KENAIKAN harga bahan bakar minyak yang diumumkan PM Kriangsak
Chomanan telah berbalik memukulnya. Kalangan partai oposisi
Muangthai bahkan sudah mempersiapkan suatu mosi tidak percaya di
parlemen. Kabinet Kriangsak bisa saja dijatuhkan parlemen,
sesuai dengan konstitusi, bila suatu mosi tidak percaya mendapat
dukungan 264 anggota.
Sudah untuk kedua kalinya dalam setahun Kriangsak mengumumkan
kenaikan harga BBM. Hal itu sebenarnya wajar, mengingat
Muangthai adalah pengimpor minyak. Tapi kenaikannya yang
terakhir ini dirasakan terlalu berat bagi masyarakat umumnya.
Solar naik 51% dari harga sebelumnya, umpamanya. Harga bensin
naik 25%, sedang minyak tanah naik hampir 60%.
Kelompok organisasi nelayan menyatakan mereka pasti tak mampu
memikul beban kenaikan tadi. Sedikitnya 4.000 nelayan awal pekan
lalu menyampaikan keluh-kesah mereka dalam suatu demonstrasi ke
kantor PM Kriangsak awal pekan lalu. "Saya senang atas
kedatangan kalian secara damai," sambut Kriangsak sambil
menjelaskan kenapa harga BBM terpaksa dinaikkan.
Dua hari kemudian suatu rapat umum berlangsung di Universitas
Thammasat, Bangkok. Ditaksir 8.000 mahasiswa dan buruh
menghadirinya. Di situ juga terdengar protes mengenai kenaikan
harga BBM.
Keesokan harinya terjadi demonstrasi yang lebih besar,
melibatkan sekitar 20.000 orang. Para demonstran memenuhi
lapangn Sanam Luang dekat Monumen Demokrasi di Bangkok. Seorang
pembicara, tokoh buruh, berpidato dengan keras sekali mengecam
Kriangsak, yang dianggap sudah tidak mampu lagi mengatasi
kesulitan rakyat Muangthai sekarang.
Menghadapi kecaman kalangan oposisi ini, Kriangsak semula
tampaknya cukup tenang. Sebelum partai oposisi mengajukan mosi
tidak percaya, dia bahkan sudah meminta persetujuan Raja
Bhumipol untuk mengadakan sidang luar biasa parlemen, guna
memberikan penjelasan mengenai kenaikan harga IBM. Hal ini
tentu saja ditanggapi kalangan oposisi sebagai jebakan. Karena
kalau penjelasan itu datang terlebih dahulu dari pemerintah,
masalahnya akan selesai sampai di situ. "Kami tak akan jatuh
dalam jebakan yang dibuat pemerintah," kata Mayor Jenderal
Pramarn Adireksarn, seorang tokoh oposisi dari Partai Chart
Thai.
Kriangsak akhirnya memberikan isyarat bahwa dia mungkin akan
menggunakan kekuasaan yang diberikan konstitusi kepadanya. Dia
menolak untuk menjelaskan tindakan apa yang akan diambilnya,
namun ada kemungkinan Kriangsak akan membubarkan parlemen.
Tapi bekas PM Kukrit Pramoj, tokoh oposisi dari Partai Aksi
Sosial, menyatakan bahwa dia tidak peduli dibubarkan atau
tidaknya parlemen. "Seluruh yang saya ketahui ialah pemerintah
sudah menimbulkan penderitaan yang besar bagi rakyat dan karena
itu harus diganti," ujarnya.
Tetap menjadi soal, apakah Kriangsak bisa jatuh karena mosi
tidak percaya kalangan oposisi itu. Toh kalangan oposisi sudah
menyebut-nyebut sebagai penggantinya akan mereka usulkan
Jenderal Prem Tinsulanonda, Menteri Pertahanan dan Panglima
Angkatan Darat. Belum ada kepastian calon ini setuju. Dia
dikenal sebagai tokoh yang ulet dan jujur di samping loyal
terhadap Kriangsak. Namun dalam ramai-ramainya soal kenaikan
harga ini, Prem sempat juga memberikan pendapatnya yang agak
membantu perjuangan kaum oposisi. "Jika itu memang kehendak
rakyat, kenaikan harga minyak itu seharusnyalah ditinjau
kembali," ujarnya.
Realistis
Kalau Jenderal Kriangsak jatuh karena mosi itu, ini yang pertama
kali dalam sejarah Muangthai suatu pergantian kepala
pemerintahan berlangsung secara parlementer. Selama ini
pergantian pemerintahan di negara itu selalu berlangsung melalui
kudeta, bahkan sering secara berdarah. Sementara kalangan agak
mengkhawatirkan bila Kriangsak harus turun melalui suatu kudeta
oleh kalangan militer.
Masalah kenaikan harga BBM ini kelihatannya hanya dipakai
sebagai alasan untuk menjatuhkan Kriangsak. Frustrasi terhadap
pemerintahnya sudah begitu meluas. Samak Sundaravej, pemimpin
Partai Prachakorn Thai, mengatakan bahwa inilah akibatnya kalau
pemerintah hanya mendengarkan pendapat teknokrat dalam mengambil
sesuatu keputusan. "Sehingga lupa mempertimbangkan implikasi
politiknya," tambah Samak.
Namun buat Kriangsak yang menjabat PM sejak kudeta tak berdarah
tahun 1977 itu, rupanya tak ada langkah mundur. Dalam pidato
televisi, Minggu malam lalu, Kriangsak menegaskan bahwa tidak
ada maksud pemerintah untuk membatalkan keputusan mengenai
kenaikan harga minyak itu hanya karena desakan rakyat banyak.
Dan dia mendesak agar rakyat mengikat tali pinggangnya
ketat-ketat. "hadapilah keadaan ini secara realistis,"
tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini