ORANG boleh bilang Boris Yeltsin mabuk kemenangan. Dalam pekan ini Presiden Rusia yang baru saja unggul dalam referendum itu diperkirakan akan mengeluarkan dekrit istimewa. Yakni membentuk sebuah Dewan Federasi, untuk menggantikan Kongres Wakil Rakyat, yang dianggapnya selama ini selalu menghalangi reformasi ekonominya. ''Dewan itu akan berfungsi sebagai lembaga legislatif, sampai ada perubahan konstitusi,'' kata Mikhail Poltoranin, pembantu dekat Yeltsin, kepada harian Argumenty i Fakty. Pembentukan Dewan yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah itu diduga merupakan realisasi rancangan UU yang disodorkan Yeltsin dalam pertemuan kabinetnya baru-baru ini. Antara lain dalam RUU disebutkan bahwa presiden Rusia, dengan persetujuan dua wakil parlemen, berhak menunjuk perdana menteri, direktur Bank Sentral, dan tiga hakim agung. Presiden, kata RUU itu juga, dapat membubarkan parlemen bila ''keadaan gawat'', atau parlemen menolak calon perdana menteri yang diusulkan oleh presiden. Hanya tiga hakim agung, yang ditunjuk oleh presiden, yang bisa menggugat kedudukan presiden. Menghadapi sepak terjang Yeltsin itu kelompok garis keras tak bisa berbuat banyak. Aksi turun ke jalan ratusan orang nasionalis Rusia yang menentang Yeltsin, yang dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Buruh, Sabtu pekan lalu, tak ada pengaruhnya. Kini yang khawatir justru para pengamat politik Rusia dari dalam negeri maupun dari Barat. Mereka menilai, jika RUU itu benar-benar menjadi UU, itu sama halnya Yeltsin mengangkat diri menjadi otoriter: terlalu banyak kekuasaan di tangannya. Hasil referendum akhir bulan lalu tak otomatis memberi Yeltsin wewenang mengubah Konstitusi. Tanpa terlebih dulu mengubah konstitusi ini, keputusan apa pun tanpa persetujuan Kongres Wakil Rakyat berstatus tak sah. Ini, ramal para pengamat itu, bisa memancing kerusuhan. Sebenarnya sudah ada saran dari Ketua Mahkamah Agung Valery Zorkin. Katanya, sebaiknya pemerintahan Rusia yang sekarang ini tetap dipertahankan. Yeltsin tetap presiden, Kongres tetap dipimpin oleh Ruslan Khasbulatov sampai pemilu tahun 1995 nanti. Berbekal dukungan suara yang diperolehnya dalam referendum akhir bulan lalu, menurut Zorkin, Yeltsin bisa dipastikan akan menang dalam pemilu itu. Dengan demikian, di samping bisa dianggap konstitusional, konflik yang lebih besar bisa dihindari. Yeltsin kini tak usah khawatir program reformasinya bakal terjegal, lanjut ketua Mahkamah Agung itu. Sebab selama ini, baik garis keras maupun reformis sama-sama menghendaki agar reformasi ekonomi dan politik terus berjalan. Toh ada suara yang memahami rencana Yeltsin dengan RUU-nya itu. Para pembantu Presiden Bill Clinton memahami bahwa rakyat Rusia membutuhkan waktu lama untuk mengerti yang dilakukan oleh Yeltsin, yang bisa dianggap menumpuk kekuasaan di tangan sendiri itu. ''Yeltsin lebih mengerti politik Rusia daripada kami,'' kata seorang pembantu Clinton, karena itu, ''tugas utama kami ialah mengirim bantuan US$ 43 miliar, sesuai janji Barat ke Rusia.'' Jika benar bantuan itu bisa dirasakan manfaatnya oleh rakyat banyak, mungkin Yeltsin memang ''lebih mengerti politik Rusia''. Jika tidak, dan rakyat tahu kekuasaan terhimpun di tangan Yeltsin, masalahnya memang bisa lain. Ingat saja Gorbachev, didukung Barat tapi tak populer di negeri sendiri karena rakyat Soviet kala itu hanya melihat toko-toko yang kosong. DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini