Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump menolak tawaran referendum yang diajukan oleh Vladimir Putin untuk wilayah timur Ukraina, selama pertemuan keduanya di Helsinki, Finlandia. Duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, seperti dilaporkan Associated Press, 21 Juli 2018, mengatakan kedua pemimpin telah membahas kemungkinan referendum di Ukraina timur selama pertemuan Helsinki.
"Masalah ini (dari referendum) telah dibahas. Putin membuat "proposal konkret" untuk Trump sebagai solusi untuk empat tahun konflik, yang melibatkan pemberontak pro Rusia di timur Ukraina, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang," kata Antonov, namun tidak menjelaskan apa solusi konkret yang ditawarkan Putin.
Baca: Pertemuan Trump-Putin Misterius, Bos Intelijen AS Angkat Bicara
Langkah ini dapat dilihat sebagai upaya untuk menghindari upaya perdamaian Eropa untuk Ukraina dan meningkatkan tekanan pada pemerintah Ukraina dalam konflik yang berlarut-larut dengan separatis pro-Rusia di wilayah Donbass.
Sebagai tanda dukungan untuk pemerintah Ukraina, Pentagon mengatakan akan memberikan tambahan pelatihan, peralatan, dan bantuan konsultasi kepada militer Ukraina senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun.
Anggota baru pro-Russia berlatih latihan tembak di kamp pelatihan Batallion Donbass, di Dnipropetrovsk Region, Ukraina (19/5). Brendan Hoffman/Getty Images
Namun jurubicara Dewan Keamanan Nasional Trump, Garrett Marquis, pada Jumat kemarin mengatakan bahwa perjanjian antara Rusia dan pemerintah Ukraina untuk menyelesaikan konflik di wilayah Donbass tidak termasuk referenfum dan setiap upaya untuk menyelenggarakan referendum tidak akan memiliki legitimasi.
"Pemerintah tidak mempertimbangkan mendukung referendum di Ukraina timur," kata Garrett Marquis, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: Google Kena Denda Rp 73 Triliun, Trump Mencuit Ini
Dia menambahkan, "Untuk menggelar apa yang disebut referendum di bagian Ukraina yang tidak disetujui oleh wewenang pemerintah tidak akan memiliki legitimasi."
Sementara Gedung Putih menyampaikan agenda untuk KTT kedua antara Donald Trump dan Vladimir Putin di Washington musim gugur ini, hanya akan berfokus pada keamanan nasional.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pertemuan Trump-Putin berikutnya akan membahas masalah keamanan nasional yang mereka diskusikan di Helsinki, termasuk campur tangan Rusia dalam pemilu AS. Pejabat itu tidak menyebut apakah berarti ada campur tangan Rusia dalam pemilihan AS. Namun pejabat mengatakan pembicaraan itu mencakup proliferasi nuklir, Korea Utara, Iran dan Suriah.
Baca: Trump Menolak Izinkan Investigator Rusia Periksa Pejabat AS
Pertemuan Gedung Putih akan menjadi peristiwa dramatis karena pemimpin Rusia, yang telah lama terisolasi oleh Barat atas aktivitas militer Rusia di Ukraina, Suriah dan sekitarnya dan diyakini telah mengganggu pemilihan presiden 2016 karena muncul dugaan membantu Donald Trump meraih kursi kepresidenan. Selain itu, tidak ada pemimpin Rusia yang mengunjungi Amerika Serikat selama hampir sepuluh tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini