Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tersandung Dari Camp David

Kabinet begin memutuskan suatu kebijaksanaan tentang hak orang yahudi bermukim di kota-kota arab yang diduduki israel. mesir mengecam tindakan israel tersebut.

12 April 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA teror terus menganca bangsa Arab yang mendiami Tepi Barat Sungai Jordan, wilayah yang diduduki Israel sejak perang 1967. Terakhir ini ratusan orang Arab yang berdiam di Kota Hebron terpaksa pindah. Di tanah milik bangsa Arab itu 17 keluarga Yahudi dari Kiryat Arba secara paksa membangun pemukiman baru. Perkelahian terjadi, hanya sebentar. Karena tentara Israel tiba-tiba membela pendatang baru itu. Sudah berulangkali AS dan Mesir mengecam aksi sepihak seperti itu. Pemerintah Israel tampaknya membiarkan saja itu terus berlangsung. Bahkan kabinet Menachem Begin telah memutuskan untuk mendirikan sekolah agama Yahudi dan sekolah sejarah Yahudi di Hebron. Dengan demikian, PM Begin secara tak langsung mensahkan pemukiman baru itu. Begitupun keputusam kabinet (23 Maret) ini tampaknya akan berakibat panjang. Dari Kairo, pemerintah Sadat menuduh tindakan Israel itu suatu pelanggaran terhadap perjanjian Camp David. Dan timbul kesangsian akan maksud baik Israel terhadap usaha perdamaian di Timur Tengah. Tak semua anggota kabinet Begin menyetujui keputusan itu. Dari 16 menteri, 8 setuju dan 6 menolak, sedang 2 lainnya absen. Bahkan Menteri Pertahanan, Ezer Weizman, orang kedua sudah Begin dalam Partai Likud sudah mengancam akan mengundurkan diri pada bulan Mei. Kasak-Kusuk Dalam wawancara Jerusalem Post Weizman memperkirakan bahwa kabinet Begin tak akan berumur panjang. "Pemerintahan ini akan jatuh paling lambat September," ujarnya. Dia sendiri akan mengundurkan diri setelah selesai perundingan Israel-AS mengenai pembangunan proyek pesawat tempur Jet Lavie. Memang dalam dua bulan terakhir ini Begin kelihatannya melakukan kasak-kusuk politik yang agak mengejutkan. Terutama ketika dia memutuskan pengambil-alihan tanah seluas 404 hektar, milik bangsa Arab di luar Kota Jerusalem, untuk keperluan pembangunan perumahan orang Yahudi. Hal ini mendapat kecaman keras dari sekutunya dalam perjanjian Camp Davis, yaitu AS dan Mesir, namun Begin tetap jalan terus. Semula (10 Februari), kabinet Begin juga memutuskan suatu kebijaksanaan tentang hak orang Yahudi bermukim di Hebron dan kota-kota Arab lainnya yang diduduki Israel. Pelaksanaannya tertunda. Namun dengan keputusan kabinet (23 Maret) yang baru ini, hak untuk bermukim itu menjadi sah. Begin dan pendukungnya dalam pemerintahan menganggap bahwa hak bangsa Yahudi untuk menetap di Hebron berdasarkan petunjuk yang ada dalam kitab suci Perjanjian Lama. Partai Likud diketahui tadinya selalu berusaha mencegah kemungkinan orang Yahudi berpindah ke wilayah Arab yang padat penduduknya. Keluarnya keputusan Begin ini -- di saat perundingan tentang otonomi Palestina sedang berlangsung -- banyak dipengaruhi oleh tekanan kaum ekstrim kanan. Akibatnya kini ialah masa depan Palestina jadi makin kabur. Antara Israel dan Mesir sebenarnya masih banyak perbedaan pendapat. Misalnya, mengenai kelanjutan hak otonom yang diberikan. Mesir menginginkan bahwa hak itu merupakan langkah pertama bagi bangsa Palestina untuk memiliki kekuatan ke arah berpemerintahan sendiri. Sementara Israel hanya siap untuk memberikan kekuasaan terbatas, yaitu menjalankan tugas pemerintahan sehari-hari, dalam urusan rumah tangga daerah. Sebab itu, Mesir telah memperingatkan Israel bila dalam batas waktu yang ditentukan (26 Mei) pembicaraan masalah otonomi tidak menghasilkan apa-apa, Kairo akan mencari alternatif lain. Bahkan untuk lebih mempertegas sikapnya, Presiden Anwar Sadat -- seperti yang diberitakan harian Al Qabas dari Kuwait -- menyatakan ia akan mengundurkan diri dari jabatan bila perundingan mengenai Palestina itu gagal. Masalah yang tetap tak terpecahkan adalah tuntutan Mesir untuk menyertakan masalah Jerusalem Timur sebagai wilayah yang juga harus diberi hak otonomi. Dan ini jelas ditolak Israel, karena itu sudah menjadi wilayah ibukota negara. Tapi dengan diundangnya Begin dan Sadat ke Washington untuk mengadakan pembicaraan secara terpisah dengan Presiden Carter April ini, kemelut ini mungkin akan terselesaikan. Atau mungkin juga tidak. Soalnya, AS ikut memberikan suara untuk suatu resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk tindakan Israel mengenai pemukiman baru pertengahan Maret lalu. Sejak itu Carter banyak mendapat kritik dari kalangan Yahudi Amerika. Ada risiko baginya dalam menghadapi masa kampanye pemilihan presiden sekarang ini. Maka mungkin Carter menggunakan soal perdamaian di Timur Tengah sekedar untuk konsumsi dalam negeri. Sambil menenggang perasaan kaum Yahudi Amerika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus