Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dendam keluarga di tripoli

Pasukan Yasser Arafat diserang pasukan gabungan Syria, pembrontak PLO kelompok Abu Musa dan tentara Libya. pasukan Arafat terjepit di kamp pengungsi badawi. arafat diminta meninggalkan tripoli. (ln)

19 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEKALAHAN pahit PLO di Beirut Barat tampak akan terulang. Jika Agustus tahun silam mereka ditundukkan oleh pengepungan Israel, kini, di Tripoli, gempuran pasukan gabungan Syria, pemberontak PLO, dan tentara Libya yang akan menghabisi. Kamp pengungsi Nahr el Bared sudah jatuh ke tangan kaum pemberontak pekan lalu. Yasser Arafat dengan pasukannya (sekitar 6.000 orang) sekarang terjepit di kamp pengungsi Badawi yang tanpa lubang perlindungan. Wali kota Tripoli Ashir al-Daye dan bekas PM Rashid Karami membujuk Arafat agar segera berangkat demi keselamatan kota itu dan setengah juta penduduknya. Tapi pemimpin PLO itu tetap mau bertahan. Ia bahkan tidak lagi mempertimbangkan keselamatan penduduk sipil Libanon yang dalam sepekan terakhir jadi bulan-bulanan serangan pemberontak PLO - sedikitnya 250 orang tewas dan 400 luka-luka. Seperti waktu di Beirut Barat, Arafat mengulangi tuntutan yang sama di Tripoli. "Saya tidak akan pergi tanpa jaminan penuh bagi keselamatan pasukan saya," ucapnya. Arafat tidak menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan jaminan, tapi kuat dugaan bahwa pemimpin PLO itu menghendaki pembersihan wilayah Tripoli dan sekitarnya dari pasukan pemberontak PLO. Syarat lain? Ada tiga hal pokok yang diingini Arafat: konsolidasi persetujuan gencatan senjata, jaminan diizinkan kembali ke Tripo1i bagi dirinya, dan penempatan para pengawas dari Liga Arab. Ketiga persyaratan itu terasa agak berlebihan, mengingat posisi Arafat yang terjepit. Juga terlalu tinggi untuk disodorkan kepada presiden Syna Hafez Assad yang tidak segan-segan bertindak keras. Adalah Assad, tokoh di belakang layar, yang tidak pernah menyembunyikan ambisinya untuk memperalat PLO dan menjadikan Libanon semacam negara perwalian. Sasarannya adalah merombak perimbangan kekuatan di Timur Tengah sedemikian rupa, hingga sampai pada tahap ia memperoleh kembali dataran tinggi Golan yang dicaplok Israel tahun 1981. Sejak itu? tiap siasat dan gelagat Syna mest ada kaitannya, langsung atau tidak, dengan perjuangan merebut kembali Golan. Sayang sekali, duta khusus AS Philip Habib (sudah diganti empat bulan lalu), Presiden Libanon Amin Gemayel, dan para pemuka Israel tidak menyadari dendam kesumat Assad. Mereka berunding tentang penarikan pasukan Israel dari Libanon, dan kemudian juga menyimpulkan bahwa Syria akan berbuat hal yang sama dengan sukarela. Ternyata, jagoan dari Syria itu menolak diperlakukan sembarangan. Dengan lihai Assad memperoleh bantuan senJata mutakhir dari Uni Soviet untuk mengganti peralatan yang hancur tahun silam, lalu secara halus mendalangi pemberontak PLO Abu Musa. Arafat tidak menduga sama sekali pasukan Syria akan menyerangnya secara tiba-tiba awal pekan silam. Ketika pandangan dunia diarahkan ke Jenewa, tempat perundingan rujuk nasional Libanon, Kolonel Abu Musa yang didukung 12.000 pasukan Syria dan 900 tentara Libya menggempur kubu pertahanan PLO di Nahr el Bared dan Badawi. "Dia memberi konsesi terlalu banyak pada AS dan Israel tanpa memperoleh imbalan apa pun," ucap juru bicara pemberontak, Mahmud Labadi. Yang dimaksud Labadi tentulah taktik Arafat yang mengganti perjuangan bersenjata dengan kelincahan diplomasi. Berbeda dengan banyak tokoh garis keras dalam PLO, pemimpin Al-Fatah itu sejak lama menyadari bahwa Israel terlalu kuat untuk dilawan dengan senjata. Arafat juga menjajaki kerja sama dengan Raja Hussein darl Yordania untuk sebuah federasi. Rencana ini pun gagal. Ia ditentang semua kelompok garis keras - termasuk Abu Musa yang pro-Syria. Kini posisi Abu Musa dan kawan-kawan makin mantap. Sebaliknya dengan Arafat. meski bantuan uang kepadanya masih terus mengalir dari negara-negara Arab moderat. Pukulan yang sebelumnya menghantam Arafat adalah ketika ia, begitu keluar dari Beirut Barat, secara amat hina diusir Assad keluar dari Syria. Pemimpin PLO itu terpaksa kembali ke markasnya di Tunis. Ketika Libanon kisruh lagi, Arafat menggunakan kesempatan untuk menyusup ke Tripoli dan baru berhasil September lalu. Sebulan kemudian, berharap untuk konsolidasi, ia menerima tiga usul yang diajukan kelompok radikal dari Front Populer Pembebasan Palestina (PFLP) di bawah George Habbash dan Front Demokratik Marxis untuk Pembebasan Palestina (DFLP). Ketiga usul itu ialah: kepemimpinan kolektif dalam PLO, melanjutkan perjuangan bersenjata melawan Israel, dan menolak semua Drakarsa perdamaian Timur Tengah. Keduakelompok itu, yang mengutamakan perlawanan gerilya di Israel dan Libanon, juga menolak rencana federasi dengan Yordania. Semua usul yang disetujui Arafat itu persis bunyinya dengan tuntutan pemberontak Abu Musa. Mengapa rujuk antara Arafat dan pemberontak belum kunjung terwujud? Untuk memperoleh jawaban, agaknya orang terpaksa berpalin pada Hafez Assad. Dan itulah yang akan dilakukan Presiden Amin Gemayel pekan ini dalam rangka mengamankan penarikan mundur semua pasukan asing dari Libanon. Prakarsa ini merupakan tindak lanjut hasil konperensi rujuk Libanon di Jenewa yang juga berusaha mengakhiri pendudukan tentara Israel di Libanon Selatan. Mengingat ada 2.300 tank Syria berjajar menghadap ke daratan tinggi Golan, AS mulai memperhitungkan Assad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus