Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Debat di balik mundurnya chavalit

Jenderal chavalit yongchaiyudh mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menhankam dan wakil pm muangthai. muncul banyak pertanyaan. dikhawatirkan akan ada mosi tak percaya terhadap pm chatichai.

16 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU kesibukan yang tak biasa berlangsung dikediaman resmi Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan Jenderal Chavalit Yongchaiyudh di kawasan Dusit, Senin pagi pekan ini. Mobil-mobil dinas berkaca hitam, serta kendaraan militer, keluar masuk pintu yang dijaga sejumlah petugas kementerian Pertahanan. Baru pada pukul 8 pagi, Televisi Saluran 5 milik angkatan darat menjawab teka-teki banyak orang di sekitar Dusit. Yakni Jenderal Chavalit, 56 tahun, mengundurkan diri dari jabatan gandanya. Padahal, ia baru menjabat dua bulan. Maka, diam-diam ketegangan pun menghinggapi mereka yang tahu. Soalnya, sehubungan dengan pengunduran diri itu, menurut sumber TEMPO di Departemen Pertahanan seluruh angkatan bersenjata diperintahkan siap siaga. KSAD Jenderal Suchinda Kaprayoon, yang menggantikan Chavalit April lalu yang tengah berkunjung ke Singapura, segera di panggil pulang. Sementara itu, Perdana Menteri Chatichai Choonhavan, dengan muka suram menjawab pertanyaan wartawan yang menunggunya. Pernyataannya singkat "Saya telah menerima surat pengunduran itu." Pada awalnya adalah perang pernyataan antara Chavalit dan angkatan darat di satu pihak, dan dua menteri di pihak lain. Kedua menteri itu adalah Menteri Muda Chalerm Yubambrung dan Wakil Menteri Dalam Negeri Trairong Suwankhiri. Dimulai oleh Chavalit yang melontarkan tuduhan dalam sebuah diskusi di Universitas Thammasat. Jenderal yang juga menjadi Ketua Komisi Antikorupsi ini mengatakan, "Di negeri lain pejabat pemerintah yang terbukti korup, kepalanya dipotong. Tapi di sini mereka dibiarkan saja." Lalu ia menyebut nama, Rachan Hussein, direktur organisasi komunikasi massa. Chavalit mengaku, komisi yang ia pimpin punya bukti-bukti bahwa Rachan melakukan penyimpangan dalam tugasnya. Bila kemudian datang tanggapan dari Chalerm Yubambrung, sebab dialah Ketua Partai Muanchon, dan Rachan adalah sek- jennya. "Jika ia berpendapat pemerintah ini korup, seharusnya ia berhenti sekarang juga," kata Chalerm. Chalernn tak berhenti di situ. Ia menyebut-nyebut istri Chavalit yang bak "toko perhiasan jalan". Serangan ini dilon- tarkan ketika Chavalit tiba kembali dari pertemuan kelompok-kelompok Kamboja di Tokyo, pekan lalu. Sebagai penengah pertemuan, meski pertemuan itu sendiri gagal karena boikot Khmer Merah, pers Jepang memuji-muji Chavalit. Yang menjadikan debat "korupsi" ini jadi ramai, sejumlah anggota parlemen nimbrung, menuntut Chavalit mengundurkan diri. Perdana Menteri Chatichai sendiri, selama ini, tidak mau turut campur. Bila debat itu jadi memanas, Pangab Jenderal Sunthorn Kongsomphong mengeluarkan ancaman akan mengambil tindakan pada mereka yang seenaknya menuduh. "Kami tidak bisa membiarkan penghinaan terhadap sesama tentara begitu saja," kata Sunthorn. Ancaman ini diucapkan setelah ajakannya kepada Chalerm untuk berdialog ditolak. Minggu malam kemarin, Televisi Saluran 5 dalam acara warta beritanya terus-menerus menyiarkan komentar para perwira. Semua pernyataan nadanya sama, yakni bahwa kesabaran mereka ada batasnya. Esoknya, perwira Divisi I yang berpangkalan di daerah perbatasan Kamboja mengadakan pertemuan khusus untuk menunjukkan dukungannya terhadap Chavalit. Yang makin tak mengenakkan hati para politikus, sampai sekarang Chavalit sendiri belum mengisyaratkan tanda-tanda akan ikut berlomba dalam pemilihan yang direncanakan dise- lenggarakan 19 Agustus mendatang. Sementara itu, keputusan Chavalit -- tokoh politik yang paling berkuasa di Muangthai setelah Chatichai -- mengundurkan diri menimbulkan banyak pertanyaan. Surat pengundurannya kepada PM Chatichai, tertanggal 11 Juni, hanya menyebut-nyebut ". . . saya telah berusaha keras untuk mencari penyelesaian masalah-masalah kronis di negeri kami. Namun jika suasana sekarang ini berlangsung terus, saya tidak lagi bisa bekerja sama dengan Anda. Maka, saya mohon diizinkan untuk mengundurkan diri dari jabatan wakil perdana menteri dan menteri pertahanan." Ada yang menduga Chavalit tertekan oleh ancaman akan dibongkar korupsinya. Analis yang lain bilang, ia tak bakal menang dalam suatu pemilu. "Tidak mungkin Chavalit mundur tanpa maksud," kata seorang pengamat. Bisa jadi pengunduran diri Chavalit adalah jalan terbaik untuk suasana yang panas pekan lalu. Jelasnya, untuk mencegah bentrokan antara tentara dan kelompok sipil. "Keadaan ini cukup mengkhawatirkan," kata seorang pengamat. Banyak yang menduga, meski kecil kemungkinan tentara mengadakan kudeta, masih bisa terjadi suatu krisis. Yakni munculnya mosi tidak percaya terhadap Chatichai. Sebelum itu terjadi, pasar saham Bangkok sudah terkena dampaknya: harga-harga langsung jatuh. Yang mencemaskan, Senin malam pekan ini, Chatichai berangkat ke AS untuk bertemu dengan Presiden Bush. Jika ia membatalkan kunjungannya, pemerintahannya memang guncang. Bila ia jadi berangkat, kekosongan itu menimbulkan waswas. Yuli Ismartono (Bangkok)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus