Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gringo, Pulanglah!

Kunjungan Presiden George W. Bush ke Amerika Latin menuai protes. Upaya Bush mengembalikan pengaruh Amerika.

19 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Meksiko Felipe Calderón masygul. Para demonstran sudah menjulukinya ”anjing piaraan Amerika” dalam demonstrasi-demonstrasi raksasa menentang kunjungan Presiden George W. Bush. Apalagi, tamu agung yang dikecam orang—tapi sangat diharapkan kemurahan hatinya—itu tak memberinya banyak. Sampai Rabu pekan lalu, saat presiden itu naik Air Force One pulang ke Washington, tak ada konsesi apa pun soal tembok perbatasan yang dibangun Amerika.

Kunjungan George Bush ke Amerika Latin berakhir di situ. Di Kota Meksiko, ratusan demonstran berpawai di depan kantor Kedutaan Amerika. Massa menyerang polisi dengan bongkahan batu, mercon, dan meruntuhkan barikade. Di kota wisata Merida, sekitar 100 pemrotes mengepung hotel tempat Bush menginap.

Bush bertolak ke lima negara Amerika Latin, para tetangganya di halaman belakang, dengan pesan khusus: lihatlah, Amerika tak menomorduakan mereka dan tak menomorsatukan Timur Tengah. Kamis 8 Maret, Bush memulai perjalanannya ke Brazil, lalu berturut-turut ke Uruguay, Kolombia, Guatemala, dan Meksiko. Sebuah lawatan yang juga ditafsirkan sebagai usaha mengikis pengaruh Presiden Venezuela Hugo Chávez di kawasan itu.

Kelompok anti-Bush ada di mana-mana. Turun dari pesawat, di ibu kota Brazil, ia disambut demo 200 mahasiswa. Di depan Kedutaan Besar AS, mereka meneriakkan slogan anti-Bush seraya membawa bendera Kuba dan Venezuela. Tapi di kota kedua Brazil, Sao Paulo, jumlah demonstran berpuluh kali lebih besar. Sekitar 6.000 demonstran memblokir Jalan Avenida Paulista, jantung bisnis Amerika Selatan, sembari menabuh gendang Afro-Brazil.

Mereka memajang poster dan spanduk dengan tulisan ”Fora Bush” (Enyahlah Bush). Bush digambarkan mirip Adolf Hitler, dengan secuil kumis, logo swastika di dada. ”Katakan padanya: pulanglah!” ujar Marcelo Prado, 19 tahun. Ia bagian dari kerumunan demonstran, campuran kelompok kiri antiperang, antikapitalisme, dan antiglobalisasi. Semua menunjukkan antipati terhadap Bush, juga terhadap Presiden Luiz Inaco Lula da Silva yang populis dan sejatinya berhaluan kiri.

Masalah muncul ketika sekelompok orang, sebagian besar kelompok punk, melemparkan batu ke arah polisi. Polisi membalas dengan menyemprotkan gas air mata, melepaskan tembakan peluru karet, dan memukuli pemrotes dengan pentungan. Tiga pemrotes dan wartawan foto terluka. Sekitar 4.000 aparat keamanan dikerahkan dalam operasi keamanan terbesar di Brazil.

Di Brazil, Bush dan Presiden Lula menandatangani kesepakatan kerja sama mengembangkan secara komersial bahan bakar bio-etanol, bahan bakar dari tanaman, alternatif minyak fosil yang produksinya akan dikembangkan di Amerika Tengah dan Karibia. Di atas kertas, produksi etanol Brazil akan memasok 70 persen kebutuhan dunia. Inilah kesempatan terbesar Amerika, negara yang bertekad mengurangi konsumsi minyaknya hingga 15 persen dalam 10 tahun ini.

Ya, Brazil, dengan bio-etanolnya akan memenuhinya meski kritik terus bermunculan.

”Bagi Bush, ini hanya soal memperoleh bahan bakar paling murah setelah mengacak-acak Timur Tengah,” ujar Christiana Coimbra, 35 tahun, seorang penerjemah profesional. Menurut seorang pejabat Amerika, ”diplomasi etanol” ini untuk membendung pengaruh program minyak murah Chávez yang ditebar ke seantero Amerika Latin. ”Ini bagus untuk ekonomi mereka, melindungi lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada minyak asing,” ujar juru bicara Gedung Putih.

Di istana kepresidenan Brazil, Bush mendapat sambutan hangat. Bahkan kedua kepala negara itu, Bush dan Lula, sepakat untuk bertemu di Camp David, 31 Maret mendatang. Di negara-negara lawatannya yang lain, Bush juga mendapat sambutan hangat: baik dari demonstran di jalanan maupun dari para kepala negara di istana.

Inilah perjalanan terheboh Presiden George W. Bush selama sepekan. Kunjungan yang dibayangi kunjungan musuh besarnya di Amerika Latin, Presiden Venezuela Hugo Chávez, ke enam negara Amerika Latin. Ya, Amerika Latin menjadi pentas raksasa dengan Bush dan Chavez sebagai pemain utamanya. Masing-masing mencoba menarik simpati, berlomba mirip Sinterklas.

Bush berencana menebar bantuan US$ 75 juta agar masyarakat Amerika Latin bisa belajar bahasa Inggris, US$ 385 juta untuk perumahan, dan mendanai bantuan kesehatan lewat tim kesehatan militer Amerika. Bush pun menyanjung Amerika. ”Perjalanan saya membuktikan kami adalah bangsa pemurah,” ujar Bush.

Tapi semua orang tahu sebagian besar bantuan Amerika kembali lagi ke Amerika lewat berbagai cara. Apalagi, janji Bush tak ada artinya dibanding pemberian Presiden Venezuela Hugo Chávez. Di Argentina, Chávez membeli obligasi pemerintah Argentina seharga US$ 3 miliar tunai hanya untuk menyelamatkan perusahaan susu milik pemerintah.

Presiden Argentina Néstor Kirchner, yang juga politisi kiri, menyediakan pengeras suara di stadion sepak bola Caballito, Buenos Aires. Mereka memaki Presiden Bush, memuji Chávez. Stadion itu penuh dengan bendera Venezuela, potret Che Guevara, dan spanduk bertulisan ”Bush, enyahlah!” ”Bush tak lebih bangkai politik,” ujar Chávez. Ia berbicara sekitar dua jam dengan mengulangi banyak tema yang selalu dibawakannya: unifikasi regional, pentingnya menolak pengaruh imperialisme Amerika, penyakit ekonomi pasar bebas.

Hebatnya, demonstrasi itu diorganisir ”Ibu-ibu Plaza de Mayo”, kelompok perempuan yang terkenal menggelar demonstrasi di alun-alun Kota Buenos Aires, karena kehilangan anak mereka selama pemerintahan diktator 1976–1983. ”Saya tak sepenuhnya setuju ucapan Chávez, tapi saya memandang rendah apa pun tentang Bush,” ujar Patricia Sibart, 50 tahun, seorang insinyur.

Dari Brazil, Bush terbang ke ibu kota Uruguay, Montevideo, bertemu dengan Presiden President Tabare Vazquez. Pada saat yang sama Chávez terbang ke Bolivia menemui sahabatnya, Presiden Evo Morales. Chávez menyampaikan bantuan sebesar US$ 15 juta untuk membantu korban banjir, 10 kali jumlah yang dikirim Amerika. Di hadapan 40 ribu massa kiri Bolivia di Kota El Alto, Chávez bergurau tentang Bush. ”Pesawat Bush tak berani terbang di kota pegunungan Andes, karena di sini kita terlalu tinggi, sehingga ia berpikir kita akan menangkapnya,” kata Chávez.

Sewaktu Bush berangkat ke Guatemala, Ahad pagi, Chávez dan presiden kiri Nikaragua, Daniel Ortega, mengumumkan akan membangun pabrik penyulingan minyak di Kota Leon. Massa kiri yang mencapai ribuan orang mengelu-elukannya. ”Rakyat Amerika Latin memerintahkan kamu (Bush): Gringo, pulanglah,” kata Chávez.

Bush berada di Guatemala dengan 150 mahasiswa memblokir jalan dekat dua restoran cepat saji Amerika, membakar bendera Amerika, dan menyulut mercon di Kota Guatemala, Senin pekan lalu. ”Kami ingat sepak terjang CIA menumpahkan darah rakyat kami,” ujar pemimpin demonstran.

CIA membantu menyingkirkan pemerintah sosialis terpilih di Guatemala pada 1954, dan pasukan Amerika menghancurkan semua desa Indian Maya. Campur tangan Amerika menyisakan seperempat juta orang tewas dan hilang. Kedatangan Bush membuka luka lama.

Pemimpin suku Indian Maya di Guatemala melakukan ritual pembersihan di puing situs kuno suku Maya, Iximche, karena dianggap tercemar oleh kunjungan Bush. Mereka membakar dupa, menebar bunga dan air di arena Bush berjalan untuk mengenyahkan energi jahat. ”Ini bukan peternakan Anda di Texas,” ujar pemimpin suku Maya, Rodolfo Pocop.

Menurut Bush, ia tak kaget melihat kemarahan para pemrotes. ”Hal itu sangat sering terjadi ketika saya bepergian ke seluruh dunia,” ujar Bush enteng. Toh, Chavez merasa bisa berdamai dengan Bush. ”Satu hari, mungkin George Bush dan saya akan berusia tua. Bagus juga jika kami bermain domino atau baseball,” ujar Chavez.

Raihul Fadjri (Washington Post, NY Times, CS Monitor, AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus