Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Foto-Foto yang Mengguncang Amerika

Presiden George W. Bush akhirnya meminta maaf atas perilaku biadab tentara Amerika yang menyiksa tawanan perang di Irak. Peristiwa ini dikhawatirkan bakal memicu serangan baru terhadap tentara koalisi.

10 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Rose Garden, Gedung Putih, kata-kata maaf itu akhirnya diperdengarkan. Presiden Amerika Serikat George W. Bush, di hadapan sejumlah wartawan Washington, mengakui bahwa dia baru saja bercakap-cakap dengan Raja Abdullah dari Yordania. Mengutip kata-katanya sendiri, Bush menuturkan dia "memohon maaf untuk penghinaan yang diderita oleh para tawanan (di Penjara Abu Ghuraib—Red.) maupun penghinaan yang dirasakan oleh keluarga mereka." Boleh jadi, seluruh warga Amerika bernapas lega untuk sesaat; kata-kata maaf itu tak kunjung muncul ketika Bush muncul dalam wawancara dengan dua televisi Arab sehari sebelumnya.

Padahal, media massa Amerika telah memajang sederet foto penyiksaan yang amat menyeramkan sejak pekan silam. Foto digital yang mengguncang dunia itu dibocorkan ke luar dari halaman bui, masuk ke koran, direkam oleh Internet, dan beredar secepat kilat ke seluruh dunia. Inilah serial gambar yang berceritera tentang pelecehan dan penyiksaan tentara Amerika Serikat terhadap para tawanan Penjara Abu Ghuraib, sekitar 32 kilometer di barat Kota Bagdad. Di penjara itu, ditahan sekitar 3.800 orang, termasuk tahanan sipil dan tawanan perang.

Foto yang mempermalukan Amerika itu awalnya muncul dalam acara televisi CBS 60 Minutes II dua pekan lalu. Dan muncul lagi sebagai artikel panjang di majalah The New Yorker. Tapi Pentagon (markas besar Departemen Pertahanan AS) menganggap isi tayangan itu tak lebih dari perilaku nakal beberapa serdadu saja. Akhirnya harian The Washington Post mendapatkan seribu foto digital serupa yang disimpan dalam cakram padat. Ternyata perbuatan memalukan itu juga dilakukan tentara Inggris.

Beberapa foto memperlihatkan tentara menginjak kepala tawanan, ada yang mengencingi mereka, ada tawanan yang telanjang sambil merangkak dan lehernya terikat seperti anjing, atau piramid manusia bugil. Foto lain memperlihatkan beberapa tawanan berdiri telanjang dengan seorang serdadu perempuan yang melihat alat kelamin mereka sembari mengacungkan jempolnya. "Korps tentara telah dipermalukan," kata Komandan Penjara Koalisi Mayor Jenderal Geoffrey Miller.

Perlakuan tentara koalisi itu segera mengundang kecaman dan kemarahan. Apa yang mereka lakukan amat bertentangan dengan Konvensi Jenewa yang melindungi tawanan perang. "Mereka akan dihukum," kata Presiden George W. Bush, "keadilan akan ditegakkan." Bush mengaku tidak diberi tahu kejadian itu sebelum melihat sendiri lewat televisi.

Untuk meredakan kemarahan di kawasan Timur Tengah, Bush mau tampil dalam wawancara khusus yang disiarkan langsung oleh dua televisi berbahasa Arab. Yang paling menakutkan Bush, rakyat Irak akan membenci koalisi dan perlawanan gerilya kota menghebat. Alih-alih keluar dengan damai, pasukan Amerika bisa pulang dalam kantong plastik mayat.

Investigasi militer pun digelar. Komandan tentara koalisi di Irak Jenderal Richard Myers memerintahkan penyelidikan menyeluruh, termasuk bila ada kesalahan dalam garis komandonya. Hasil sementara dari 20 investigasi yang digelar oleh 30 investigator militer menyimpulkan, sekitar 20 serdadu dari berbagai tingkat terlibat dalam penyiksaan dan pelecehan itu. Semuanya tentara cadangan dari kesatuan polisi militer. Para investigator juga menemukan catatan sekitar 25 kematian tak wajar pada tawanan perang Amerika di Irak dan Afganistan. Menurut CBS, anggota Badan Intelijen Amerika (CIA) dan tentara bayaran amat mungkin terlibat dalam kasus ini.

Seorang bekas tawanan Abu Ghuraib, Muwaffaq Abbas, bersaksi bahwa dirinya disiksa di bagian lengan, dipukuli selama interogasi, dan tidur dengan musik rap yang disetel keras-keras. "Kalau kami tertidur di tengah suara musik, terompet dibunyikan di dekat telinga kami dan mereka berteriak-teriak."

Polisi militer sudah mengajukan enam serdadu dengan tuduhan pidana. Tiga di antaranya akan diajukan ke pengadilan militer. Salah satu serdadu yang wajahnya terlihat dalam beberapa foto adalah Lynndie England, prajurit perempuan anggota Kompi 372 Polisi Militer. Ia, misalnya, terlihat berdiri di belakang tumpukan tubuh tawanan, sedang menyeret seorang lelaki, dan di foto lain tampak seperti menginspeksi beberapa tawanan, semuanya telanjang bulat.

Perwira tertinggi yang diperiksa adalah Brigadir Jenderal Janis Karpinski, yang memimpin seluruh penjara itu hingga bulan lalu. Padahal tentara koalisi dilarang memukul tawanan selama interogasi, bahkan dilarang menyentuhnya. Tak mengherankan bila tuntutan mundur terhadap Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld kian keras terdengar di dalam negeri Amerika sendiri. Menjawab desakan tersebut, Bush memang mengkritik keterlambatan Rumsfeld melaporkan insiden Abu Ghuraib kepadanya. Namun Bush mengaku tetap mendukung Rumsfeld. "Dia telah memberikan bakti yang baik bagi negaranya," ujar Bush.

Presiden Institut Arab-Amerika James Zogby menanggapi segala kata penyesalan Bush maupun para punggawanya dengan sinis. "Maaf tak cukup sekarang. Kita terlalu lama toleran terhadap perilaku semacam itu," ujarnya. Palang Merah Internasional mengatakan, mereka sudah beberapa kali meminta Amerika mengambil langkah perbaikan, tetapi diabaikan.

Imbas tragedi kemanusiaan di Irak itu langsung terasa di dalam negeri. Jajak pendapat Gallup minggu lalu menunjukkan cuma 52 persen—ini angka terendah selama setahun terakhir—suara yang percaya Presiden Bush bisa menyelesaikan masalah-masalah luar negeri.

I G.G. Maha Adi (The Guardian, Reuters, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus