Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Goldman Sachs mengembalikan dana 1MDB Malaysia.
Cina memerintahkan konsulat Amerika Serikat di Chengdu ditutup.
Kuburan massal korban Omar al-Bashir ditemukan di Sudan.
MALAYSIA
Goldman Sachs Kembalikan Dana 1MDB
LEMBAGA keuangan Goldman Sachs bersedia membayar US$ 3,9 miliar atau sekitar Rp 57 triliun kepada Malaysia untuk melunasi tagihan dan klaim tiga transaksi obligasi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Bank dan perusahaan investasi Amerika Serikat itu juga akan mengembalikan aset yang berhubungan dengan obligasi 1MDB senilai Rp 20 triliun. Sebaliknya, Malaysia akan mencabut gugatan pidananya terhadap bank tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan kesepakatan itu, kata Kementerian Keuangan Malaysia, total uang yang akan dikembalikan, termasuk dari Departemen Kehakiman Amerika, mencapai lebih dari US$ 4,5 miliar. “Dalam hal ini, pemerintah tetap berkomitmen memulihkan aset lain yang belum dikembalikan,” begitu menurut Kementerian pada Jumat, 24 Juli lalu, seperti dikutip New Straits Times. Kementerian menyatakan kesepakatan itu tidak berdampak pada gugatan mereka terhadap pengusaha Jho Low dan pihak lain yang terlibat dalam skandal 1MDB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama bertahun-tahun pemerintah memburu dana 1MDB yang digelapkan pada masa kepemimpinan Najib Razak. Ia bahkan diduga ikut menerima aliran dananya meski selalu membantah tuduhan itu. Penyelidikan kasus 1MDB dimulai sejak 2015, tapi sempat disetop oleh Najib. Setelah rezim Najib tumbang, penyelidikan dilanjutkan dan Najib diseret ke meja hijau.
CINA
Konsulat Amerika Diminta Tutup
Penjagaan terhadap Konsulat Amerika Serikat di Chengdou, usai pengungkapan kasus peretasan komputer perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid 19, Chengdou, Cina, 24 Juli 2020. Reuters/Thomas Peter
KEMENTERIAN Luar Negeri Cina mencabut izin konsulat Amerika Serikat di Chengdu sehingga kantor itu harus menghentikan semua urusan dan kegiatannya. Kebijakan ini sebagai balasan atas langkah Washington yang memaksa konsulat Cina di Houston menghentikan operasinya.
Dalam pernyataan pada Jumat, 24 Juli lalu, Kementerian Luar Negeri Cina menyebutkan Amerika secara sepihak telah memicu insiden ini dan “tanggung jawab sepenuhnya berada pada Amerika”. Sebagaimana dikutip CNN, juru bicara Kementerian, Wang Wenbin, menuduh staf konsulat Amerika di Chengdu “mencampuri urusan internal Cina dan mengganggu kepentingan keamanan nasional”.
Konsulat di Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan, adalah kantor diplomatik penting bagi Amerika, yang mencakup sejumlah kawasan, termasuk Wilayah Otonomi Tibet. Konsulat itu juga menjadi tempat kepala polisi Wang Lijun meminta suaka, yang memicu serangkaian peristiwa yang berujung pada jatuhnya Bo Xilai, tokoh Partai Komunis Cina.
Presiden Amerika Donald Trump justru menyarankan penutupan sejumlah konsulat Cina lain di Amerika. Pemerintah dan Biro Penyelidik Federal (FBI) menuduh konsulat itu sebagai basis spionase dan pencurian data. Hubungan Cina dan Amerika belakangan ini memanas di tengah perang dagang, pandemi Covid-19, serta kecaman Amerika terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong dan Xinjiang.
SUDAN
Kuburan Massal Anti-Bashir
POLISI menemukan kuburan massal Omdurman, kota terbesar di Sudan. Kuburan itu berisi 28 kerangka yang diduga tentara yang dieksekusi karena usaha kudeta terhadap Presiden Omar al-Bashir pada 1990. Jaksa Tagelsir al-Hebr menyatakan penemuan itu bagian dari investigasi terhadap kekejaman yang dilakukan Bashir selama berkuasa. “Butuh waktu tiga pekan dan 22 ahli berbagai bidang untuk menemukan lokasinya,” katanya kepada AFP, Jumat, 24 Juli lalu.
Ini kuburan massal kedua yang ditemukan. Yang pertama adalah kuburan para mahasiswa yang dibunuh pada 1988 karena kabur dari wajib militer.
Bashir berkuasa melalui kudeta militer pada 1989 dan lengser pada tahun lalu setelah demonstrasi prodemokrasi pecah. Dia kini dipenjara di Khartoum untuk menghadapi dakwaan korupsi. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Belanda hendak mengadilinya untuk kejahatan genosida dan kejahatan perang di Darfur yang menewaskan 300 ribu orang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo