Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Fabius Tanpa Komunis

Laurent Fabius, diangkat sebagai Perdana Menteri Prancis. Kebijaksanaan mitterand dikritik golongan kiri. Partai Komunis keluar dari kabinet. (ln)

28 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOALISI sosialis-komunis dalam pemerintahan Presiden Francois Mitterrand "lumer" dalam musim panas ini, telah tiga tahun mengendalikan Prancis dalam keadaan ekonomi serba sulit. Dengan mengangkat Laurent Fabius, 37, sebagai perdana menteri baru, kebijaksanaan pemerintahan Mitterrand kian bergeser ke tengah dan dikritik golongan kiri sebagai kebijaksanaan yang merugikan kaum buruh. Partai komunis, yang dalam kabinet lampau punya empat orang menteri, tak lagi menempatkan wakilnya dalam kabinet yang dibentuk pekan silam itu. Mereka menuding rencana penghematan Mitterrand dalam usaha menekan inflasi sebagai penyebab pokok meningkatnya angka pengangguran dari 2 juta orang pada akhir tahun lalu menjadi 2,5 juta jiwa (10% tenaga kerja Prancis) Juni lampau. Politik Mitterrand di mata komunis terlalu memihak pemilik modal, dan mereka mempertanyakan kesungguhan Fabius dengan rencana pengurangan angka pengangguran. Laurent Fabius, yang muncul sebagai PM termuda dalam sejarah Prancis modern, adalah anak saudagar barang antik terkenal, keturunan Yahudi, di Paris. Dikenal sebagai perencana modernisasi industri Prancis ketika menjadi menteri perindustrian dalam kabinet PM Pierre Mauroy yang lalu - dia tidaklah disukai golongan komunis. Rencana Fabius menciutkan 200.000 lapangan kerja di sektor industri mobil, baja, perkapalan, dan batu bara telah mengundang kejengkelan barisan buruh. BUYARNYA koalisi sosialis - komunis, yang disebut orang sebagai "percobaan terbesar" dari Mitterrand, akhirnya mengakhiri citra Prancis sebagai negara Barat paling berani dalam berbagi kekuasaan dengan komunis. Dalam pemerintahan yang lalu, Mitterrand mengharapkan golongan ini dapat mengontrol aksi mogok dan demonstrasi kaum buruh. Ini tak mereka lakukan. Bahkan sebagai kawan koalisi, partai komunis Prancis - yang berorientasi ke Moskow - kerap mernbangkitkan pertikaian di kalangan pemerintahan. Sejak tampil di Istana Elysee, Mei 1981 juga berkat dukungan kaum komunis - Mitterrand dalam beberapa hal cukup berhasil. Imigran dan orang asing kini mendapat perlakuan baik di Prancis. Hukuman mati dihapuskan. Inflasi, yang tahun lalu berkisar 9,3%, tahun ini turun menjadi 7,1%, dan tahun depan diharapkan dapat mcnjadi 5,5%. Investasi besar-besaran di sektor industri pun dilakukan, dan, dengan anggaran belanja yang selalu defisit, jaminan sosial ternyata lebih baik. Tapi, setelah tiga tahun memerintah - dari tujuh tahun masa kepresidenan - Mitterrand membawa Prancis dari negeri yang menarik pajak paling rendah menjadi penarik pajak paling tinggi dewasa ini. Pertumbuhan ekonominya cuma 1% setahun, di kala para negara tetangga sudah mulai menikmati era "kebangkitan kembali" perekonomian mereka. Minggu silam, menteri keuangan baru, Pierre Beregovoy, 58, si pendukung rencana modernisasi industri dan program latihan tenaga kerja yang dibuat Fabius, menyatakan bahwa prioritas utamanya ialah menekan angka defisit anggaran negara. Beregovoy menutup spekulasi orang dengan memberikan jaminan bahwa mata uang Prancis, franc, tak akan didevaluasikan. Kabinet baru yang lebih teknokratis ini tetap akan melanjutkan perbaikan ekonomi Prancis melalui beberapa tindakan: penghematan melawan inflasi, kerja keras, dan menyusun kembali struktur industri. Walau begitu, kaum komunis menyatakan "tak akan memberikan cek kosong" bagi PM Fabius. Tanpa turut dalam pemerintahan, mereka menjanjikan dukungan terbatas bagi kabinet baru ini. Sementara itu, kabinet baru tersebut mengumumkan rencana penurunan pajak pendapatan - rata-rata 8% - mulai tahun depan. Oleh para pengamat, tindakan ini dipandang sebagai usaha mendramatisasikan pergeseran kebijaksanaan kearah yang lebih konservatif. Alasan penolakan partai komunis untuk turut dalam kabinet Fabius bukan hanya sekadar kebijaksanaan ekonomi pemerintah. Kemerosotan popularitas mereka, yang terlihat pada hasil pemilihan Parlemen Eropa yang lalu, konon, turut jadi penyebab. Dan pemutusan koalisi dengan sosialis di harapkan dapat mengembalikan citra partai itu oleh para pemimpinnya. Meski tanpa komunis, kedudukan Mitterrand tak terancam, karena kalangan sosialis tetap memegang mayoritas di parlemen. Dengan program kabinet yang lebih bercorak kapitalistis, dan mengangkat "orang-orang kepercayaan Mitterrand" sebagai menteri kabinet, PM Fabius tampaknya menjadi taruhan popularitas Mirterrand selanjutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus