Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

El salvador dalam teror

Krisis di el salvador, melibatkan negara super power a.s dan u.s. dianggap campur tangan kadua negara tersebut tidak beradab. penyelesaian harus dilakukan lewat negosiasi. (ln)

27 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBUNUHAN hampir tak pernah berhenti di El Salvador. Terutama sejak Jose Napoleon Duarte memegang tampuk pemerintahan--Oktober 1979. Lembaga Hak Asasi Manusia (HRC) di El Salvador memperkirakan tak kurang dari 30.000 penduduk terbunuh selama tiga tahun terakhir. "Tiada hari tanpa korban," kata Uskup Agung Rivera Damas --pengganti Oscar Arnulfo Romero yang tewas ditembak waktu memimpin misa, Maret 1980. Menurut HRC, alat keamanan giat membantai dengan alasan menegakkan wibawa pemerintah. Tapi sebagian besar di antara mereka yang terbunuh adalah rakyat yang tak bersalah. Presiden Duarte, yang didukung oleh junta militer, mendapat tentangan dari kelompok Marxis dan grup ekstrim kanan. Ketiga kekuatan itu berkonfrontasi. Kelompok junta militer menginginkan pembaruan ekonomi lewat landreform dan perubahan sistem perbankan. Kalangan Marxis ingin mendirikan pemerintahan komunis. Kelompok sayap kanan mau memulihkan oligarki antara tuan tanah bersama sekutunya dari militer. Tentara tak segan-segan menindas di daerah pedalaman. Akibatnya banyak petani yang lari ke kota atau memilih bergabung dengan kelompok bawah tanah -- kiri maupun kanan. Teror menjadi sesuatu yang bukan asing lagi bagirakyat El Salvador. Teror tak hanya berlangsung di desa, tapi juga di kota. Pelakunya adalah ketiga kelompok yang saling berebut pengaruh itu. Pekan lalu kelompok gerilya, entah sayap kiri atau kanan, dikabarkan mulai mengalihkan sasaran ke dalam kota. Sebelumnya mereka melawan penguasa di desa-desa saja. Tak kurang dari 55 bis mereka bakar di San Salvador dan di dua kota lainnya. Kekacauan yang berlarut-larut di El Salvador akhirnya melibatkan negara super power: Amerika Serikat dan Uni Soviet. Mengapa AS campur tangan? "Jika El Salvador dikuasai oleh kelompok minoritas yang bengis, semua negara di Amerika Tengah akan ketakutan," kata Asisten Menlu AS Thomas Enders. Kelompok yang ditakuti AS itu adalah pengikut Marxis--sekitar 4.000 orang. Kelompok Marxis, yang mulai mendapat dukungan kalangan petani, disokong oleh Uni Soviet, Kuba, dan beberapa negara sekutunya. Bantuan senjata, juga uang, mereka salurkan melalui Nicaragua. Tujuannya: menjadikan El Salvador merah. AS tentu saja membantu rezim Duarte, bahkan mengirimkan penasihat militer. Sumber Kedutaan Besar A di El Salvador mengatakan ada 50 penasihat militer AS bertugas di sana--atau lima orang di bawah jumlah yang diperbolehkan Kongres. Sebagian besar dari mereka adalah perwira infanteri dan pilot helikopter. Koalisi Duarte dengan Kristen Demokrat sebetulnya bukan rezim hijau. Istilah pemimpin sayap kanan Roberto D'Aubuisson seperti buah semangka: hijau di luar dan merah di dalam. Rezim Duarte memang cenderung ke sosialis. Kemungkinan Marxis berkuasa di El Salvador telah mengundang debat di Kongres. Kaum Marxis dianggap akan berlaku kejam. Tapi anggota Kongres Gerry Studds, wakil Demokrat dari Massachusetts, menyebut junta militer yang berkuasa sekarang toh juga berlaku kejam terhadap rakyat. Buktinya, katanya, banyak petani yang mencari perlindungan ke kota atau bergabung dengan gerilya--kiri maupun kanan. El Salvador sejak dulu memang selalu lluh dan panas. Diktatur sipil dan militer silih berganti. Semuanya, menurut Studds, merupakan rezim penindas. Negara terkecil di Amerika Tengah (21.041 km2 atau separuh Jawa Barat) itu seakan harus menanggung terus-menerus. Sejarah panjang El Salvador ternyata tidak cuma mengenal kekacauan. Periode 1885 sampai dengan 1931 selain merupakan masa emas kopi El Salvador di dunia, juga kurun teraturnya pergantian presiden. Tapi kenyataannya tetap saja: negeri ini belum matang dalam demokrasi, dan kekuasaan selalu berada di tangan kaum kaya. Tahun 1931 merupakan awal zaman militer unjuk kekuatan di El Salvador. Diktatur militer pertama adalah Jenderal Hernandez Martinez -- berkuasa sampai 1944. Ia berhasil membangun El Salvador, tapi menindas pengkritik. S-jak itu kekerasan dan penggulingan kekuasaan menjadi ciri politik El Salvador--kini punya 4,5 juta penduduk. Dukungan pemerintahan Ronald Rcagan terhadap Duarte, baik secara ekonomi maupun militer, tidak selalu disukai rakyat AS. Di Bloomington, misalnya, terlihat demonstran yang menyambut Presiden Reagan dengan spanduk: Tidakkah Anda menarik pelajaran dari Vietnam? Hentikan campur tangan di El Salvador. RRC juga memperingatkan AS, seperti Xinhua menulis: AS melibatkan diri dalam "Vietnam lain" di El Salvador. Sedang Peking Review, edisi minggu lalu, mengecam campur tangan AS maupun Uni Soviet di sana sebagai tidak beradab . Penyelesaian krisis El Salvador, menurut Senator Christopher Dodd, wakil Demokrat dari Connecticut, seharusnya lewat negosiasi di antara pihak-pihak bersengketa dan terlibat. Ia mendesak agar gencatan sen)ata segera diumumkan. Pemerintahan Reagan cenderung mendorong rezim Duarte- menyiapkan jalan keluar lewat pemilihan umum. Menurut rencana, pemilu dilaksanakan 28 Maret, tapi hasilnya diduga tak akan mengubah keadaan El Salvador. Menurut pengumpulan pendapat umum, Duarte dan Kristen Demokrat akan mengantungi 27% pemilih --jumlah tertinggi. Sisanya terpecah di kelompok Konsiliasi Nasional, Aksi Pembaharuan, dan lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus