Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BUNGA mawar tak selalu menyimbolkan romantisme di Cina—lebih-lebih saban tanggal empat Juni. Formasi empat kuntum mawar merah dan enam mawar putih yang dirangkai dalam satu buket justru menjadi pengingat yang getir bagi keluarga korban pembantaian di Tiananmen 15 tahun silam. Ding Zilin dan Jiang Peikun adalah sepasang orang tua yang terus menyimpan dukacita dari tragedi pembantaian tersebut. Di Lapangan Tiananmen (arti harfiahnya, "gerbang kedamaian surgawi") pasangan ilmuwan tersebut kehilangan Jiang Jeilian. Putra mereka itu tewas ditembak militer pada malam sebelumnya. Jeilian adalah pelajar SMA berusia 17 tahun ketika tewas dalam peristiwa berdarah tersebut.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo