BALKON kedutaan Mesir di Ankara, Turki, menjadi forum terakhir
dalam drama yang menegangkan selama dua hari dua malam.
Disinari matahari pagi, 16 Juli, empat gerilyawan Palestina
muncul tanpa senjata sambil melambaikan tangan mereka. Seorang
di antaranya membawa megaphone untuk meneriakkan slogan
perjuangan kepada khalayak yang berkumpul sekitar gedung itu.
Peristiwa itu bermula Jumat pagi ketika mereka menyerbu kedutaan
itu dan menembakkan senjata mereka ke segala jurusan. Dua
petugas keamanan kedutaan itu tewas. Empatbelas orang, termasuk
Dutabesar Ahmed Kamal Ama menjadi sandera mereka.
Mereka menuntut pembebasan rekan mereka yang dipenjarakan di
Mesir pengakuan Turki terhadap negara Palestina, pemutusan
hubungan diplomatik dengan Mesir dan jaminan meninggalkan Turki
secara bebas. Semua itu ditolak.
Rekan mereka yang dihukum kerja berat seumur hidup di Mesir
adalah Ibrahim Al Aayah. Ia dituduh mau meledakkan Kementerian
Luarnegeri dan dua gedung pemerintah lainnya. Seorang lagi,
Joseph Salem Abdullah, dituduh mau membom Hotel Sheraton di
Kairo dan sebuah kantor polisi. Keduanya anggota kesatuan
gerilyawan "Garuda Revolusi Palestina," seperti juga para
penyandera di kedutaan Mesir itu. Kesatuan itu kabarnya
disponsori oleh Suriah.
Di Mesir Perdana Menteri Dr. Mustapha Khalil menyatakan tidak
akan mengirim pasukan ke Turki. "Kami serahkan penyelesaian
persoalan ini kepada kebijaksanaan Turki," katanya.
PM Turki, Bulent Ecevit, mempersiapkan pasukan tempur yang
didukung kendaraan berlapis baja untuk melumpuhkan gerilyawan di
kedutaan Mesir. Namun PM itu masih mengharapkan jalan
penyelesaian yang lain. Untuk itu ia mengundang fihak Front
Pembebasan Palestina (PLO).
Dua pemimpin PLO sempat berunding dengan fihak penyandera,
lantas menyarankan kepada PM Ecevit suatu jalan keluar yang
terhormat. Ini rupanya supaya para penyandera diperbolehkan
menyerukan slogan perjuangan mereka di muka gedung kedutaan itu.
Permintaan itu dikabulkan. Para penyandera diberikan sebuah
megaphone.
Minggu pagi itu, setelah puas meneriakkan slogan perjuangan itu
yang disaksikan oleh 500 tentara yang siap siaga dan ribuan
penduduk, keempat gerilyawan mengantarkan para sandera ke luar
gedung. Satu persatu bekas sandera itu mereka peluk termasuk
Dutabesar Ama. Gerilyawan juga memeluk Mentcri Dalam Negeri
Turki, Hasan Fehmi Gusan.
Sandera bangsa Mesir terakhir -- enam orang -- selamat tanpa
cedera. Beberapa jam setelah penyerbuan Jumat pagi, gerilyawan
itu membebaskan seorang wanita. Keesokan harinya tiga orang lagi
dilepas. Dalam usaha melarikan diri dengan melompat dari tingkat
keempat gedung itu seorang meninggal dan seorang lagi cidera
berat. Dua orang lainnya berhasil meloloskan diri melalui sebuah
jendela di lantai bawah.
Selesai penyerahan para sandera, keempat gerilyawan itu digiring
ke kantor polisi. "Mereka tidak akan meninggalkan Turki," kata
PM Ecevit. "Mereka akan diadili di sini," sementara itu mercka
ditahan di Villa Maramara di Ankara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini