Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENGUASA boleh berganti, tapi Penjara Abu Ghuraib tetap menjadi saksi penyiksaan dan eksekusi terhadap rakyat Irak. Dulu oleh rezim Saddam Hussein, kini oleh serdadu Amerika. Tiap hari, puluhan sampai ratusan orang berkumpul di depan penjara itu. Mereka berharap diizinkan menemui keluarganya yang ditahan di sana atau menyambut pelepasan kerabatnya. Tapi, Rabu lalu, sekitar 2.000 orang berhimpun dalam amarah besar. Beberapa poster digelar: "Bebaskan tahanan perempuan atau kami kobarkan perang jihad!"
Amarah rakyat Irak dipicu terkuaknya berita, sepekan sebelumnya, yang memastikan penyiksaan dan penghinaan luar biasa terhadap tahanan perempuan oleh tentara Amerika. Berbagai foto pose bugil para tahanan Irak?bersama prajurit Amerika yang mejeng sambil tersenyum?di kompleks Abu Ghuraib muncul di media massa. Juga beredar bocoran laporan 53 halaman oleh majalah New Yorker yang membeberkan kekejaman pasukan Amerika.
Dalam laporan yang ditulis Mayor Jenderal Antonio Taquba, yang seharusnya untuk Panglima Angkatan Darat, disebutkan bahwa para tahanan di Abu Ghuraib mengalami siksaan tak manusiawi dan begitu terbuka (mengalami dehumanisasi). Siksaan fisik dilakukan dengan gagang sapu dan kursi, atau intimidasi dengan anjing galak sampai ada tahanan yang digigitnya.
Yang lebih keji, tahanan perempuan ditelanjangi oleh polisi militer sebelum mereka dipotret. Selain tahanan perempuan yang diperkosa, tahanan lelaki pun tak luput dari siksaan seksual. Mereka disuruh melakukan masturbasi, atau bersanggama dengan sesama tahanan di depan petugas, dan disodomi. Suatu saat, para tahanan bugil dikumpulkan lalu dijadikan ajang latihan lompat tentara Amerika.
Sekitar 10 ribu sampai 12 ribu orang berada dalam tahanan Amerika atau sekutunya di seluruh Irak. Sekitar 4.000 di antaranya disekap di Abu Ghuraib. Penjara ini terdiri dari lima kompleks dengan 24 menara penjaga yang dibangun pada 1960-an oleh kontraktor Inggris. Pada 1984, sekitar 4.000 tahanan dieksekusi di sini oleh rezim Saddam. Ribuan orang lainnya dibunuh pasca-konflik 1991. Dan pada 2001, kira-kira 15 ribu tahanan berdesakan di sana.
Ketika Saddam jatuh, Abu Ghuraib nyaris roboh. Tetapi tahun lalu Amerika merenovasinya dan kembali menjadikannya tempat penyiksaan?alih-alih membebaskan rakyat Irak seperti yang mereka sesumbarkan. Bahkan, menurut Sersan Ivan "Chip" Frederick, salah satu pelaku yang diperiksa, atasannya dan intelijen militer memang sengaja menciptakan suasana keji ini. Ketika dia menanyakan soal sel berukuran kurang dari satu meter, komandannya menjawab, "Saya tak peduli kalau dia (tahanan) harus tidur berdiri."
Dunia pun gempar dan gusar. Apalagi belakangan terungkap bahwa praktek sejenis juga terjadi di Kamp Cropper, tahanan dekat bandara Bagdad. Bahkan sebelumnya sudah beredar foto-foto perlakuan keji tentara Inggris terhadap tahanan Irak. Kegeraman rakyat Irak pun memuncak. "Kita dulu mengecam rezim Saddam soal pemukulan tahanan. Lalu, mengapa kita sekarang menerima tragedi serupa?" ujar Dara Nor al-Din, mantan hakim di Irak.
Balas dendam pun dikumandangkan. "Tindakan ini menuntut balas dendam," ujar seorang wakil Perhimpunan Ulama Muslim, yang sering membantu mengorganisasi tuntutan pembebasan tahanan.
Washington pontang-panting. Di Bagdad, Deputi Direktur Operasi Koalisi, Brigadir Jenderal Mark Kimmitt, minta maaf. "Kami sangat malu dengan insiden ini," ujarnya. Komandan penjara di Irak, Mayor Jenderal Geoffrey Miller, juga bersuara sama. Sementara itu, di Washington, Penasihat Keamanan Nasional Condoleezza Rice meminta maaf, Selasa pekan lalu. Presiden George W. Bush memberi wawancara khusus kepada dua media Arab. "Apa yang terjadi di penjara tidak mewakili Amerika," ujar Bush. Tetapi dia "lupa" meminta maaf.
Baik Washington maupun London berjanji akan menindaklanjuti tindakan keji itu. Tujuh tentara Amerika telah mendapat tindakan indisipliner, sementara enam polisi militer menghadapi dakwaan pidana dan akan diadili di pengadilan militer.
Tapi, siapa percaya? "Rakyat Irak tidak lagi percaya ucapan orang Amerika, baik dari presiden maupun serdadu biasa," ujar seorang warga Bagdad. Apalagi penguasa penjara baru Amerika di Irak, Mayor Jenderal Geoffrey Miller, yang ditugasi membersihkan penjara militer, adalah bekas komandan kamp tahanan di Guantanamo, dekat Kuba. Ini kamp amat "gelap" dan keji.
Purwani Diyah Prabandari (The Guardian, The Observer, BBC, WP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo