Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dan iapun jadi tentara sewaan

Segrave penembak tempat dari inggris menjadi tentara sewaan di angola karena kekeruhan ekonomi inggris. dari pekerjaannya itu ia memperoleh rp 150. ribu perminggu dengan mempertaruhkan nyawa.

28 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA disebut "anjing-anjing peperangan" -- satu sebutan dari Shakespeare yang dikutip noelis Frederick Forsyth ("The Day of the Jackal") dalam bukunya yang ketiga, "The Dogs of War" (l9 74). Kehidupan tentara sewaan memang bisa brutal seperti terlukis dalam novel itu -- sebagaimana juga tentara sewaan yang dipergunakan para raja Eropa dalam abad ke-12 dan ke-13, dan juga yang dipergunakan di Konggo tahun 1960. Kini, setelah 21 "anjing peperangan" dari Inggeris ditembak mati di Angola oleh komandan mereka sendiri yang buas -- karena mereka menolak bertempur melawan tentara Kuba yang berjumlah banyak itu perhatian disorotkan ke ogoran in. Di antaranya adalah kisah seorang pemuda dengan nama samaran, dengan latar belakang kekeruhan ekonomi Inggeris sekarang -- sebagaimana ditulis dalam The Daily Mirror pekan lalu: LARRY Segrave ingin jadi tentara sewaan. Menganggur, dan tanpa harapan, ia siap menyabung nyawa. Satu-satunya yang bisa ia berikan: kebolehannya menembak tepat. Mengetahui keadaan yang makin berat dipihak FNLA di Ango itu, bisa dibayangkan jenis manusia apa yang siap menyerahkan dirinya ke sana. Lewat segala macam perhitungan: FNLA itu tidak terlatih baik, persenjataan amat buruk dan nyaris terkalahkan. Tapi toh Larry, anak muda berumur 29 tahun, bertekad juga akan ke Angola. Larry tinggal bersama isterinya, Pat, dengan 4 orang anak di Birmingham, Inggeris. Dan secara terus terang ia mengaku bahwa keputus-asaan dalam mencari uang sudah menyeret dirinya ke pekerjaan yang mempertaruhkan jiwa. "Saya tidak bisa melihatnya seperti orang lain. Saya bukan anak brandal. Saya adalah manusia biasa yang tidak punya pekerjaan. Dan kalau anda berada di tempat saya sekarang, mati pun tidak menakutkan, sebab yany, anda pikirkan hanya uang", begitu ia berkata. Larry sesungguhnya tidak bertampang tentara bayaran. Tubuhnya kurus, muka pucat. Ia nampaknya terlalu cepat mateng. Bersama keluarganya, ia hidup dari dana sosial, ditambah dengan sedikit tunjangan keluarga. Flat keluarga Larry Segrave di distrik Alum Rock, Birmirham, dilengkapi dengan peralatan rumah tangga yang sangat minim. Gambaran kemiskinan ini masih diperkuat lagi dengan pernyataan Pat Segrave bahwa selain ke warung, ia hampir tidak pernah meninggalkan flatnya. Di pertengahan tahun enam-puluhan, Larry adalah tentara pada batalion ke 3 dari Royal Greenjacket. Sebagai pasukan senapan, ia mendapatkan latihan hutan di Kalimantan. Sekarang ini sebenarnya pengetahuan militernya sudah luntur, tapi toh ia yakin masih pantas untuk mendapatkan Rp 150 ribu per minggu di Angola sana. Untuk mempersiapkan hidup yang lebih baik bagi anak-anaknya, ia siap berpisah dengan mereka. "Saya sungguh ingin melihat mereka menikmati hidup yang dulu saya tidak peroleh", kata Larry. Dan orang Birmingham inipun mengisahkan penderitaannya ketika kecil. "Saya ini bahkan tidak pernah kenal bapak saya. Saya dan kedelapan saudara perempuan saya ngeloyor saja dari rumah beberapa tahun silam setelah ibu kami meninggal dunia". Beberapa lama ia lontang-lantung di London, kemudian jadi tentara sebelum pada akhirnya kawin. "Saya membawa pulang penghasilan saya pada hari Jumat, tapi bangkrut kembali pada hari Sabtu. Uang itu semuanya habis untuk makan dan pakaian". begitu cerita Larry. Dengan mengeluh ia bertanya: "Kehidupan macam apa ini? Kami tidak pernah melakukan sesuatu sebagai keluarga. Bahkan kami tidak pernah keluar berdua sebagai suami isteri. Tidak, saya tidak bisa tahan lagi begini". Larry tahu bahwa dengan menjadi tentara sewaan ada kemungkinan ia tidak akan pernah kembali. "Tapi itu risiko yang harus saya pikul". Tambahnya dengan yakin: "Saya siap melakukannya untuk Rp 150 ribu sepekan. Itu rezeki besar buat saya dan itu jauh lebih besar dari penghasilan tentara di Ulster (Irlandia) yang juga mempertaruhkan jiwanya". Pat Segrave adalah wanita kurus dengan mata besar yang sayu. Isteri Larry ini amat tidak bahagia dengan rencana keberangkatan suaminya. "Saya amat risau tapi juga tidak bisa tahan terus hidup susah seperti ini. Lagi pula hal itu ia lakukan untuk kami".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus