MENJELANG musim panas pertengahan tahun ini es yang ada di
pegunungan Kurdistan meleleh dan biasanya menyebabkan air sungai
pasang. Kurdistan selalu membangkitkan sengketa Irak-Iran.
"Kami sudah bertikai sejak bebuyutan," ujar Mentri Perminyakan
Tajif Abdul Karim, 5 tahun. Tajif -- berambut merah dan
bersikap ramah -- mau menjawab pertanyaan apa saja dari
wartawan. Dari balik kacamatanya, Tajif memandang tajam seakan
minta pengertian. Konflik Irak dengan Iran diramalkannya akan
berlanjut "selama Iran tidak menghormati kami, bangsa Arab."
Sebelum Paris, Khomeini pernah bermukim di Najaf -- kota suci
bagi kaum Syi'ah, tempat makam Imam Ali, menantu Nabi -- selama
14 tahun. Justru Irak memusuhi Iran yang kini dipimpin Ayatullah
Rohullah Khomeini, bekas pelarian itu.
Suratkabar resmi Partai Baath Al Thawrah atau Baghdad Observer
sering memberitakan di halaman pertama segala yang jelek tentang
Iran, seperti "pasukan Khomeini disergap". Atau "Syah dan
Khomeini bagaikan satu uang logam yang bermuka dua." Sebaliknya,
kantor berita Pars dari Teheran tidak jarang menulis: "Irak
mendalangi kerusuhan di perbatasan," atau "Baath Irak telah
kemasukan orang-orang CIA." Yang paling puncak adalah "Putuskan
saja hubungan Iran dengan Irak."
Ada beberapa masalah yang membuat kedua negara itu saling
menuduh. Antara lain, masalah perairan Shatt-al-Arab. Basra,
satu-satunya "mulut" Irak menuju lautan berada di jalur perairan
Shatt-al-Arab. Di perbatasan ini pula letak kota Abadan, milik
Iran. Semua ini berada di Teluk Persia, yang kini oleh
negara-negara Arab dinamakan Teluk Arab. Sedang Iran dan Irak
mempunyai peta sendiri-sendiri dengan batas yang berbeda.
Perjanjian rekonsiliasi ditandatangani kedua pihak dalam tahun
1975, dengan Aljazair sebagai penengah. Perjanjian ini
menyebutkan bahwa Irak harus memberikan uang kompensasi kepada
sekitar 65.000 orang Iran yang harus angkat kaki dari daerah
yang kini resmi jadi wilayah Irak. Sebaliknya, Teheran juga
harus sanggup memulangkan pengungsi Kurdi yang menetap di Iran.
Dalam hal ini keduanya masih terbentur.
Suku bangsa Kurdi memang bagaikan dui dalam daging baik bagi
Irak maupun Iran. Kawasan mereka di pegunungan Kurdistan, yang
melebar melewati Iran-Irak-Turki, kebetulan kaya akan sumber
minyak. Sebelum suku bangsa Kurdi Irak diberi hak otonomi di
tahun 1970, ada sekitar 200.000 orang Kurdi yang mengungsi ke
Iran, termasuk Pesh Merga, pejuang kemerdekaan Kurdi yang
berarti "maju untuk rnati". Biarpun syarat pengampunan
berkali-kali diserukan oleh Irak, hanya separuh yang kembali.
Pemerintah Baath Iran berusaha betul untuk menghilangkan rasa
etnosentrisme Kurdi. Sebagai bukti, Wakil Presiden 'kan cuma
ban serep saja," ujar seorang Kurdi di Mosul, kota terbesar
di bagian utara Irak. Setengah berbisik, orang itu berkata lagi:
"Biar diberi otonomi, kami tetap diawasi terus."
Irak mengerahkan pasukan para khusus yang berkekuatan 5.000
orang untuk menjaga perbatasan. Daerah yang dianggapnya paling
gawat sepanjang 250 km. Sementara itu. Masoud Barzani, anak
dari tokoh pejuang Kurdi yang telah meninggal di AS, tetap
bertekad akan berperang melawan tentara Irah. Konon gerakan
Barzani ini dibiayai Iran.
Posisi Irak, yang berpenduduk 12,5 juta, secara geografis diapit
oleh beberapa negara yang lebih besar. Iran di sepanjang
perbatasan timurnya mempunyai penduduk 3 kali lipat dengan
kekuatan tentara yang lebih besar pula. Beberapa kota seperti
Kerbala, Najaf dan Kufa mempunyai kekuatan Syi'ah yang di Iran
merupakan mayoritas.
Kebanyakan orang Baath Irak yang kini berkuasa menganut aliran
Sunni. Walaupun ada usaha Baghdad menghilangkan ketegangan,
tokoh Syi'ah Irak, Ayatullah Mohammad Bakr al Sadr mengalami
tahanan rumah sejak Juni 1979 di Kerbala. Iran 31 orang tokoh
Syi'ah lainnya diminta meninggalkan Irak.
Di bawah pimpinan Saddam Hussein (lihat box), Irak telah
membantu Somalia agar bisa dicap netral. Tadinya, tahun 1972,
Irak mengikat perjanjian persahabatan dengan Uni Soviet untuk
jangka waktu 15 tahun. Hingga 95% perlengkapan militernya
berasal dari Rusia. Tapi Irak kini berusaha mendapatkan 2
skwadron Mirage dan perlengkapan persenjataan lainnya dari
Prancis.
Dengan hasil minyaknya yang mencapai 3,7 juta barrel/hari, Irak
ingin menonjol di Timur Tengah. Dan Baghdad kini bebenah diri
dengan berbagai gedung tinggi dan baru. Tahun 1982, kota 1001
Malam ini akan menjadi tuanrumah bagi Konperensi Non-Blok.
Tapi gambaran kemiskinan masih menyolok di negeri tersebut.
Namun daerah perkampungan termiskin seperti al-Thawra (Baghdad
utara) sedang akan diubahnya menjadi tempat pemukiman yang lebih
layak dalam tempo 5 tahun.
Walaupun kelihatannya aman, Irak belum tentu tenang. Misalnya
ada berita tentang seorang pemuda bernama Talib Karim Alwan
melakukan kerusuhan di Kerbala November lalu. Kantor berita
resmi Irak, INA, mengabarkan kerusuhan itu, yang menyebabkan 4
orang meninggal, adalah atas perintah Khomeini. Dan Talib sudah
dihukum gantung.
Berita lain yang lebih mengejutkan terjadi di Baghdad sendiri.
Seorang pemuda Iran, demikian INA baru-baru ini telah mencoba
membunuh Wakil Perdana Menteri (dan anggota Dewan Revolusi)
Tareq Aziz. Sang Wakil PM hanya cedera pada kakinya akibat
lemparan granat Sang pemuda Samir Noor Ali, kabarnya telah
ditembak mati di tempat. Dan biasanya disebut Iran untuk segala
yang jelek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini