BEKAS PM Pierre Elliot Trudeau, pernah menarik diri sebagai
pemimpin Partai Liberal Kanada. Di depan pertemuan mingguan
anggota parlemen partainya akhir November lalu, orang masih
ingat betapa Trudeau hari itu mengenakan jas dengan setangkai
bunga ros kuning menyelip di saku atasnya dan menitikkan air
mata setelah mengucapkan kata pengunduran dirinya. "Yah, anda
sekalian tentu tahu bahwa saya begitu lembut," ujarnya.
Tapi 3 minggu kemudian, setelah kabinet PM Joe Clark jatuh
akibat suatu mosi, tidak percaya, Trudeau mengumumkan kembali
kehadirannya dalam gelanggang politik. Dan kembali dia memimpin
Partai Liberal pada pemilihan umum yang diselenggarakan 18
Februari. Ternyata tidak sia-sia. Partai Liberal mendapat 146
kursi dari 282 kursi yang tersedia di parlemen, suatu kemenangan
mayoritas yang memungkinkan Trudeau untuk membentuk kabinet
tanpa koalisi.
Joe Clark, 40 tahun, dari Partai Konservatif mengalahkan Trudeau
yang sudah memerintah selama 11 tahun dalam pemilihan umum tahun
lalu. Dia ternyata gagal memenuhi janjinya selama masa kampanye
pemilu itu, antara lain mengenai rencana penurunan pajak.
Bahkan kejatuhannya kali ini dicatat melulu karena masalah
budget yang, menurut kaum pemilih, 'soal perut'. Rupanya Menteri
Keuangan John Crosbie telah keliru mengajukan rencana menaikkan
pendapatan dari pajak yang akan memberi tambahan pendapatan
negara sebesar $ 3,5 milyar. Tujuannya ialah melindungi Kanada
dari masalah energi tahun 1990.
Dalam rancangan itu akan dinaikkannya pajak bensin sebesar 18
sen dollar (Rp 114) per galon, sedang pajak perusahaan naik
dengan 5%. Kalangan partai Liberal menanggapi bahwa rencana itu
akan berakibat naiknya pajak pendapatan sebesar 14%. Dan mereka
mengecam pemerintahan Clark "secara jelas telah mengkhianati
janjinya pada masa pemilu." Kemudian mosi tidak percaya di
parlemen mengakhiri masa pemerintahan Clark yang hanya berumur 6«
bulan.
Satu lagi janjinya yang tak terpenuhi adalah rencana memindahkan
kedutaan besar Kanada dari Tel Aviv ke Jerusalem. Janji itu yang
dikemukakannya kepada calon pemilih keturunan Jahudi di Toronto
telah menimbulkan amarah dunia Arab.
Pemilu terakhir ini yang oleh berbagai kalangan disebut sebagai
'pemilu 18 sen dollar' -- sekali lagi membuktikan bahwa Trudeau
merupakan tokoh tanpa tandingan. Selama ini Trudeau dikenal
sebagai seorang negarawan dan filosof. Walaupun kelahiran Quebec
-- suatu negara bagian yang selama ini berjuang melepaskan diri
dari Kanada, Trudeau tetap dianggap sebagai tokoh federal yang
secara keras berjuang melawan gerakan separatis itu. Dan dia
menyebut gerakan separatis itu 'sesuatu yang berbahaya'. Begitu
pun dalam pemilu ini dia tetap mendapat dukungan suara yang
cukup besar dari Quebec.
Dalam usia 60, Trudeau masih merupakan tokoh yang menarik.
Meskipun bersahabat dengan Amerika Serikat, dia tidak menjauhkan
diri dari Uni Soviet. Dalam kampanyenya dia secara tega
mengatakan bahwa Kanada hanya akan memboikot Olympiade bila hal
itu dilakukan juga oleh banyak negara dunia ketiga dan negara
Barat. Sebaliknya Joe Clark telah berjanji akan memboikot
Olympiade itu karena invasi Sovietdi Afghanistan.
Kemenangan Liberal ini jelas sematamata karena pribadi Trudeau.
Namun Trudeau dalam suatu resepsi pekan lalu perlu memberi
isyarat. "Banyak janji yang harus kupenuhi. Panjang jalan yang
masih harus kulewati," katanya dengan mengutip sajak Robert
Frost.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini