Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Garis merah yang rapuh

Gencatan senjata untuk sementara waktu disepakati antara israel dan gerilyawan hisbullah. tak ada jaminan pertempuran artileri bisa mereda.

14 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELURU meriam dan roket kembali menggelegar di Libanon Selatan. Sedikitnya 30 roket Katyusha ditembakkan kelompok Hisbullah ke basis-basis Tentara Libanon Selatan dukungan Israel (SLA) dalam duel artileri antara kedua kelompok yang berseteru itu, Kamis pekan lalu. Seorang milisi SLA dan seorang penduduk sipil dikabarkan luka parah dalam insiden pertama setelah tiga hari sejak gencatan disepakati. Sementara itu ratusan penduduk Libanon Selatan, yang sudah kembali ke rumah mereka sesudah gencatan senjata diberlakukan, balik mengungsi ke Kota Tyre. Tak seperti dua pekan sebelumnya, perang artileri kali ini hanya berlangsung di wilayah Libanon Selatan dan di ''zone keamanan'' yang dikuasai Israel. Roket-roket Katyusha, yang berdaya jelajah 20 km itu, tak ada yang jatuh di wilayah Israel Utara. Mengapa? Sesuai dengan kesepakatan yang diatur Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Warren Christopher, setelah berkunjung ke Israel, Syria, dan Jordania, pekan lalu, kelompok Hisbullah dan tentara Israel diminta tak melanggar ''garis merah'' di perbatasan Libanon dan Israel. Kelompok Hisbullah kalau mau meroket basis SLA atau pos-pos militer Israel hanya boleh sampai ke ''zone keamanan'' di Libanon Selatan. Begitu juga kalau mau memasang bom mobil. Berdasarkan kesepakatan itu, yang tampaknya juga menguntungkan Israel, Presiden Libanon, Elias Hrawi, segera melakukan langkah pengamanan dengan mengirimkan 400 pasukannya ke Libanon Selatan, Senin pekan lalu. Menurut sebuah sumber militer, pasukan Libanon sempat melucuti senjata 12 gerilyawan Hisbullah di Lembah Bekaa, dan lusinan gerilyawan lainnya di Iqlim al-Toufah. Apakah sikap Libanon sudah berubah dan berbalik mendukung Israel? Perdana Menteri Libanon, Rafik al-Hariri, menyebutkan tindakan pelucutan itu dilakukan pasukannya untuk mencegah terjadinya kerusuhan di Libanon Selatan yang sudah porak- poranda. ''Tentara kami bukan bermaksud menghentikan perjuangan Hisbullah. Lagi pula, akibatnya bisa lebih buruk ketimbang serangan Israel,'' ujarnya. Hariri menambahkan, gerilyawan Hisbullah baru bersedia meletakkan senjata apabila Israel menarik seluruh pasukannya dan milisi SLA dari Libanon Selatan dan ''zone keamanan''. Tapi, menurut sejumlah diplomat Barat di Libanon, pengiriman 400 anggota SLA itu merupakan salah satu syarat yang diajukan Israel sebelum menarik pasukannya yang sempat masuk ke wilayah pendudukan di Libanon Selatan, dua pekan lalu. Adakah ketentuan mengenai ''garis merah'' bisa menjamin perang artileri selama tujuh hari, seperti dua pekan lalu, tak terulang kembali? Sejumlah pengamat mengatakan, semua itu tergantung Hisbullah. Apabila mereka tak lagi menembakkan roket Katyusha, Israel pun akan menghentikan serangan artileri mereka. ''Kalau tidak, mimpi buruk akan dimulai,'' kata seorang pengamat Barat. Tampaknya hal itu sulit dipenuhi gerilyawan Hisbullah. Apalagi selama ini pemerintahan Hrawi tak bisa berbuat banyak menghadapi kelompok bersenjata yang menolak keras perjanjian damai Arab-Israel yang diupayakan kembali oleh Menlu Christopher itu. Jawaban kelompok gerilyawan dukungan Iran itu atas upaya perdamaian tersebut jelas sudah, ''Israel harus dibuang ke laut.'' DP dan Djafar Bushiri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus