Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Filipina akan membeli helikopter angkat berat dari Amerika Serikat, Chinook, setelah membatalkan kesepakatan dengan Rusia bernilai 12,7 miliar peso (Rp3,3 triliun) untuk menghindari sanksi, kata Duta Besar Manila untuk Washington, Senin, 15 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada bulan Juni, beberapa hari sebelum Presiden Rodrigo Duterte mengakhiri masa jabatan enam tahunnya, Filipina membatalkan kesepakatan untuk membeli 16 helikopter Mi-17 Rusia karena kekhawatiran sanksi AS terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.
"Pembatalan kontrak ini terutama dipicu oleh perang di Ukraina. Meskipun ada sanksi yang diperkirakan datang dari Amerika Serikat dan negara-negara barat, jelas bukan kepentingan kami untuk melanjutkan dan mengejar kontrak ini," kata Duta Besar Jose Manuel Romualdez kepada wartawan dalam forum virtual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Romualdez mengatakan Chinook akan menggantikan perangkat keras yang digunakan untuk pergerakan pasukan dan dalam kesiapsiagaan bencana di negara Asia Tenggara itu.
Helikopter Polandia Mi-17 saat ikut serta dalam latihan militer Dragon-17 di Drawsko Pomorskie, Polandia, 21 September 2017. Agencja Gazeta/Cezary Aszkielowicz via REUTERS
Amerika Serikat bersedia untuk menyediakan helikopter dalam jumlah sama yang telah disepakati antara Filipina dan Rusia, kata Romualdez, menambahkan kesepakatan dengan Washington kemungkinan akan mencakup pemeliharaan, layanan dan suku cadang.
Filipina sedang melakukan diskusi dengan Rusia soal pengembalian uang muka $38 juta untuk helikopter, yang pengirimannya seharusnya dimulai pada November tahun depan, atau 24 bulan setelah kontrak ditandatangani.
Filipina berada di akhir dari modernisasi perangkat keras militer usang senilai 300 miliar peso selama lima tahun yang mencakup kapal perang dari Perang Dunia Kedua dan helikopter yang digunakan oleh Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.
Selain kesepakatan militer, Filipina, di bawah Presiden baru Ferdinand Marcos Jr, juga menginginkan peningkatan pertukaran ekonomi dengan Amerika Serikat termasuk di bidang manufaktur, infrastruktur digital dan energi bersih, termasuk tenaga nuklir modular, kata Romualdez.
Reuters