SESUDAH sebentar ada titik terang, bayangan gelap kembali
menyelimuti kemelut penyanderaan 49 orang Amerika. Dari
rumahsakit Teheran, Ayatullah Ruhollah Khomeini telah menghimbau
rakyat Iran untuk terus menuntut ekstradisi Syah Mohammad Reza
Pahlevi. Pesan Khomeini yang dalam perawatan karena serangan
jantung itu dipancarkan radio Teheran pekan lalu.
"Kalian harus mendesak supaya penjahat Mohammad Reza Pahlevi
dipulangkan dan hartanya dikembalikan ke Iran. Dan jangan
berhenti sebelum kalian mencapai kemenangan," kata Khomeini.
Pernyataannya ini agak mengejutkan -- jelas masih memberikan
dukungan moral kepada para mahasiswa yang menyandera sejak 4
November. Padahal semula Presiden Bani Sadr -- yang baru saja
diangkat Khomeini sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata
Republik Islam Iran -- telah mengecam kelakuan mahasiswa itu.
Meskipun di dekat perbatasannya ada ancaman pasukan Uni Soviet
yang setiap waktu mungkin memasuki Iran, Khomeini masih terus
bersuara anti Amerika. AS merupakan musuh utama rakyat Iran,
katanya.
Kebetulan suara keras itu diperdengarkan menjelang kedatangan
komisi PBB yang akan melakukan penyelidikan terhadap kejahatan
Syah. Pemerintah AS telah merestui pembentukan komisi ini
sebagai kaitan langsung dengan usaha pembebasan para sandera.
Baik Presiden Bani Sadr maupun Menlu Ghotbzadeh secara tegas
mengatakan bahwa masalah pembebasan para sandera sebelum
berakhirnya kerja komisi, adalah sesuatu yang di luar
pertimbangan. Kemudian ini dipertegas lagi oleh Khomeini bahwa
pembebasan para sandera tergantung dari keputusan parlemen yang
masih akan dipilih pada bulan Maret. Keputusan parlemen, jika
ada mengenai soal ini, secepatnya mungkin bulan April.
Pokoknya, persoalan para sandera tampaknya semakin rumit.
Sebelumnya pemberitaan cukup ramai, terutama setelah
dilayangkannya usul Bani Sadr -- yang telah mendapat
persetujuan Khomeini -- kepada Carter, yang menimbulkan kesan
bahwa pembebasan sandera hanya tinggal soal waktu (TEMPO, 23
Februari).
Komisi PBB pekan ini memulai kerjanya di Teheran. Kelima
anggotanya juga akan menemui para sandera, disamping menyelidiki
kejahatan Syah Iran selama ini. Namun tetap jadi soal ialah
siapa sebenarnya kunci penentu di Iran. Apapun yang dikatakan
pemerintah Iran, kata terakhir tetap pada Ayatullah Khomeini.
Tokoh revolusioner yang berusia 79 tahun itu, menurut Mohammad
Heikal, wartawan kawakan Mesir, mengambil keputusan dengan
selalu bersandar pada suara dari lubuk hatinya, bukan dari bahan
informasi atau data yang disiapkan oleh stafnya. Keputusan
semacam inilah yang rupanya ditunggu dalam usaha menyelesaikan
konflik Iran-AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini