Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga pekerja konstruksi tewas setelah rangka atap gudang logistik yang sedang dibangun di Penang, Malaysia, runtuh pada Selasa. Wakil Kepala Polisi Penang Mohamad Usuf Jan Mohamad mengatakan dua korban meninggal di lokasi kejadian di Batu Maung sementara satu lainnya meninggal di rumah sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Informasi awal dari Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Malaysia (JBPM) Negara Bagian Penang dalam keterangan yang diunggah di situs resmi JBPM pada sekitar pukul 10.00 waktu setempat menyebutkan terdapat sembilan orang korban yang terjebak di reruntuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak enam orang berhasil dievakuasi, di mana tiga orang dinyatakan meninggal dunia sedangkan tiga orang lainnya luka-luka. Upaya pencarian tiga orang korban lainnya masih berlangsung.
“Kami mendapat informasi kejadian sekitar pukul 21.45 WIB, ada 18 pekerja bangunan yang dikhawatirkan terjebak saat bangunan yang sedang dibangun runtuh,” kata Wakapolres Mohamad saat jumpa media di lokasi.
Namun, polisi kemudian diberitahu bahwa sembilan dari 18 orang tersebut telah keluar untuk salat.
“Saat kejadian, para pekerja sedang bekerja di bawah balok sepanjang 12 meter yang beratnya sekitar 14 ton. Balok tersebut kemudian roboh menimpa para pekerja dan menumpuk di atas balok lainnya.”
Seluruh pekerja yang terlibat diyakini berasal dari Bangladesh.
Mohidul Islam, 43, mengatakan dia bersama empat orang lainnya melakukan pekerjaan pertukangan di lantai atas gudang ketika dia memutuskan untuk istirahat dan meninggalkan tempat kerjanya.
“Tiba-tiba saya mendengar suara keras dan situasi menjadi kacau setelah menyadari ada runtuhnya bangunan yang sedang dibangun.
“Sebagian besar dari kami di sini baru tiga bulan bekerja di lokasi proyek ini… Saya sangat sedih karena ada teman saya yang meninggal dalam kejadian tersebut,” ujarnya.
Pekerja lainnya, Md Ikhtiar, mengaku sedang mengerjakan lantai dasar ketika tiba-tiba merasakan struktur bangunan bergoyang.
“Saya langsung keluar gedung setelah mendengar teriakan pekerja lain dan kemudian melihat gedung runtuh.
“Salah satu korban berhasil dikeluarkan dari reruntuhan, namun kondisinya parah dan tak lama kemudian meninggal,” kata pria berusia 38 tahun itu.
Upaya pencarian dan penyelamatan berlanjut pada Rabu 29 November 2023 dan perintah penghentian pekerjaan telah dikeluarkan.
Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (JBPM) mengatakan dalam pernyataan sebelumnya bahwa mereka mengalami masalah dalam mengangkat balok-balok yang jatuh untuk menyelamatkan para korban yang terkubur di bawah reruntuhan.
Sebab, balok-balok tersebut merupakan struktur beton yang berat dan berukuran besar.
“Kami membutuhkan mesin untuk mengangkat dan membersihkan area tersebut agar tim penyelamat dapat mengakses lokasi korban. Kami menggunakan crane dan layanan pelacak untuk mendeteksi adanya korban yang tidak dilaporkan. Kami akan melanjutkan operasi sampai semua korban ditemukan dan dibawa keluar.”
Dua anjing pelacak kemudian dikerahkan untuk membantu upaya tersebut.
Berdasarkan informasi yang diterima dari kontraktor dan pengembang, para korban yang terjebak disebutkan berada dalam jarak yang berdekatan, dengan jarak beberapa meter di antara mereka, kata asisten direktur (Operasi) Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Penang Khairy Sulaiman.
“Hal ini didasarkan pada fakta bahwa para pekerja sedang bekerja, memasang balok sebelum ambruk. Luas yang dimaksud hanya seluas lapangan basket.”
KJRI Penang menyatakan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kecelakaan ini.
Acting Konsul Jenderal Republik Indonesia Penang Kiki Tjahjo Kusprabowo yang dihubungi dari Kuala Lumpur, Rabu 29 November 2023, mengatakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kantor Polisi Distrik (IPD) Barat Daya di Pulau Pinang, semua korban berasal dari Bangladesh, tidak ada dari Indonesia.
Pilihan Editor: Perempuan WNI Diculik di Malaysia, Polisi Tangkap 14 Tersangka
CNA | ANTARA