MACAN Tamil memang kambing hitam yang tersedia setiap saat. Tuduhan terhadap Organisasi Pembebasan Macan Tamil Eelam untuk dua pembunuhan terakhir di Sri Lanka memang sepintas mudah diterima. Sudah sejak tahun 1975, yakni ketika sejumlah mahasiswa di Kota Jaffna, di timur laut Jazirah Jaffna, melakukan pembunuhan terhadap Wali Kota Jaffna kemudian nama Macan Tamil menjadi populer gerakan separatis ini dicap punya ciri khas: membunuh, dan kalau perlu dengan jalan jibaku. Militansi dan kenekatan Macan Tamil memang ada buktinya. Pernah, 14 gerilyawan anggota gerakan ini bunuh diri dengan berpuasa dan menelan kapsul sianida setelah mereka membantai 150 orang Sinhala, suku mayoritas Sri Lanka, yang mereka anggap musuh. Sikap jibaku ini ada hubungannya dengan disiplin yang keras dari organisasi itu, yakni jangan sampai mereka tertangkap musuh hidup-hidup, karena dikhawatirkan bisa membocorkan rahasia. Mereka yang menjadi anggota gerilyawan pun disertai satu syarat mutlak: melepaskan hubungan kekeluargaan. Dan cara berjuang Macan Tamil pernah membuat frustrasi tentara India yang dikirim ke Sri Lanka, tahun 1987. Sebenarnya, pasukan India itu adalah pasukan penjaga perdamaian. Tapi, karena Macan Tamil sering mengganggu, pecahlah kontak senjata, dan dilakukanlah perburuan besar-besaran terhadap gerilyawan militan itu. Sampai-sampai India menambah pasukannya, dari hanya 6.000 tentara menjadi sekitar 20.000. Adalah sulit membedakan antara anggota gerilyawan dan warga sipil Tamil. Bisa saja seorang gadis yang lemah lembut, anak- anak yang baru melewati usia 10 tahun, atau lelaki yang sudah dewasa tiba-tiba mengeluarkan senapan dan memberondong tentara India. Direbutnya markas Macan Tamil di Jazirah Jaffna menjatuhkan korban sekitar 200 tentara India tewas dan sekitar 700 luka-luka. Padahal, yang dilawan diduga hanyalah sekitar 2.500 gerilyawan. Bagaimanapun, kedatangan tentara India membuat Macan Tamil menyimpan kebencian mendalam terhadap pemimpin India yang bertanggung jawab atas pengiriman itu. Dan dialah Rajiv Gandhi, yang pada Mei 1991 tewas oleh ledakan bom yang diikatkan di tubuh seorang wanita muda. Siapa lagi berada di belakang pembunuhan itu bila bukan Macan Tamil. Intelijen India membuktikan hal itu. Macan Tamil, sejauh yang bisa dilacak, didirikan oleh seorang pemuda Tamil yang merasakan diskriminasi yang dilakukan oleh etnis Sinhala, etnis mayoritas di Sri Lanka. Velupillai Pirabhkaran, pemuda itu, konon sejak kecil telah merasakan dan menyaksikan pahitnya tindakan sewenang-wenang suku Sinhala. Orang pesisir Jazirah Jaffna ini, misalnya, pernah melihat serombongan polisi patroli Sinhala menganiaya penduduk Tamil secara brutal. Kebrutalan itulah tampaknya yang kemudian dijadikan jalan berjuang oleh organisasi separatis itu dalam menghancurkan musuh-musuhnya. Macan Tamil berpendapat bahwa orang Tamil akan tetap dijadikan warga negara kedua bila tak mendirikan negara sendiri. Gerakan ini menuntut agar wilayah utara dan timur Sri Lanka diserahkan kepada mereka. Mereka konon bisa bertahan karena datangnya bantuan dari orang-orang Tamil yang berada di India. Itulah mengapa pemerintah India bekerja sama dengan pemerintah Sri Lanka mencoba membasmi gerakan separatis ini. Julizar Kasiri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini