ekonomi. Misi 3 hari Bush ke Jepang kali ini belum cerah hasilnya. Memang, ada Deklarasi Tokyo. Disebutkan dalam Deklarasi itu, antara lain, Jepang bersedia menambah impor 20 ribu unit mobil dari AS setahun. Plus impor suku cadang senilai US$ 19 juta setahun, yang dimulai tahun 1994. Selain itu, Jepang bersedia mengendurkan proteksi perdagangannya, dengan meningkatkan impor sejumlah komoditi AS seperti kertas, semikonduktor, kaca, dan konstruksinya. Itu satu sisi. Ada sisi lain, yang boleh dikata sangat mengecewakan, yakni bagi tiga produsen mobil yang menyertainya di antara 18 pengusaha AS lainnya. "Tak ada persetujuan yang dicapai," kata Harold Poling, presiden perusahaan otomotif Ford Motor Co. AS, yang kini dianggap sebagai satu-satunya negara terkuat di bidang pertahanan, ternyata tak mampu menangkal invasi mobil Jepang, yang membuat Tiga Besar Detroit (General Motor, Chrysler, dan Ford) mengalami kerugian US$ 6 milyar. Jumlah kerugian terbesar sepanjang sejarah otomotif AS. Penambahan impor mobil AS oleh Jepang sebesar 20 ribu unit yang disebut dalam salah satu pasal Deklarasi Tokyo itu, misalnya, sebenarnya hanya menambah 5 ribu unit mobil yang sudah diimpor Jepang selama ini. Dan, ini yang lebih penting, dari 30 ribu unit yang diekspor AS ke Jepang hingga tahun lalu, lebih separuhnya dibuat oleh produsen mobil Jepang, yang mendirikan pabriknya di AS. Bandingkan dengan jumlah ekspor mobil Jepang ke AS yang mencapai angka tiga juta unit per tahun. Kekesalan ketiga produsen mobil raksasa AS makin bertambah ketika mereka bertemu dengan 5 pengusaha mobil Jepang, pekan lalu. Dalam pertemuan di Hotel Okura, Tokyo, pihak Jepang menekankan secara tegas bahwa pihaknya hanya bersedia membeli suku cadang buatan AS bila mutunya sesuai dengan produksi mobil di Jepang, dan murah. Itu sulit. Bagaimana mungkin, AS memproduksi suku cadang bermutu tinggi, sesuai dengan pesanan pabrik Jepang, hanya dalam waktu 2 tahun? Sebenarnya, "Jika pemerintah Jepang memaksa, kami mampu membeli satu juta unit mobil AS. Tapi, apakah konsumen di Jepang mau beli?" kata seorang agen mobil di Tokyo. Memang, berdasarkan poll pendapat yang dilakukan para produsen mobil Jepang, "Tak satu responden pun yang menemukan keunggulan teknologi otomotif AS itu jika dibandingkan dengan produksi Jepang sendiri." Itulah bunyi kesimpulan poll, yang diadakan belum lama ini itu. Ini semua membuat marah Lee Iacocca, manajer mobil yang populer karena setelah didepak Ford ia berhasil mengatrol Chrysler dari kebangkrutan, beberapa tahun lalu. Ia langsung pulang ke Detoit, AS. Di hadapan para undangan Klub Ekonomi Detroit, Presiden Chrysler Corp. Lee mengecam keras pihak Jepang. "Kita harus melakukan pembalasan sekarang juga, bila tak ada penyelesaian," katanya tanpa merinci lebih lanjut. Memang repot. Tahun lalu, AS mengalami defisit perdagangan dengan Jepang sebesar US$ 42 milyar. Dan tiga perempat di antaranya berasal dari impor mobil Jepang. Untuk membantu beban ini, Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional Jepang (MITI) bersedia menekan para produsen mobilnya agar mau bekerja sama dengan rekannya dari AS. Nissan, misalnya, berjanji akan memasarkan tiga ribu unit mobil Ford tahun 1994 nanti, asalkan kemudinya dipindahkan ke kanan. Mazda, yang mempunyai saham terbesar di pabrik Ford, berniat menjualkan mobil berdesain AS sebanyak 1.700 unit, awal tahun depan. Honda akan membantu dengan meningkatkan penjualan 430 unit Chrysler 3 kali. Dan Toyota berusaha membujuk langganan tetapnya agar beralih ke produk GM. Sebelum semua itu terlaksana, bencana sudah dicicipi pengusaha mobil AS. Bulan lalu misalnya, GM memutuskan menutup 21 pabriknya dan memecat 74 ribu buruhnya karena rugi sebesar US$ 3 milyar. Chrysler dan Ford, juga konon rugi sebesar itu. Sementara itu, sistem proteksi perdagangan yang dijalankan pemerintah Jepang tak berubah banyak meski ada Deklarasi Tokyo. Sekitar 4 tahun lalu misalnya, perusahaan telekomunikasi AS, Motorola berhasil memasok telepon mobil ke Jepang. Tapi, pemasaran mereka dibatasi, khusus untuk daerah Osaka. Tokyo dan wilayah lainnya diwajibkan memakai produk dalam negeri. Seluruh instansi pemerintah Jepang sekarang ini pun diwajibkan menggunakan komputer dalam negeri. Maka, karikatur hidup itu benar. Pada diri PM Kiichi Miyazawa perdagangan AS-Jepang bergantung. Misalnya, bersediakah ia mengubah kebijaksanaan proteksi lebih jauh? DP (Jakarta) & S. Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini