Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua dekade lalu, Donald Tusk dan Lech Kaczynski adalah aktivis ge-rak-an Solidaritas. Keduanya bahu-membahu bersama jutaan pendukung gerakan prodemokrasi Polandia meng-gulingkan rezim boneka Uni Soviet pa-da 1989. Waktu berputar. Ahad, 9 Okto-ber lalu, keduanya berhadapan de-ngan wajah menegang sebagai kandidat presiden. Donald Tusk kandidat dari Par-tai- Platform Sipil, Lech Kaczynski dari Partai Hukum dan Keadilan.
Hasil pemilu yang disiarkan Senin pekan lalu jadi cermin bahwa rakyat Polan-dia sudah bosan dengan politik (lihat kolom Solidaritas yang Letih). Hanya 49,6 persen pemilih yang sudi mencoblos. Ini partisipasi terendah dalam sejarah Polandia. Hasilnya pun membuat rakyat tak berselera. Dari 12 kandidat, hanya Tusk dan Kaczynski yang memperoleh suara besar dengan perbedaan tipis: Tusk 38,4 persen, Lech Kaczynski 32,1 persen.
Konstitusi negara itu menetapkan, jika tak ada yang memetik suara di atas 50 persen, kursi presiden harus diperebutkan di putaran kedua. Tusk dan Kaczynski dijadwalkan akan berlaga kembali pada 23 Oktober.
Pemilihan presiden kali ini dan pemilihan parlemen pada September lalu menjadi tonggak lepasnya Polandia dari sisa kekuatan politik komunis. Presiden Aleksander Kwasniewski, seorang mantan politisi komunis, segera mengakhiri masa pemerintahannya. Kubu partai komunis yang menyokong Kwasniewski ha-nya meraih segelintir kursi parlemen. Kandidat presidennya berada di nomor bontot.
Donald Tusk, 48 tahun, dan Lech Kaczynski, 56 tahun, praktis tak punya pesaing dari kubu komunis. Yang mesti dipertaruhkan justru platform politik dari kedua calon presiden ini, yang bedanya bak bumi dan langit. Tusk seorang li-beral pejuang pasar bebas. Dia pro ter-hadap privatisasi demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja.
Bagi Tusk, pajak yang rendah (15 per-sen) dan keterlibatan negara yang mini-mal pada ekonomi bisa mengurangi tingkat pengangguran hampir 20 per-sen—tertinggi di antara 25 negara Uni Eropa. Jualan Tusk lebih menarik minat generasi muda dan dunia usaha yang telah mengecap pandangan liberal dan ekonomi pasar bebas sejak tumbangnya rezim komunis.
Dukungan pelaku pasar terhadap Tusk tecermin dari menguatnya nilai tukar zloty 3,89 persen terhadap euro. Sebaliknya, saat Partai Hukum dan Perdamaian menang dalam pemilu parlemen, zloty melemah 0,3 persen atas euro.
Lech Kaczynski yang ditopang oleh Partai Hukum dan Perdamaian adalah sosok konservatif radikal. Salah satu impiannya adalah membentuk Repu-blik Keempat berdasarkan ajaran Katolik Roma yang mementingkan nilai keluar-ga tradisional, menentang aborsi dan perkawinan sejenis.
Di bidang ekonomi, bekas bintang film cilik ini dikenal sebagai pendukung fanatik intervensi negara di bidang ekonomi. Dia berencana penerapan jaring pengaman sosial untuk mewujudkan Polandia yang sejahtera. ”Liberalisme Tusk akan menyakitkan rakyat miskin,” ujar Kaczynski.
Sosok Kaczynski lebih disukai generasi tua yang terbiasa dengan subsidi negara pada masa komunis. Dia juga didukung sebagian besar umat Katolik yang merupakan mayoritas dari 38 juta penduduk Polandia. Pendukungnya menyebarkan pamflet provokatif di seantero Polandia bertulisan ”Memilih Tusk adalah mencambuk Yesus”.
Biarpun begitu, Tusk yakin akan mampu melibas Kaczynski di putaran kedua. Selain didukung tokoh legendaris Lech Walesa, Tusk diperkirakan mendapat res-tu dari Marek Borowski, salah satu kandidat presiden yang tersingkir. Borowski membenci retorika antikomunis Kaczynski berikut pandangan sosial konserva-tifnya. Bila jadi mendukung Tusk, dia akan menyumbang sekitar 10 persen suara yang diperolehnya di putaran pertama.
Para pengamat menduga pemilih akan lebih terpikat pada ”paket populis” ala Kaczynski. Di atas kertas, dia berada di atas angin. Apalagi ada dukungan dari kandidat presiden urutan ketiga, Andrzej Lepper dari partai kiri. Pihak Kaczyn-ski berharap ia bisa menyetor hingga 15 persen suara pendukungnya. ”Kaczyn-ski akan menangguk pemilih dengan ja-ring besar,” kata kolumnis politik Gazeta Wyborcza, Ewa Milewicz.
Raihul Fadjri (BBC, ABC, AP, Warsaw Business Journal)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo