Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump berhasil memenangi Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) setelah unggul telak atas lawannya, Kamala Harris. Hal tersebut mungkin menjadi mimpi buruk bagi Penasihat Khusus Kehakiman (DOJ) Jack Smith yang menangani dua kasus Federal Trump, sebagaimana janji Trump untuk memecatnya dalam dua detik setelah kembali ke Gedung Putih. Bagaimana kilas balik kasus tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Rabu, 6 November, 2024, Trump telah memenangkan 295 suara Electoral College, melewati angka 270 yang menjadi batas untuk mengklaim kemenangan. Sementara lawannya, Harris hanya berhasil mendapatkan 226 suara, seperti yang dilaporkan Al Jazeera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, kemenangan itu pada dasarnya akan mengakhiri kasus-kasus kriminal yang dituduhkan kepada Trump, setidaknya selama empat tahun ia menduduki Gedung Putih. Sebagai mantan Presiden AS pertama yang menghadapi tuntutan pidana, Trump sepanjang tahun ini menghadapi empat tuntutan hukum secara bersamaan.
Hanya beberapa jam setelah kemenangannya pada hari Rabu, 6 November, para pejabat Departemen Kehakiman AS dikabarkan sedang mengkaji bagaimana cara mengakhiri dua kasus kriminal Penasihat Khusus Jack Smith terhadap presiden terpilih dari Partai Republik itu, karena kebijakan lama yang melarang penuntutan terhadap presiden yang sedang menjabat, kata seseorang yang mengetahui hal tersebut kepada Reuters.
Adapun kebijakan tersebut merupakan kebijakan Departemen Kehakiman AS yang telah ada sejak 1973 silam dan ditegaskan kembali pada tahun 2000, yang menyatakan bahwa presiden yang sedang menjabat tidak dapat diadili atau dipenjara selama menjabat.
Tak hanya itu, dalam sebuah wawancara pada 24 Oktober lalu, Trump mengatakan bahwa dia berjanji untuk memecat Smith, "dalam waktu dua detik" setelah dilantik. "Sangat mudah. Saya akan memecatnya dalam waktu dua detik," ujarnya. Trump mengaku tidak bersalah atas semua tuduhan dan menyatakan penuntutan tersebut bermotif politik.
Untuk diketahui, Jack Smith adalah jaksa Amerika yang pada bulan November 2022 ditunjuk sebagai penasihat khusus di Departemen Kehakiman AS (DOJ) yang bertanggung jawab atas dua penyelidikan yang sedang berlangsung terkait kemungkinan aktivitas kriminal oleh mantan presiden AS Donald Trump.
Dua kasus tersebut berkaitan dengan dugaan campur tangannya dalam pemilu 2020 dan penimbunan dokumen rahasia di perkebunan Mar-a-Lago di Florida.
Dua Kasus Federal Donald Trump
Donald Trump menghadapi empat dakwaan di pengadilan federal di Washington yang menuduhnya menyebarkan klaim palsu tentang kecurangan pemilu untuk mencoba memblokir pengumpulan dan sertifikasi suara setelah pemilu 2020, saat Trump dikalahkan oleh Joe Biden.
Seorang hakim AS pada Jumat, 18 Oktober 2024 mengungkap lebih banyak bukti yang dikumpulkan oleh jaksa dalam kasus ini. Dokumen yang dibuka pada hari itu berisi kutipan wawancara yang dilakukan oleh penyelidikan resmi Kongres terkait penyerangan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 oleh para pendukung Trump.
Namun kasus ini disebut diperlambat oleh putusan Mahkamah Agung AS yang menyatakan bahwa mantan presiden memiliki kekebalan hukum yang luas atas tindakan resmi yang diambil saat menjabat.
Sementara dalam kasus yang diajukan di Florida pada 2022, Smith juga menuduh Trump menimbun dokumen rahasia di perkebunan Mar-a-Lago miliknya di Florida dan menghalangi upaya FBI untuk mendapatkan kembali dokumen-dokumen tersebut.
Agen-agen FBI berhasil menemukan lebih dari 100 dokumen rahasia, dan pengacara Trump akhirnya menyerahkan empat dokumen lainnya yang ditemukan di kamar tidurnya, menurut laporan Al Jazeera.
Hakim Distrik AS yang berkantor di Florida, Aileen Cannon, yang dinominasikan menjadi hakim oleh Trump, pada akhirnya membatalkan semua tuduhan pada Juli 2024 dengan menyebut bahwa Smith ditunjuk secara tidak tepat untuk jabatannya dan tidak memiliki kewenangan untuk mengajukan kasus tersebut.
Namun Smith mengajukan banding atas putusan Cannon di bulan berikutnya, dengan alasan bahwa putusan tersebut tidak konsisten dengan keputusan pengadilan sebelumnya, undang-undang federal yang ada, dan praktik Departemen Kehakiman selama 25 tahun.
Sehubungan dengan terpilihnya Trump sebagai presiden, Smith kemungkinan besar dinilai akan menghentikan kedua kasus tersebut, guna menghindari pertikaian dengan presiden terpilih.
Kendati begitu, James Trusty, yang sebelumnya mewakili Trump dalam kedua kasus tersebut, mengatakan dia tidak terlalu optimis bahwa Departemen Kehakiman akan menghentikan sendiri kasus tersebut.
"Naluri saya mengatakan mereka lebih suka bertahan dalam status quo atau sebagian besar status quo, daripada mencabutnya secara tegas," katanya.
NI MADE SUKMASARI | REUTERS | AL-JAZEERA | BRITANNICA