Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Washington – Bekas Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, mengritik penggunaan kata “area pertempuran” oleh pejabat pertahanan terkait lokasi unjuk rasa untuk memprotes tewasnya George Floyd.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kita harus menolak setiap pemikiran bahwa kota-kota kita adalah area pertempuran,” kata Mattis dalam pernyataan di media The Atlantic dan dikutip Reuters pada Kamis, 4 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penggunaan kata itu dilakukan oleh Menteri Pertahanan Mark Esper dan Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley.
Ini menanggapi merebaknya aksi unjuk rasa di sejumlah kota di AS untuk memprotes tindakan kekerasan polisi hingga menewaskan pria kulit hitam George Floyd.
Polisi berkulit putih menangkap Floyd dengan tuduhan melakukan transaksi menggunakan uang palsu.
Rekaman video amatir, seperti dilansir Channel News Asia, menunjukkan Floyd tertelungkup di jalan raya dengan seorang polisi kulit putih menekan leher belakang Floyd menggunakan lutut.
George Floyd terdengar berkata saya tidak bisa bernapas beberapa kali sebelum belakangan dikabarkan dia meninggal.
Mattis juga mengritik Presiden AS, Donald Trump, yang dinilai tidak mencoba menyatukan rakyat tapi malah memecah belah.
Mattis juga mengritik rencana Trump untuk melibatkan militer AS dalam menangani kerusuhan sipil.
“Donald Trump merupakan Presiden pertama dalam masa hidup saya yang tidak mencoba menyatukan rakyat Amerika. Bahkan dia tidak mencoba untuk pura-pura melakukannya,” kata Mattis dalam pernyataan di media The Atlantic seperti dikutip Reuters pada Kamis.
Soal ini, Trump mengatakan dia tidak suka dengan gaya kepemimpinan Mattis saat masih menjadi menhan.
Dia juga menilai jasa Mattis, yang merupakan veteran marinir, cenderung dibesar-besarkan.
CNN melansir pernyataan Mattis ini muncul setelah beberapa terakhir pasukan Garda Nasional atau National Guardsmen serta petugas keamanan federal disebar di sejumlah titik di Washington.
Kehadiran mereka ini dianggap sebagai show of force atau unjuk kekuatan oleh pemerintah, yang sudah lama tidak terjadi.
Petugas keamanan federal juga membubarkan paksa demonstrasi dama di depan Gedung Putih pada Senin pekan ini.
Ini dilakukan agar Trump bisa melakukan sesi foto di depan gereja di seberang Lapangan Lafayette atau Lafayette Square, yang menjadi lokasi unjuk rasa memprotes tewasnya George Floyd.