Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Drama anti mesir

Gerilyawan palestina yang menyerbu kedutaan mesir di ankara, turki. dan menuntut pembebasan rekannya yang ditahan di mesir, pengakuan turki terhadap palestina, akhirnya menyerah. (ln)

21 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BALKON kedutaan Mesir di Ankara, Turki, menjadi forum terakhir dalam drama yang menegangkan selama dua hari dua malam. Disinari matahari pagi, 16 Juli, empat gerilyawan Palestina muncul tanpa senjata sambil melambaikan tangan mereka. Seorang di antaranya membawa megaphone untuk meneriakkan slogan perjuangan kepada khalayak yang berkumpul sekitar gedung itu. Peristiwa itu bermula Jumat pagi ketika mereka menyerbu kedutaan itu dan menembakkan senjata mereka ke segala jurusan. Dua petugas keamanan kedutaan itu tewas. Empatbelas orang, termasuk Dutabesar Ahmed Kamal Ama menjadi sandera mereka. Mereka menuntut pembebasan rekan mereka yang dipenjarakan di Mesir pengakuan Turki terhadap negara Palestina, pemutusan hubungan diplomatik dengan Mesir dan jaminan meninggalkan Turki secara bebas. Semua itu ditolak. Rekan mereka yang dihukum kerja berat seumur hidup di Mesir adalah Ibrahim Al Aayah. Ia dituduh mau meledakkan Kementerian Luarnegeri dan dua gedung pemerintah lainnya. Seorang lagi, Joseph Salem Abdullah, dituduh mau membom Hotel Sheraton di Kairo dan sebuah kantor polisi. Keduanya anggota kesatuan gerilyawan "Garuda Revolusi Palestina," seperti juga para penyandera di kedutaan Mesir itu. Kesatuan itu kabarnya disponsori oleh Suriah. Di Mesir Perdana Menteri Dr. Mustapha Khalil menyatakan tidak akan mengirim pasukan ke Turki. "Kami serahkan penyelesaian persoalan ini kepada kebijaksanaan Turki," katanya. PM Turki, Bulent Ecevit, mempersiapkan pasukan tempur yang didukung kendaraan berlapis baja untuk melumpuhkan gerilyawan di kedutaan Mesir. Namun PM itu masih mengharapkan jalan penyelesaian yang lain. Untuk itu ia mengundang fihak Front Pembebasan Palestina (PLO). Dua pemimpin PLO sempat berunding dengan fihak penyandera, lantas menyarankan kepada PM Ecevit suatu jalan keluar yang terhormat. Ini rupanya supaya para penyandera diperbolehkan menyerukan slogan perjuangan mereka di muka gedung kedutaan itu. Permintaan itu dikabulkan. Para penyandera diberikan sebuah megaphone. Minggu pagi itu, setelah puas meneriakkan slogan perjuangan itu yang disaksikan oleh 500 tentara yang siap siaga dan ribuan penduduk, keempat gerilyawan mengantarkan para sandera ke luar gedung. Satu persatu bekas sandera itu mereka peluk termasuk Dutabesar Ama. Gerilyawan juga memeluk Mentcri Dalam Negeri Turki, Hasan Fehmi Gusan. Sandera bangsa Mesir terakhir -- enam orang -- selamat tanpa cedera. Beberapa jam setelah penyerbuan Jumat pagi, gerilyawan itu membebaskan seorang wanita. Keesokan harinya tiga orang lagi dilepas. Dalam usaha melarikan diri dengan melompat dari tingkat keempat gedung itu seorang meninggal dan seorang lagi cidera berat. Dua orang lainnya berhasil meloloskan diri melalui sebuah jendela di lantai bawah. Selesai penyerahan para sandera, keempat gerilyawan itu digiring ke kantor polisi. "Mereka tidak akan meninggalkan Turki," kata PM Ecevit. "Mereka akan diadili di sini," sementara itu mercka ditahan di Villa Maramara di Ankara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus