KEMARAHAN warga Manila tidak reda-reda sejak dua pekan silam. Semakin gencar Presiden Ferdinand Marcos mempertahankan hak-hak istimewanya, semakin keras protes mereka. Dalam sebuah aksi Sabtu berselang, poster yang dibawa tidak lagi sekadar mencaci, tapi sudah ditempeli gambar tengkorak. Tertulis di situ: Marcos subversive! AFP (angkatan bersenjata Filipina) Terrorist. Serangan mereka kini tampaknya lebih beram dan menurus. Pada saat pembukaan sidang Batasang Pambansa (Parlemen), 23 Juli, ribuan orang berbondong-bondong turun ke jalan. Untuk membendung mereka, pasukan keamanan terpaksa menyemprotkan gas air mata. Namun, unjuk perasaan seperti itu tidak menghalangi Marcos untuk menegaskan kembali hak-hak istimewanya dalam pembuatan UU. Alasannya, rakyat dan dia membutuhkan hak-hak itu agar bila perlu dapat segera mengatasi keadaan darurat tanpa memberlakukan UU darurat. Hak-hak itu, menurut Marcos, barulah akan digunakannya bila Parlemen tidak dapat mengambil keputusan cepat pada masa-masa gawat. Itu pun kalau partai pemerintah yang berkuasa menyetujui. KBL (Gerakan Masyarakat Baru), partai Marcos, menguasai mayoritas di Parlemen dengan 130 dari 180 kursi. Awal pekan ini tiba-tiba Presiden Marcos bicara tentang kemungkinan mencairkan habeas corpus - yang berarti mengesahkan hak tiap warga negara untuk menggugat kalau ditahan serta hak untuk menuntut pembebasan jika pengadilan memutuskan penahanan itu tidak atas dasar hukumnya. Tapi pencairan ini dikhususkan Marcos untuk Filipina Selatan karena kegiatan teroris komunis di kawasan itu. Ia tampak berusaha menarik simpati rakyat di sana, sesuatu yang hampir tidak mungkin dilakukannya di Filipina Utara, terutama di Manila. Penduduk kawasan Manila, yang lebih dekat dengan pusat pemerintahan, lebih kritis dan lebih punya peluang untuk melancarkan rotes. Mereka diperkirakan akan bergerak lagi menjelang genap satu tahun matinya Benigno "Ninoy" Aquino, 21 Agustus nanti. Bekas senator dan tokoh oposisi itu tewas di bandar udara Manila, hanya beberapa menit sesudah turun dari pesawat. Sejak itu Manila terus-menerus diguncang aksi-aksi protes. Arena demokrasi yang diusahakan Marcos berpindah ke sidang-sidang Batasang Pambansa terpaksa bersaing dengan demokrasi jalanan yang bergerak secara terang-terangan. Seorang penggeraknya, Agapito "Butz" Aquino tidak pernah absen. Adik bungsu Benigno Aquino ini paling akhir turun ke jalan bersama 10.000 demonstran, 23 Juli lalu, hanya beberapa jam sebelum sidang pertama Batasang Pambansa dibuka. Mereka dihadang petugas keamanan, tapi tidak ada korban jatuh. Di arena Parlemen, suasana tidak kurang pula panasnya. Golongan oposisi melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan ekonomi Perdana Menteri Cesar Virata. Ia dipersalahkan karena laju inflasi mencapai 50%, pengangguran meningkat, dan Filipina berutang US$ 26 milyar, yang bunganya saja mereka tidak sanggup membayar. Kritik itu sebenarnya lebih ditujukan kepada Marcos yang, secara tldak langsung, acap kah menlegal kebijaksanaan ekonomi Virata. Lebih sering dijuluki Mr. Clean, Cesar Virata adalah teknokrat yang kini paling diandalkan untuk mengatasi keruwetan ekonomi Filipina. Ia terpilih kembali sebagai PM dalam sidang Parlemen, Selasa pekan lalu, dengan suara 120 lawan 50. Untuk masa jabatan kedua, tugas Virata lebih berat, karena penjadwalan utang Filipina masih tertunda-tunda, defisit tak terhindarkan, sedangkan pinjaman baru belum juga dapat diperoleh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini