MESKIPUN berhasil menewaskan Kepala Negara Nigeria, Jenderal
Murtala Muhammad, kudeta para perwira "revolusioner muda" di
Lagos itu ternyata gagal: Kabar bersimpang siur mengenai nasib
Letnan Kolonel B.S. Dimka, kepala pusat pendidikan jasmani
Angkatan Darat Nigeria yang memimpin usaha kudeta tersebut lumat
pagi dua pekan silam. Di bawah Letnan Jenderal Olusegun
Obasanyo, panglima tentara Nigeria, keadaan ini pulih kembali.
Tapi demonstrasi kecil-kecilan pekan silam melanda kedutaan
Amerika dan Inggeris di Lagos. Demonstrasi itu kabarnya antara
lain bersumber pada berita, bahwa selepas mendapatkan berita
kematian Murtala Muhammad di atas mobilnya dalam perjalanan ke
kantor, sejumlah perwira muda Nigeria berkumpul di kantor
perwakilan Inggeris. Sedang serangan terhadap kantor perwakilan
Amerika bersumber pada serangan terbuka Marsekal Haji Idi Amin
ke alamat Amerika, sebagai negara yang dianggapnya "terlibat"
dalam perampasan kekuasaan itu.
Sembari menyampaikan rasa duka citanya pada hari Minggu tanggal
15 Pebruari yang silam, Idi Amin juga berkata: "Secara pribadi,
saya beserta semua negara yang mencintai perdamaian di dunia ini
mengecam cara Amerika dalam menggulingkan pemimpin-pemimpin".
Tidak lupa Amin mengingatkan kembali kematian Sir Haji Abubakar
Tafawa Balewa di bulan Januari tahun 1966 oleh sebuah kudeta di
Lagos. Kudeta itu gagal. Tapi Balewa yang memimpin Nigeria ke
gerbang kemerdekaannya tidak bisa terhindar dari maut. Beberapa
bulan kemudian, Jenderal Auyi Ironsi yang menggantikan Balewa,
tewas pula oleh sebuah kudeta. Perampasan kekuasaan inilah yang
membawa Nigeria kepada suatu perang sudara -- perang Biafra
--yang berlangsung dari tahun 1967 hingga tahun 1970. Perampasan
kekuasaan kemudian terjadi lagi di Nigeria sekitar 6 bulan
silam. Ketika Jenderal Yakobu Gowon sedang berada di Kampala
menghadiri petemuan Organisasi Persatuan Afrika. Secara tidak
menumpahkan darah, Jenderal Murtala Muhammad menggantikannya
sebagai kepala negara. Kematian Murtala dua pekan silam dinilai
oleh Idi Amin sebagai "awan gelap dalam sejarah Nigeria".
Di London pekan silam, Jenderal Gowon yang mengasingkan diri
dari politik -- menjadi mahasiswa ilmu politik di Universitas
Warwick -- muncul kembali -- dalam koran-koran. Ia membantah
keterlibatan iparnya dalam kudeta berdarah yang gagal itu.
Katanya: "Letnan Kolonel B.S. Dimka yang memimpin kudeta itu
bukanlah ipar saya. Saudara ipar saya adalah Samuel Dimka,
kepala polisi di Nigeria". Dan sementara masa berkabung masih
menyelimuti Nigeria, hingga kini secara resmi nama owon memang
belum pernah disebut sebagai orang yang berhubungan dengan
kudeta hari umat itu. Meskipun salah seorang yang mengorganisir
perampasan kekuasaan tersebut ada dikutip berkata: "Gowon yang
digulingkan 6 bulan silam sebenarnya kurang diberi kesempatan
untuk memperbaiki diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini