Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan Israel menggempur kamp pengungsi di distrik Tel Al-Sultan, kota Rafah. Serangan itu terjadi sekitar pukul 10 pada Minggu malam, 26 Mei 2024, menimbulkan kebakaran dan menghanguskan sekitar 14 tenda pengungsi. Menteri Kesehatan Palestina mengatakan 45 orang tewas dan 249 orang lainnya terluka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan biadab Israel ke kamp pengungsian di Rafah menimbulkan banyak korban jiwa dan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Beberapa korban mengalami luka bakar parah dan anggota tubuh yang patah.
Fakta-Fakta Kekejaman Israel di Rafah
1. Pengeboman Pengungsian
Salah satu korban selamat dari serangan Israel ke Rafah, Layan al-Fayoum menceritakan betapa biadabnya tindakan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum pengeboman, warga di pengungsian beraktivitas seperti biasa mulai dari sedang tertidur, selesai salat malam, ada juga yang berkumpul bersama keluarga. Tapi tiba-tiba jet Israel menjatuhkan bom di kamp darurat tersebut.
“Kami sedang duduk dengan tenang ketika tiba-tiba mendengar ledakan,” kata al-Fayoum, dilansir dari Middle East Monitor. “Itu sangat mendadak. Bom-bom itu jatuh tanpa peringatan.”
Saksi mata lainnya yakni Umm Mohamed al-Attar mengatakan serangan tersebut juga menyebabkan tenda-tenda di pengungsian hancur. "Kamar kami dipenuhi pecahan peluru... Rudal atau bom seberat berton-ton menimpa seng," katanya.
2. Tenda Pengungsian Dibakar
Saat pengeboman terjadi, keluarga-keluarga Palestina berada di dalam tenda-tenda pengungsian. Setelah mengebom kamp, militer Israel kemudian membakar tenda-tenda pengungsian.
Kekacauan pun terjadi. Para penghuni kamp yang ketakutan berlarian di tengah-tengah tubuh yang hangus untuk menyelamatkan diri dari kobaran api.
Seorang pria menggendong seorang anak tanpa kepala dan seorang petugas medis menggendong seorang lainnya dengan otaknya yang pecah.
Layan al-Fayoum lalu keluar dari tendanya untuk melihat apa yang terjadi. Ia dikejutkan oleh api besar yang melanda lokasi tersebut. “Apinya sangat besar,” katanya.
“Kami melihat tenda-tenda terbakar dan kemudian kami harus mengumpulkan anggota tubuh yang terpotong-potong dan anak-anak yang mati.”
3. Anak-Anak dan Warga Dibakar Hidup-Hidup
Kantor berita Wafa, mengutip sumber-sumber lokal, mengatakan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Menurut laporan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), banyak orang di dalam tenda “dibakar hidup-hidup”.
PRCS juga mengatakan kepada badan tersebut bahwa rumah sakit di wilayah tersebut “tidak mampu menangani sejumlah besar korban akibat penghancuran sistem kesehatan di Gaza yang disengaja oleh pendudukan (Israel)”.
Sumber lokal juga mengatakan kepada badan tersebut bahwa setidaknya delapan rudal menghantam kamp tenda, yang baru-baru ini didirikan di dekat gudang UNRWA.
Untuk memadamkan api yang berkobar selama satu atau dua jam itu, dibutuhkan sekitar 11 truk pemadam kebakaran untuk menghentikan api. Pemboman itu pun menuai kecaman global sejumlah negara Arab termasuk Yordania, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar.
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, menyebut serangan Israel ke Rafah sebagai insiden yang mengerikan.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Serangan-serangan ini harus segera dihentikan,” katanya di platform media sosial X.
Senada dengan itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia marah dengan serangan tersebut. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” katanya di X.
Serangan Israel ke kamp di Rafah terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Israel harus menghentikan serangannya di Rafah.
Israel dituduh melakukan genosida dalam perang di Gaza. Israel menolak keputusan tersebut dan mengatakan serangannya di Gaza sejalan dengan hukum internasional.
RIZKI DEWI AYU MEE | AL JAZEERA | REUTERS