Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jerman mengatakan pada Senin bahwa taipan teknologi Amerika Serikat Elon Musk sedang mencoba untuk mempengaruhi pemilu Februari dengan mempromosikan partai ekstremis sayap kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musk – pendukung utama Presiden terpilih AS Donald Trump dan “raja efisiensi” yang akan datang – memposting di platform media sosialnya X bulan ini bahwa “hanya AfD yang dapat menyelamatkan Jerman”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria keturunan Afrika Selatan itu juga mencoba mempengaruhi pemilu mendatang dengan artikel opini tamu untuk surat kabar Welt am Sonntag. CEO Tesla Motors itu juga menulis bahwa investasinya di Jerman memberinya hak untuk mengomentari kondisi negara tersebut.
“Dukungan Musk terhadap (AfD) adalah permainan yang logis dan sistematis untuk memperlemah Eropa sehingga tidak akan mampu mengatur dengan kuat,” kata Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck dalam pidato Tahun Barunya seperti dilansir Reuters pada Selsa 31 Desember 2024.
Seruan Musk bukan karena ketidaktahuan, kata Habeck, yang merupakan kandidat kanselir dari Partai Hijau dalam pemilu nasional Jerman yang akan diadakan pada Februari.
"Eropa yang lemah adalah kepentingan mereka yang menganggap regulasi sebagai pembatasan kekuasaan mereka tidak tepat," ujar Habeck.
Dalam kesempatan terpisah seperti dilansir Channel NewsAsia, juru bicara pemerintah Jerman Christiane Hoffmann mengatakan,"Adalah fakta bahwa Elon Musk mencoba memberikan pengaruh pada pemilihan parlemen."
“Di Jerman, pemilu ditentukan oleh pemilih di kotak suara,” katanya pada konferensi pers rutin, seraya menambahkan bahwa “pemilu di negara itu adalah urusan warga Jerman”.
Negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini akan menggelar pemilu pada 23 Februari setelah runtuhnya pemerintahan koalisi kiri-tengah yang dipimpin Kanselir Olaf Scholz bulan lalu.
Hoffmann mengatakan Musk "bebas mengungkapkan pendapatnya, tetapi seseorang tidak harus membagikannya".
Dia juga menunjukkan bahwa AfD sedang dipantau oleh dinas intelijen dalam negeri Jerman karena dicurigai sebagai ekstremis sayap kanan di beberapa negara bagian Jerman.
Lars Klingbeil, salah satu pemimpin Partai Sosial Demokrat (SPD) pimpinan Scholz, mengatakan kepada grup media Funke bahwa Musk "mencoba hal yang sama seperti Vladimir Putin", presiden Rusia.
“Mereka berdua ingin mempengaruhi pemilu kita dan mendukung AfD, yang memusuhi demokrasi,” katanya, seraya menuduh Musk dan Putin “menginginkan Jerman dilemahkan dan didorong ke dalam kekacauan”.
Klingbeil mengatakan diperlukan tindakan lebih lanjut di tingkat Eropa untuk membatasi kekuatan politik platform media sosial besar seperti X.
Musk telah berulang kali menggunakan X untuk menyerang Scholz secara pribadi, yang terbaru setelah serangan tabrakan mobil yang mematikan di pasar Natal di kota Magdeburg di bagian timur pada 20 Desember.
Miliarder teknologi itu menyebut Scholz sebagai "orang bodoh yang tidak kompeten" dan mengatakan dia "harus segera mengundurkan diri".
Intervensi Musk dalam politik Jerman juga dikritik oleh saingan utama Scholz, Friedrich Merz, pemimpin oposisi konservatif CDU/CSU.
Merz menyebut dukungan Musk terhadap AfD "mengintervensi dan lancang" dan mengatakan dia tidak dapat mengingat "kasus campur tangan dalam kampanye pemilu negara sekutu dalam sejarah demokrasi Barat".
AfD berada di posisi kedua dalam jajak pendapat terbaru dengan perolehan 19 persen, di belakang oposisi CDU/CSU dengan 32 persen.
SPD sedang menuju hasil terburuknya dengan perolehan 16 persen, sementara mitra koalisi Hijaunya memperoleh 13 persen suara.
Pilihan Editor: