Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesir
Pengadilan Ulang Untuk Mubarak Pengadilan
kasasi pada Kamis pekan lalu memerintahkan mantan presiden Husni Mubarak kembali menjalani persidangan atas dakwaan berkonspirasi dalam pembunuhan demonstran pada 2011. Hakim di pengadilan itu, seperti dilaporkan BBC, menjadwalkan persidangan berlangsung pada 5 November nanti.
Mubarak, 87 tahun, sebelumnya dihukum penjara seumur hidup atas kematian 800 orang saat terjadi revolusi pada 2011. Dalam persidangan ulang pada November 2014, dia dibebaskan dari dakwaan. Sebelumnya, secara terpisah pada awal tahun ini, dia dinyatakan bersalah atas dakwaan melakukan korupsi dan dihukum penjara tiga tahun.
Persidangan ulang itu diperintahkan dilaksanakan karena masalah teknis. Putusan untuk membebaskan Mubarak memicu aksi protes. Bentrokan sempat berlangsung di dekat Lapangan Tahrir antara para demonstran dan polisi.
Kini dirawat di Rumah Sakit Militer Maadi, Mubarak telah menjalani serangkaian persidangan atas kasus pembunuhan dan korupsi sejak mundur dari jabatannya pada Februari 2011. Jika dihitung, waktu yang dia habiskan di tahanan sudah melebihi hukuman penjara yang mesti dijalaninya karena terbukti melakukan korupsi.
Amerika Serikat
Operasi Pengintaian Dibatasi
SENAT akhirnya menyetujui rancangan undang-undang yang mengekang kegiatan mata-mata oleh pemerintah terhadap data komunikasi telepon warga negara Amerika Serikat. Sidang yang meloloskan aturan main baru ini berlangsung pada Selasa pekan lalu. Dengan undang-undang ini, pemerintah dibolehkan menjalankan lagi operasi pengintaian, tapi dengan berbagai pembatasan.
Anggota senat yang paling lama menjabat, Patrick J. Leahy, dikutip The New York Times, menyebut undang-undang baru ini sebagai "reformasi pengintaian paling berarti dalam satu dasawarsa". Leahy, wakil Partai Demokrat dari Vermont, termasuk di antara mereka yang menjadi sponsor undang-undang itu.
Hanya beberapa jam setelah sidang di senat berakhir, Presiden Barack Obama pun membubuhkan tanda tangannya. Ini melengkapi alasan bagi mereka yang melihat sinyal adanya titik balik bagi Amerika, yang hampir 14 tahun lalu, setelah serangan 11 September, secara sadar membangun aparat keamanan nasional yang sangat berkuasa.
Pergeseran pandangan, kini justru timbul antipati terhadap aparat keamanan semacam itu, dimulai dengan dibeberkannya kepada publik kegiatan pengintaian yang dilakukan untuk menghimpun data komunikasi telepon. Edward Snowden, bekas kontraktor Dinas Keamanan Nasional (NSA), yang membocorkan dokumen hasil pengintaian itu, kini menjadi buron. Tapi dia telah membangunkan publik dari tidur.
Rancangan undang-undang itu, bagaimanapun, merupakan respons terhadap kesadaran baru. Meski demikian, karena ada yang menganggapnya belum cukup "maju", pembahasannya tak berlangsung mulus. Sempat terjadi perdebatan sengit. Para penentang operasi pengintaian berpendapat kewenangan yang diberikan kepada pemerintah terlalu mencampuri urusan perorangan. Pemungutan suara menghasilkan kedudukan 67-32.
Korea Selatan
Panik Karena Virus Mers
SEKITAR 700 sekolah pekan lalu meliburkan murid-muridnya, sementara para pejabat pemerintah berupaya keras meredam kepanikan akibat menyebarnya virus MERS (Middle East respiratory syndrome). Akibat wabah ini, sedikitnya 35 orang terinfeksi, dua orang tewas, dan ratusan lainnya membatalkan rencana bepergian.
Menurut Kementerian Kesehatan, lima kasus baru ditemukan pada Kamis pekan lalu-kasus-kasus inilah yang menggenapkan jumlah orang yang terinfeksi menjadi 35. Kasus pertama, dilaporkan pada 20 Mei lalu, adalah yang menimpa seorang pria 68 tahun yang baru pulang dari bepergian ke Arab Saudi. Wabah di Korea Selatan ini menjadi yang terbesar di luar negara Arab itu.
Sejauh ini, lebih dari 1.300 orang yang diduga telah terpapar virus, langsung ataupun tak langsung, sudah ditempatkan di berbagai fasilitas karantina, dengan level pengawasan yang berbeda-beda. Beberapa di antara mereka diisolasi di fasilitas milik pemerintah. Banyak juga yang diminta tetap tinggal di rumah.
Di Seoul, kecemasan yang semakin kuat terlihat dari bertambah banyaknya komuter yang mengenakan masker. Suasana ini bahkan seolah-olah diekspor. Organisasi pariwisata Korea melaporkan bahwa sekitar 7.000 wisatawan-kebanyakan dari Cina dan Taiwan-membatalkan perjalanan ke Korea Selatan. "Pembatalan massal seperti ini sangat tak biasa... dan banyak pelancong yang menyebut MERS sebagai alasan utama," kata juru bicara organisasi itu, seperti dikutip AFP.
Di seluruh dunia, MERS telah menginfeksi lebih dari 1.000 orang, 436 di antaranya berujung pada kematian. Sejauh ini, sudah lebih dari 20 negara yang terpengaruh. Kebanyakan kasus terjadi di Arab Saudi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo