Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Gelombang panas yang menerjang India sejak beberapa pekan terakhir tak hanya berdampak bagi manusia, tapi juga hewan. Ribuan burung yang kelelahan dan dehidrasi berjatuhan dari langit di beberapa wilayah India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya terjadi di Negara Bagian Gujarat barat India. Tim penyelamat mengambil lusinan burung yang kelelahan dan dehidrasi yang berjatuhan dari langit setiap hari akibat gelombang panas yang menyengat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Al Jazeera Kamis 12 Mei 2022, gelombang panas terburuk di India kali ini telah mengeringkan sumber air di kota terbesar di negara bagian itu, kata dokter hewan dan penyelamat hewan.
Negara di Asia Selatan mengering di musim panas terpanas dalam beberapa dekade, mendorong Perdana Menteri India Narendra Modi untuk memperingatkan meningkatnya risiko kebakaran.
Dokter di rumah sakit hewan yang dikelola oleh Jivdaya Charitable Trust, organisasi nirlaba di Ahmedabad, mengatakan mereka telah merawat ribuan burung dalam beberapa minggu terakhir. Para penyelamat membawa lusinan burung terbang tinggi seperti merpati atau layang-layang setiap hari.
“Tahun ini adalah salah satu yang terburuk dalam beberapa waktu terakhir. Kami telah melihat peningkatan 10 persen dalam jumlah burung yang perlu diselamatkan,” kata Manoj Bhavsar, yang bekerja erat dengan lembaga tersebut dan telah menyelamatkan burung selama lebih dari satu dekade.
Pejabat kesehatan di Gujarat telah mengeluarkan imbauan kepada rumah sakit untuk mendirikan bangsal khusus untuk serangan panas dan penyakit terkait panas lainnya karena kenaikan suhu.
Semua gelombang panas di India dan Pakistan menurut para ahli terkemuka merupakan dampak langung dari pemanasan global.
Pembakaran bahan bakar fosil dan perusakan hutan telah melepaskan cukup banyak gas rumah kaca ke atmosfer untuk juga meningkatkan frekuensi dan intensitas banyak banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan badai tropis, mereka merinci dalam laporan ilmiah.
“Tidak ada keraguan bahwa perubahan iklim adalah pengubah permainan besar dalam hal panas yang ekstrem,” kata Friederike Otto, seorang ilmuwan di Institut Grantham Imperial College London.
Musim panas ekstrem seperti gelombang panas yang mencengkeram Asia Selatan, termasuk India, pada Maret dan April menjadi peristiwa ekstrem yang paling mematikan, katanya. “Setiap gelombang panas di dunia sekarang menjadi lebih kuat dan lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia,” kata Otto dan rekannya, Ben Clarke dari Universitas Oxford dalam laporan tersebut, yang disajikan sebagai makalah pengarahan untuk media berita.
SUMBER: AL JAZEERA