Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Di Dalam Genggaman Putin

Oposisi menuduh Presiden Vladimir Putin mengangkangi demokrasi. Tapi Putin membangkitkan harga diri rakyat Rusia.

13 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Artur Chilingarov tak lagi peduli kepada protes Amerika Serikat dan Kanada. Yang ia tahu, pada kedalaman 4.261 meter, di dasar Laut Artik, Kutub Utara, kapal selam mini Mir-1 Rusia berhasil menancapkan si putih-merah-biru, bendera Rusia.

Dan Selasa pekan lalu, Chilingarov, yang memimpin ekspedisi itu, disambut bak pahlawan. Sejatinya itu adalah ekspedisi ilmiah, tapi penancapan bendera yang terbuat dari bahan titanium antikarat tersebut sekaligus menunjukkan klaim Rusia terhadap separuh wilayah Laut Artik-diduga menyimpan kandungan gas dan minyak. "Rusia harus menang," ujar Chilingarov. Bagi dia, wilayah itu selamanya milik Rusia. Ia segera mendapat ucapan selamat lewat telepon dari Presiden Vladimir Putin.

Gelegak nasionalisme model Chilingarov itulah yang belakangan ini dirasakan oleh kebanyakan rakyat Rusia-sejak Amerika Serikat menjadi penguasa tunggal dunia dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Rusia mulai menampakkan taringnya. Juli lalu, Putin mengancam akan keluar dari perjanjian kontrol senjata di Eropa sepenuhnya. Sebelumnya, ia meributkan penempatan rudal balistik Amerika di Polandia, yang dianggapnya ancaman terhadap Rusia.

Inilah sisi Rusia seorang Vladimir Vladimirovich Putin, kini 55 tahun. Ia tidak lagi duduk manis di depan Amerika dan Barat-seperti yang dipraktekkannya dulu. Ia menyebut keruntuhan Uni Soviet sebagai "prahara geopolitik terbesar pada abad ke-20" untuk membakar sentimen rakyat Rusia. Hasilnya, rakyat Rusia memilihnya duduk di Kremlin dua kali. Pada pemilu 2000, ia mengantongi 53 persen suara. Tapi, pada pemilu 2004, Putin hampir menjadi kekasih setiap rakyat Rusia dengan meraup 71 persen suara.

Semuanya gara-gara keberhasilan Putin mengangkat ekonomi Rusia yang nyaris bangkrut. Putin memutar ekonomi Rusia, mengandalkan minyak dan gas yang merupakan 60 persen nilai ekspor Rusia. Kini hampir semua jaringan pipa minyak dan gas Rusia mengarah ke Eropa. Maka, pada 2006, pertumbuhan ekonomi Rusia mencapai 6,7 persen. "Rusia kini tak hanya mengatasi masa panjang kemunduran produksi, tapi juga telah menjadi salah satu dari 10 besar kekuatan ekonomi dunia," ujar Putin.

Tentu di Moskow ada Garry Kasparov, bekas juara dunia catur yang banting setir menjadi aktivis garis keras anti-Putin. Lewat koalisi oposisi "Rusia yang Lain", Kasparov rajin menggelar demonstrasi di Moskow menentang Putin. Juga kemiskinan di perkotaan dan di pedesaan Rusia-sebagaimana kemiskinan di kawasan kumuh Kota New York, Amerika Serikat. Penghasilan di Rusia rata-rata per bulan US$ 350 (sekitar Rp 3,2 juta), masih di bawah standar Eropa. Tapi geliat ekonomi Rusia telah melahirkan orang kaya baru dan lapis kelas menengah-mereka yang mampu berlibur ke Eropa, punya mobil, dan bernafsu membeli apartemen yang lebih luas.

Namun, di mata oposisi, Putin mengangkangi demokrasi lewat pemerintahannya yang otoriter. Putin mendepak partai kecil dari proses politik dan meniadakan pemilihan gubernur wilayah. Ia juga mendirikan Partai Persatuan Rusia, yang dinilai mirip partai komunis. Bekas agen KGB (dinas intelijen semasa Uni Soviet) ini dibantu pejabat pemerintah yang sebagian besar bekas sohibnya. Misalnya, bekas jenderal KGB, Valery Golubyev, ditunjuk sebagai petinggi perusahaan energi milik pemerintah, Gazprom. "KGB ada dalam kekuasaan di negeri ini dan mengelola urusan mereka sebagaimana era Soviet," ujar Yevgenia Albats, wartawan investigatif di Moskow.

Tapi pendukung Putin percaya bahwa ia mendorong Rusia ke arah demokrasi dengan menggunakan tradisi Rusia: pemerintahan satu orang kuat. "Rusia tak akan bertahan jika harus menjalani kejutan atau revolusi," ujar Gleb Pavlovsky, penasihat Kremlin. Bagi pendukung Putin, dari stabilitas, orang bisa membuat rencana. "Rusia punya pemimpin yang bisa diduga dan aktif, dan kebijakannya konsisten," ujar Valery Fyodorov, kepala lembaga opini publik VTsIOM. Tak aneh, pemerintah Putin didukung mayoritas rakyat Rusia.

Kini popularitas Putin membubung hingga 80 persen. "Satu fakta tentang situasi kontemporer Rusia adalah mayoritas penduduk mendukung presiden sekarang," ujar Dr Grigorii Golosov, dosen ilmu politik di St Petersburg's European University. Bahkan, kata Golosov, sekitar 58 persen percaya kepada Putin secara pribadi. "Pemerintah apa pun tak jadi masalah bagi saya," kata Antonina Vallik, pemilik lahan pertanian. Apalagi Putin akan pensiun tahun depan.

Raihul Fadjri (CS Monitor, BBC, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus