Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rebecca Pierce geram tatkala membaca profil dirinya beredar di sebuah situs pro-Israel, Canary Mission, dua pekan lalu. Dalam situs anonim itu, perempuan yang bekerja sebagai sineas dokumenter di San Francisco, California, Amerika Serikat, ini disebut "Radical of the Day".
Pierce, warga Amerika keturunan Yahudi-Afrika, dikenal sebagai penggiat gerakan pro-Palestina sejak kuliah di University of California Santa Cruz. Ia secara terbuka mengungkapkan pikirannya melalui media sosial ataupun film dokumenter hasil karyanya. Ia pernah membuat kampanye melawan kuliah bernada Islamofobia seorang dosennya, Tammi Rossman Benjamin.
Membaca profil dirinya disebar oleh situs anonim dengan aroma kebencian, Pierce tak bisa menahan diri. "Situs ini dipenuhi kebencian terhadap aktivitas saya dan rekan-rekan. Mereka berusaha menyamakan gerakan damai mahasiswa pro-Palestina dengan kelompok teror dan anti-Semit," katanya kepada The Guardian, Rabu dua pekan lalu. Tak hanya memuat profil, situs itu juga memasukkan tautan akun media sosial seperti Facebook, Twitter, dan LinkedIn.
Sejak diluncurkan pada pertengahan Mei lalu, Canary Mission telah menyusun profil lebih dari 50 mahasiswa, lulusan baru, dan anggota fakultas dengan label "anti-kebebasan, anti-Amerika, dan anti-Semit". Langkah ini bertujuan mengidentifikasi aktivis pro-Palestina di kampus Amerika agar mereka kesulitan mendapat pekerjaan. "Ini adalah tugas Anda untuk memastikan orang-orang radikal ini tak mendapatkan pekerjaan di kemudian hari," ujar seorang narator perempuan dalam sebuah video di situs itu.
Situs pro-Israel di Amerika, The Forward, berupaya menelisik siapa di balik Canary Mission. Sejumlah kelompok sayap kanan pro-Israel membantah terlibat.
Ali Abunimah, pendiri situs The Electronic Intifada, menyebutkan upaya itu dilakukan untuk menakut-nakuti para pemuda dan mahasiswa agar menjauh dari gerakan pro-Palestina. "Kelompok rahasia ini berusaha menghukum mereka yang bertahan pada keyakinannya," tutur Abunimah kepada harian kiri Israel, The Haaretz.
Meluasnya dukungan terhadap Palestina di kampus-kampus Amerika rupanya mulai membuat gerah kelompok lobi dan donor pro-Israel. Dalam setahun terakhir, gerakan itu berhasil membujuk 15 senat mahasiswa menerima resolusi, terutama di University of California, untuk mendesak kampus mereka memboikot perusahaan yang terlibat dalam pendudukan Israel di wilayah Palestina. Jumlah ini lebih besar dibanding 13 senat mahasiswa yang menerima resolusi itu pada 2013.
Students for Justice in Palestine (SJP), organisasi tempat Pierce pernah terlibat, merupakan kelompok mahasiswa pro-Palestina yang paling berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Abraham Foxman, ketua organisasi mahasiswa pro-Israel, Anti-Defamation League (ADL), menyebut SJP sebagai dalang utama di balik kampanye boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel di kampus-kampus Amerika. "Mereka tumbuh seperti cendawan di setiap kampus hampir setiap bulan," tutur Foxman.
Meski bergantung pada dana bantuan kampus, SJP terbukti efektif menyebarkan empati mahasiswa Amerika terhadap penderitaan rakyat Palestina. Gerakan ini bahkan mampu melampaui aktivitas kelompok mahasiswa pro-Israel semacam ADL, yang diguyur dana tak terhingga dari para donor Yahudi Zionis.
Cara-cara kampanye SJP memang lebih menarik perhatian dibanding kampanye kelompok mahasiswa pro-Israel. SJP melakukan kampanye yang membuat mahasiswa merasakan bagaimana menderitanya menjadi rakyat Palestina di wilayah jajahan. SJP, misalnya, menyebarkan surat perintah pindah paksa "palsu", seperti dilakukan tentara Israel terhadap warga Palestina yang akan diusir dari rumah mereka. "Kami ingin menunjukkan kepada rakyat Amerika apa yang harus dialami oleh warga Palestina setiap hari," kata McCleary, yang juga keturunan Yahudi.
Melihat kelompok mahasiswa pro-Israel dibuat tak berkutik, donor Yahudi papan atas pun mulai turun tangan. Pada Sabtu dua pekan lalu, Sheldon Adelson, taipan kasino asal Las Vegas, diam-diam mengumpulkan pengusaha kaya Yahudi pro-Israel untuk bersatu "menghajar" para aktivis pendukung Palestina. "Salah satu tujuan pertemuan ini adalah menemukan strategi terbaik melawan kampanye anti-Israel di kampus dan memastikan pendanaannya," ujar seorang undangan yang menolak disebutkan namanya.
Sita Planasari Aquadini (haaretz, The Forward, The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo