Satu Negara Dua Sistem

SEAKAN menyambut hasil perundingan Sir Geoffrey Howe dengan orang kuat RRC Deng Xiao Ping, suku bunga di Hong Kong mendadak turun. Begitu pula harga gas, bensin, minyak tanah. Keterangan menlu Inggris, yang diberikan Kamis pekan lalu, agaknya telah memompakan semangat baru dalam kehidupan koloni itu. Selama bulan-bulan belakangan ini rakyat Hong Kong tampak resah dan cemas, terutama oleh sikap Beijing yang kurang bersahabat. Padahal, perundingan yang menentukan nasib Hong Kong harus selesai September depan. Kembalinya Sir Geoffrey Howe dengan beberapa butir kesepakatan rupanya benarbenar melegakan warga Hong Kong. Sistem ekonomi Hong Kong yang kapitalistis dan kebebasan yang hakiki akan dijamin penuh selama 50 tahun, sesudah RRC berdaulat kembali di wilayah itu, 1997. Berikut ini enam butir terpenting dari persetujuan Inggris-RRC: . Kelancaran arus dolar Hong Kong dan lalu lintas modal akan dipertahankan. Sistem hukum yang sekarang berlaku di Hong Kong akan diteruskan. Penduduk boleh bepergian keluar masuk Hong Kong. Status pelabuhan bebas dipertahankan, juga status keanggotaan Hong Kong pada beberapa lembaga internasional. Hong Kong berhak mengatur urusan keuangan sendiri dan menggunakan dana cadangan untuk kepentingan sendiri pula. Jaminan untuk dapat terus bekerja bagi pegawai negeri tanpa perlakuan diskriminatif dan Cina semata-mata karena mereka pernah bekerja pada pemerintah Inggris. Butir persetujuan yang menyangkut hukum tanah, penerbangan sipil, dan kewarganegaraan masih akan dirembukkan dalam perundingan pekan depan. Bagaimana penerapan konsep "satu negara dua sistem" yang direncanakan Beijing untuk Hong Kong? Menlu Geoffrey Howe memuji konsep itu yang, katanya, bisa melihat jauh dan berpotensi untuk masa depan Hong Kong. Tapi penduduk merasa waswas. Terlebih karena RRC bermaksud membuka kantor penghubung di Hong Kong. Mereka khawatir kantor itu nantinya berperan sebagai lembaga pemerintahan RRC di Hong Kong. Semua isu itu dibantah Howe. Katanya kantor penghubung hanya berfungsi mengurus pelaksanaan persetujuan dan tukar-menukar informasi. Badan ini akan bertugas sampai tahun 2000 - tiga tahun sesudah Inggris menyerahkan kedaulatannya atas Hong Kong pada RRC. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, orang Hong Kong mulai sekarang mencoba berperan lebih besar di bidang administrasi pemerintahan. Hong Kong mesti bekerja keras karena segala kemudahan tentu tidak akan diterimakan begitu saja oleh RRC di atas pinggan perak. Dalam hal ini sikap Inggris yang tangguh juga amat berperan. London, yang amat berkepentingan dengan masa depan Hong Kong, tegas menuntut teks persetujuan yang rapi, mencakup detail yang paling kecil sekalipun. Alasannya, supaya tidak menemukan kesulitan di parlemen Inggris, padahal ketentuan terperinci itu dimaksudkan untuk secara tertulis menjamin stabilitas dan kemakmuran Hong Kong. Sebaliknya, RRC menuntut teks persetujuan yang mencakup garis-gans besarnya saja. Setelah bertegang urat leher, akhirnya Beijing mengalah. Pengamat meramalkan Hong Kong akan dibiarkan bebas merdeka dalam jang waktu tertentu. Statusnya sebagai pusat keuangan ketiga terkuat di dunia tentulah lebih menguntungkan BeiJing. Di samping itu, selagi RRC masih mengharapkan Taiwan, mereka harus memperagakan contoh baik dalam urusan Hong Kong. Citra mesti dijaga, sebagai bukti pada Taiwan bahwa siapa pun tetap bisa aman dan menikmati keuntungan di bawah naungan RRC. Tapi belum apa-apa orang Hong Kong sudah tidak percaya. Dalam setahun terakhir diperkirakan ada 20.000 tenaga ahli hijrah dari Hong Kong ke Australia, AS, dan Kanada. Krisis kepercayaan itu sedemikian besar pengaruhnya, sampai-sampai mengganggu kelancaran dunia usaha di sana.